Oleh Pdt. Supriatno
Bahan: Markus 5:12b-13a
Selamat pagi, bapak-ibu, opa-oma dan Saudara-saudara yang baik. Sungguh indah hidup dalam kasih Tuhan. Dia senantiasa mendampingi kita setiap waktu. Pagi ini pun Tuhan tetap beserta kita. Puji Tuhan.
Firman Tuhan yang menjadi pijakan renungan, ”Suruhlah kami pindah ke dalam babi-babi itu, biarkanlah kami memasukinya!” (13) Yesus mengabulkan permintaan mereka.”
Markus 5:12b-13a
Saudaraku, ada beberapa istilah yang dipakai untuk orang gila. Ada istilah kurang waras, atau juga hilang ingatan. Apapun istilah yang dilekatkan pada orang gila, intinya sama. Yaitu orang yang tidak mengenal dirinya dan mengontrol perilakunya. Tidak mengherankan orang gila bisa bertindak semaunya. Mereka kurang perduli reaksi orang lain atas tindakannya.
Hal sama kita bisa lihat pada diri orang gila di Gerasa. Perilakunya mengganggu ketertiban umum sebab suka berteriak-teriak semaunya. Hidup sehari-harinya lebih banyak di kuburan. Tanda ia tidak perduli pada lingkungan. Dan, masyarakat kewalahan menghadapi ulahnya. Dirantai, namun rantai itu dipatahkannya.
Kehadiran orang gila berefek pada diri si orang gila itu sendiri. Ia amat menderita. Selain itu, masyarakat hidup dengan keresahan. Karena merasa terganggu. Tak diduga, Tuhan Yesus bertemu dengan orang gila tersebut. Orang lain ia tidak kenali. Ternyata kepada Yesus, orang gila tersebut tahu namanya. Dia berkata, ”Apa urusan-Mu dengan aku, hai Yesus, Anak Allah Yang Mahatinggi?”
Selanjutnya terjadi percakapan antara Yesus dengan orang gila tersebut. Lebih tepat percakapan antara Yesus dengan roh-roh yang menguasai orang gila itu. Namanya “ Legion”, artinya banyak sekali roh yang menguasai orang gila tersebut. Ujung percakapan itu, roh-roh yang menguasai dan mengendalikan meminta jika Yesus mengeluarkan dari tubuh orang gila, diperkenankan masuk ke tubuh babi-babi tersebut. Jumlah babi 2.000 ekor.
Yesus memenuhi permintaan roh-roh itu. Maka babi-babi yang menjadi pilihan roh-roh itu terjun ke jurang dan mati. Tidak ada satu ekor pun yang tersisa masih hidup.
Saudaraku, aneh bukan? Bagaimana mungkin Yesus mau memenuhi permintaan roh itu? Sebab, dengan Yesus memberi ijin ada pihak yang dirugikan. Dan tingkat kerugiannya tinggi. Jika harga babi itu senilai 5 juta perekor, jelas ijin itu merugikan pemilik babi secara finansial. Kurang lebih 10 milyar. Fantastik. Pertanyaannya, mengapa Yesus tidak melakukan mukjizat saja. Tanpa mengeluarkan dana. Tanpa kerugian finansial.
Saudaraku. Kita bisa bertanya melihat keganjilan ini. Yesus pasti mampu mengeluarkan roh-roh tanoa harus membayar kerugian sebesar 10 milyar. Saya yakin, amat yakin Yesus mampu melakukannya. Lalu mengapa itu tidak dilakukannya? Sebuah cara tanpa kehilangan harta berharga.
Saudaraku. Pesan dari tindakannya pasti ada. Lalu apa? Bagi Yesus, nilai kewarasan dan orang gila itu lebih mahal dari sekian harga babi-babi. Manusia lebih bernilai dari binatang. Pembelajaran yang lain, perjumpaan dengan Yesus mengubah hidup seseorang. Dari nobody menjadi somebody. Dari hilang ingatan menjadi mengenali lagi lingkungannya. Dari ketidakwarasan menjadi hidup yang tertib. Tidak ada lagi sosok yang melukai diri sendiri dan merusak ketertiban.
Saudaraku, dengan Yesus yang menghargai kita, maka kita tidak diperkenankan menyepelekan orang lain. Kita patut respek atas sesama. Selain itu, kesehatan berharga dan tubuh kita pun berharga. Tubuh sehat itu mahal. Kenormalan itu tidak murah. Berarti panggilan kita menjaga tubuh tetap sehat. Dan mengisi hidup yang berharga ini, dengan perilaku yang mencerminkan kita menghargai tubuh dan kesehatan kita. Olah raga yang cukup. Pikiran yang tenang. Makanan yang sehat. Pola hidup yang tertib.
Mari kita berdoa, Tuhan ajarlah kami melindungi dan menjaga tubuh dan kesehatan sebaik-baiknya. Dan kami bisa mengontrol gaya hidup kami, sehingga nampaklah kami merawat dengan baik pemberian-Mu.
Seluruh doa kami naikkan dalam nama Yesus. Amin.