Peduli Adalah Wujud Kasih

Oleh Pdt. Supriatno

Selamat pagi, selamat akhir pekan, Saudara2 yang baik. Indahnya kehidupan manakala Cinta kasih Tuhan terus menaungi hidup kita. Hendaklah kita berkata, “ terima kasih Tuhan Yesus. Kami bersyukur dan memuji nama-Mu.

Firman Tuhan hari ini diambil dari Ibrani 13:2, “Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.

Saudaraku. Ciri khas orang jaman baheula adalah melakukan perjalanan. Mungkin ada yang langsung komentar, ” oh, sekarang juga sama, pak. Orang suka traveling. Orang senang melakukan perjalanan, apalagi kini moda transportasi sudah lengkap dan nyaman”. Betul, sekali. Orang jaman now, juga suka melakukan perjalanan. Pergi ke berbagai kota dan negeri, naik kendaraan darat, laut maupun udara. Tinggal di penginapan atau hotel, sambil bertualang kuliner. Pergi ke Jogja cari gudeg, pergi ke Surabaya, cari lontong balap, pergi ke Bali cari babi guling. Jadi, pergi melakukan perjalanan kini malah trend.

Tepat sekali, saat ini orang suka melakukan perjalanan, bahkan tidak hanya mengunjungi kota-kota dan tempat di dalam negeri, malah hingga ke luar negeri. Apa bedanya? Bedanya adalah orang-orang yang hidup di jaman firman Tuhan ini disampaikan, mereka melakukan perjalanan dengan amat sederhana. Mereka bepergian lebih banyak jalan kaki. Membawa bekal sendiri, dan jika malam tiba untuk waktunya istirahat mereka tidur di tempat2 yang dianggap aman bukan nyaman.

Dengan corak perjalanan demikian, tubuh sangat letih, makanan sangat terbatas dan tempat istirahat begitu sederhana. Sehingga sudah menjadi kebiasaan baik, bagi orang yang murah hati bersedia membuka pintu rumahnya buat orang yang kemalaman dalam perjalanannya. Istilah yang dipakai tumpangan. Memberi tempat buat istirahat malam, disertai berbagi makanan yang sesederhana apapun, supaya besok pagi orang itu bisa melanjutkan perjalanannya kembali. Ya, tentu tubuh lebih segar dan mungkin juga diberi bekal makanan buat di jalan.

Kebiasaan baik ini dalam firman Tuhan di atas, dianjurkan hendaknya dipraktikkan dan dilestarikan. Yaitu memberi tumpangan bagi orang yang berada dalam perjalanan. Sebuah praktik keramahan terhadap orang asing. Mereka belajar mengerti dan memberi, tertuju kepada tamu yang tidak dikenal. Rumah mereka menjadi rumah yang bisa mensuplai tenaga yang baru. terlebih dari itu budaya sehat untuk merenda persaudaraan dengan orang yang tidak dikenal.

Jelas, dengan memberi tumpangan, seorang tuan atau nyonya rumah terbebani. Mereka harus direpotkan dengan kedatangan tamu tidak dikenal dan diundang. Repot menyediakan makanan, ruang buat berbaring dan tidur tamunya, bisa pula kebutuhan lain yang diperlukan sang tamu. Ya, bisa dilihat sebagai beban.

Tapi firman Tuhan mengajaknya menjadi kebajikan. Suatu perbuatan yang terpuji. Bahkan, seorang malaikat bisa datang yang mencari tumpangan. Artinya, malaikat ingin melihat dan merasakan sendiri, apakah orang percaya sudah berlaku ramah dan perduli atas pihak yang sedang membutuhkan tumpangan.

Orang yang butuh tumpangan bisa saja orang asing. Tidak ada ikatan kerabat atau sahabat. Orang yang betul-betul tidak dikenal sebelumnya. Kelihatannya suatu situasi sekarang berbeda. Jangankan memberi tumpangan, jika kita bertanya alamat saja ada yang sudah ketakutan. Orang yang dianggap asing harus dihadapi hati-hati. orang asing atau tidak dikenal sekarang lebih banyak dicurigai.

Bukankah itu juga yang kini banyak ditanamkan orang tua kepada anak-anaknya, “ingat, ya, jangan buka pintu kalau ada tamu yang kamu tidak kenal” atau “jangan sekali-kali komunikasi dengan orang yang tidak dikenal. Hati-hati nanti diculik, lho.” Saya mengerti nasihat itu lahir buat melindungi anak-anak kita. Saya mengerti banyak orang tua tidak mau dirinya atau anggota keluarganya terkena risiko akibat berjumpa dengan orang asing. Karena seringnya beredar informasi tentang ulah orang jahat, yang diasosiasikan pelakunya orang asing yang tidak dikenal.

Akhirnya, dipukul rata. orang asing itu membahayakan. Hati-hati. Jangan sekali membuka komunikasi dengan mereka. Jika itu ditanamkan terus lama-lama orang takut bergaul secara berlebihan. Terutama dengan orang yang baru ditemui. Di kereta atau bus takut mengobrol dengan penumpang di sebelahnya. Akibatnya, jika ada orang asing punya niat tulus bertanya, tidak digubris.

Jika pola pikir itu makin menggumpal, rasanya sulit sekali orang mau melaksanakan firman di atas. Firman yang mengajak berbuat ramah atas orang asing, berbagi kebaikan dengan mereka. Bisa menganggap tidak penting membangun persaudaraan dengan orang yang baru pertama kali berjumpa.

Lalu, apakah itu berarti firman itu tidak relevan? Justru di situ tantangan melaksanakan ajakan firman Tuhan. Firman Tuhan tidak gampang dipraktikkan tapi bukan tidak bisa. Tuhan memberi tuntunan tentu Dia tahu kita mampu menjalankannya. Cuma ini menyangkut keseriusan dan komitmen. Jika tidak punya keseriusan dan komitmen jangankan hal sulit, yang mudah saja tidak mau melakukannya. Salah satu sebab karena setba takut. Termasuk takut kena risiko.

Inti firman Tuhan adalah, kasih itu tidak memandang bulu. Kasih itu diberlakukan kepada pihak yang tidak punya ikatan keluarga dan kawan. Kasih itu tidak sempit. Tetapi menjangkau mereka yang butuh bantuan. Tak terbatas pada orang yang kita kenal.

Diberlakukan untuk orang yang kita kenal juga buat yang tidak kita kenal. Terlebih buat yang sedang emergency. Yakni orang yang betul-betul sedang membutuhkan pertolongan. Di depan mata kita, di sebelah rumah kita, kini banyak yang butuh bantuan.

Ini panggilan kasih kristiani kita yang paling up to date. Memberi kelegaan atas korban wabah virus korona. Ada seorang supir yang seharian tidak membawa pulang uang buat keluarga. Ada pedagang yang pulang dengan makanan tak terjual. Ada karyawan kehilangan pekerjaan. Perusahaan mengalami kerugian besar. Sampai orang yang butuh kelegaan batin, karena kerabatnya pergi selama-lamanya.

Jangan tak acuh atas orang2 seperti itu, siapa tahu orang yang seperti itu adalah malaikat utusan Allah yang ingin melihat, apakah kita orang beriman punya kasih dan perduli atas mereka yang tengah memikul kesukaran dalam hidup.

Kita berdoa, Ya, Allah. Terima kasih buat hari ini. Kiranya hari ini kami dapat bertindak hal yang melegakan buat sesama kami yang tengah butuh bantuan.

Tuhan, Kami berdoa kepada-Mu agar warga negeri ini dan pemimpin kami taat dan takut kepada-Mu. Sehingga semua berkesadaran menghormati kepentingan bersama. Dalam nama Yesus yang penuh belash kami berdoa.