Pelajaran dari Corona: Bertolong-tolonganlah!

Oleh Pdt. Hariman A. Pattianakotta

Indonesia dahulu dikenal sebagai bangsa yang ramah. Bahkan, kita mempunyai semangat kerja sama yang dikenal dengan nama gotong-royong. Apa pun latar belakang suku, agama dan ras, kita bisa bahu-membahu dalam mengerjakan sesuatu. Sayangnya, kearifan-kearifan yang kita punyai itu kini mulai terkikis oleh roh-roh zaman. Fanatisme dan egoisme membuat kita berjarak, bahkan ada yang sampai saling melukai satu dengan yang lain.

Tiba-tiba Corona datang. Kita pun dianjurkan, bahkan diperintahkan untuk berjarak. Social distance istilah kerennya. Dan baru sekarang inilah kita mendapatkan pelajaran baru: Berjarak itu menghidupkan, sedangkan berkumpul itu mematikan. Namun, tentu berjarak di sini berbeda dengan berjarak karena fanatisme dan egoisme. Dalam yang terakhir ini, yang dibela adalah kepentingan (kelompok) sendiri, sedangkan berjarak dalam pandemi Corona adalah demi kelangsungan kehidupan semua.

Corona tak mengenal SARA atau pun strata sosial. Semua bisa terjangkit dan menjangkiti. Semua berada dalam ancaman Corona. Karena itu, semua orang bangkit bersama melawan Corona. Disadari atau tidak, Corona sedang mengajarkan kita untuk kembali bergotong-royong.

Lebih dalam lagi, Corona sedang mendorong kita untuk beragama dan menjalani hidup dengan jernih seturut dengan kehendak Sang Hidup. Salah satu kejernihan itu terungkap dalam praksis etis “hidup bersama dan untuk yang lain.”

Karena itu, salah seorang guru hikmat mengajar: “Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu!” (Galatia 6:2). Dengan bertolong-tolongan kita memenuhi hukum kasih dan hidup kita menjadi berguna. Nampaknya, inilah jalan hidup jernih yang mesti kita tempuh.

Kita tidak bisa mementingkan keselamatan kita saja dalam situasi pandemik. Jika tetangga kita abaikan dan mereka tertular, tidak ada jaminan bahwa kita akan terbebas. Sangat mungkin kita pun akan ikut tertular. Jadi, kita mesti saling menjaga. Kita harus saling bertolong-tolongan. Semprot rumah kita dengan disinfektan, jika punya lebih, semprot juga rumah tetangga kita.

Indah sekali jika pasca pandemi ini, spirit bertolong-tolongan dapat kita jalani terus dengan jernih. Tuhan memberkati.

Pdt. Hariman A. Pattianakotta (Pendeta UK. Maranatha)