Oleh Pdt. Supriatno
Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Kita berterima kasih dan bersyukur kepada Allah Yang Maha Baik, Ia menambah satu hari lagi usia kehidupan kita. Dan kita bisa menikmati istirahat malam dan Ia melindungi kita.
Pada akhir pekan ini, kita ingin mendapat inspirasi dari firman Tuhan, diambil dari “Tetapi dalam Tuhan Yesus kuharap segera mengirimkan Timotius kepadamu, supaya tenang juga hatiku oleh kabar tentang hal ihwalmu. (20) Karena tak ada seorang padaku, yang sehati dan sepikir dengan dia dan yang begitu bersungguh-sungguh memperhatikan kepentinganmu”. Filipi 2: 19-20
Saudaraku, dalam hubungan kerja yang formal tentu ada orang yang dinilai bisa dipercaya. Karena kecakapan yang dimiliki, kesungguhan dalam bekerja, kepribadian yang terpuji, maka muncullah seorang individu yang kemudian dinilai dapat dipercaya. Kita bisa temukan di kantor, di organisasi maupun dalam kehidupan gereja, ada orang-orang yang demikian. Tentu orang seperti itu menjadi aset.
Di mata rasul Paulus, Timotius adalah sosok yang punya tempat tersendiri. Ia menyebut Timotius sebagai “teman seperjuangan”. Jika saya menyebut bapak atau ibu adalah teman seperjuangan. Maka, itu artinya kita punya mimpi bersama yang luhur dan bergandengan tangan berusaha keras meraihnya. Kita dekat satu sama lain. Fase-fase sulit dalam menghadapinya tidak memisahkan kita. Di dalam istilah teman seperjuangan terkandung relasi formal, tetapi juga relasi personal yang indah. Dan memang di antara mereka terjalin keakraban yang kuat. Dua orang yang kerap ngopi bareng, lalu bertemu untuk bicara ngalor-ngidul tentu, terlalu berlebihan relasi demikian diberi label “teman seperjuangan”.
Timotius sungguh dipercaya rasul Paulus. Hal ini, pasti bukan jatuh begitu saja dari langit. Ada bukti dan ada pengalaman yang mendukung alasan rasul Paulus menaruh rasa percaya. Dari pengamatan dan lewat perjumpaan langsung sebagai teman seperjuangan rasul Paulus menilai kepantasan Timotius menyandang sebagai orang dipercaya.
Saudaraku, Firman Tuhan memberi kesaksian tentang relasi keduanya, rasul Paulus dengan Timotius. Dalam bahasa populer, mereka berdua kompak. Seiring-selangkah. Terdapat kesamaan memberi prioritas pada pelayanan kepentingan pribadi. Rasul Paulus yakin mengutus Timotius untuk mengunjungi Filipi mewakili dirinya, suatu pilihan tepat. Dan mengabarkannke Jemaat Filipi bahwa Timotius merupakan orang tepat pula.
Saudaraku, dalam bidang kehidupan apapun, khususnya yang menyangkut relasi kerja dan relasi pribadi, sangat penting adanya kepercayaan (trust). Tak kalah penting juga hadirnya orang yang dipercaya. Tak terbayangkan sebuah perusahaan kehilangan kepercayaan (trust). Bisa gulung tikar. Sebuah bank yang tiba-tiba diterpa kehilangan kepercayaan konsumennya, jangan tunggu satu bulan. Dalam hitungan hari bank itu bisa jatuh. Karena para nasabahnya menarik uang beramai2. Seorang pemimpin propinsi atau kabupaten yang kehilangan kepercayaan, segera merasakan pahitnya cibiran dan kritik. Di Korea Selatan, seorang pejabat yang diberi tugas untuk mencegah dan mengatasi penyebaran virus corona, melakukan tindakan bunuh diri. Ia merasa gagal. Sebab virus makin meluas dan korban semakin banyak. Ia merasa limbung tatkala berhadapan dengan kehilangan nilai kepercayaan.
Betapa penting dan berharganya nilai kepercayaan. Vital dalam hidup ini. Jangan jauh-jauh, bagaimana rasanya menjadi suami yang tidak lagi dipercaya istrinya, atau sebaliknya? Kita masih ingat, dulu ada seorang pemimpin agama yang amat populer. Dikagumi dan dihormati. Bukan saja di kalangan umatnya, bahkan di kalangan umat yang berbeda agama dengan tokoh itu. Kini, pesonanya hilang dan umat pun satu-persatu berpaling meninggalkannya. Mengapa? Itu tadi, kepercayaan tidak melekat lagi. Ya, karena satu langkah pilihan hidup yang diambilnya, yang kemudian menciderai kepercayaan umatnya.😌
Saudaraku, Timotius adalah sosok yang dipercaya. Tugas pelayanan diemban dengan baik. Kesetiaannya bukan musiman, tetapi permanen. Teguh cintanya pada Tuhan. Pelayanan dimaknai dengan pengabdian, bukan area meraih keuntungan pribadi. Sebagai sahabat, Timotius dapat diandalkan. Karena berada di samping rasul Paulus di momen2 tersulitnya. Tak heran rasul Paulus menyebutnya, “Timotius, anakku yang sejati dalam Tuhan!..” Pasti, rasul Paulus mengungkapkannya dengan bangga.