Oleh Pdt. Supriatno
Saudara-saudaraku yang baik. Saat bangun di pagi ini, semoga tubuh kita lebih bugar dan perasaan kita lebih segar. Kita menyongsong hari baru dengan kehadiran Allah yang memimpin hidup kita. Mari mengawalinya dengan terima kasih dan rasa syukur.
Firman Tuhan yang memandu langkah kita adalah, “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Roma 12:2
Saudaraku, kita senang mempunyai kesamaan dengan pihak lain. Sementara itu, kita sulit bertemu dengan keperbedaan. Tidak heran, muncul naluri untuk bersahabat atau membangun persekutuan dengan pihak yang punya kesamaan. Waktu saya mahasiswa di Jogja, 30 tahun lalu. Betapa senang jika kumpul dengan mahasiswa lain dengan asal yang sama, khususnya dari Jawa Barat. Bisa ngobrol ngalor-ngidul dalam bahasa Sunda. Ada kenyamanan tersendiri bergaul dengan pihak yang sama.
Tidak heran, jika sekarang muncul WA grup berdasarkan kesamaan. Ada yang sama almamater sekolahnya, ada WA grup berdasarkan sama tempat tinggal, profesi, hobby, dsb. Itu semua tumbuh bagai jamur di musim hujan.
Saudaraku, bagaimanapun kesamaan itu memberi dorongan saling mendekatkan diri. Menciptakan rasa tenang. Sekaligus menjadikan hal-hal lebih mudah dilakukan. Sebaliknya, hal berbeda kita hindari.
Meskipun demikian, firman Tuhan mengajar kita pagi ini tentang sisi panggilan untuk berbeda. Kita diminta untuk berbeda. Dan keperbedaan harus menjadi hal yang melekat pada identitas kita. Tentang apa gerangan? Orang Kristen hadir dengan keimanan kepada Yesus Kristus. Dalam kaitan itu, orang Kristen harus bersikap, berperilaku dan bermental sesuai keimanannya.
Tegasnya, karena iman orang Kristen di Roma berbeda iman kepercayaannya dengan orang Roma pada umumnya. Maka, mereka musti berbeda pula dalam sikap dan perbuatannya. Jika orang Roma menyembah dewa. Orang Kristen harus menjauhi tindakan demikian. Jika orang Roma senang dengan hiburan gladiator, yaitu yang mempertontonkan kaum budak yang dipertandingkan dengan hewan buas. Orang Kristen jangan punya kesenangan yang sama.
Pendeknya, antara orang Kristen dan orang Roma pada waktu itu justru harus berbeda. Tidak boleh sama. Apa artinya sudah jadi orang Kristen, sedangkan gaya hidupnya tidak memperlihatkan perubahan dan perbedaan? Wajah fisik orang Kristen tetap sama, namun sikap, perilaku moral sudah semestinya tidak boleh sama.
Saudaraku, tentu menyandang panggilan untuk berbeda dengan lingkungan tidak mudah. Kita bisa diasingkan. Tidak nyaman. Pihak lain menatap kita dengan ekspresi kurang senang.
Saudaraku, hal yang tidak dapat kita hindari adalah berbeda karena perubahan. Senang atau tidak senang. Mau tidak mau. Perubahan terus-menerus mewarnai kehidupan ini, termasuk terjadi dalam hidup kita. Jangan jauh-jauh, silahkan lihat diri kita masing-masing. Gerakan fisik kita tidak lagi sesigap dulu. Tanpa kaca mata, ada di antara bapak-ibu sudah mulai sulit membaca huruf-huruf di HP ini, membaca pun harus pelan-pelan. Lihatlah, kulit kita menjadi makin lama makin kendur. Dan koleksi penyakitpun datang tanpa diundang.
Saudaraku, dalam kehidupan iman perlu perubahan. Kita harus berbeda. Kita harus hindari sikap ikut-ikutan agar sama dengan sekitar kita. Jika tidak, maka bukan sikap ideal yang diperlihatkan. Justru sikap dan perbuatan yang memprihatinkan.
Saudaraku, apa artinya kita menjadi Kristen jika hidup kita tidak berubah? Apa artinya kehidupan penuh iri, dendam, konflik, fokus hanya pada hal yang duniawi, kehidupan rohani tidak menjadi prioritas? Jelas, itu tidak mencerminkan perubahan yang membawa pembaruan. Kulit atau casingnya baru, isi jeroannya masih lama. Hidup yang demikian, bukan kekristenan sejati. Masih jauh api dari panggang, kata pepatah kita.
Mari, Saudaraku. Di hari-hari menghayati minggu-minggu sengsara Yesus kita terus membarui diri sesuai semangat dan ajaran serta etika kristiani. Tanpa kesediaan berubah, jelas kekristenan kita tidak bermakna. Dan bisa menimbulkan komentar sinis, “katanya orang Kristen. Kok, ucapannya menyakitkan. Perbuatannya mengecewakan?” Sama saja.