Ramah Kepada Anak

Oleh Pdt. Supriatno

Bacaan: Markus 10:14

Selamat pagi, bapak-ibu, opa-oma, mas-mbak dan Saudara-saudaraku yang baik. Sungguh, cinta kasih Tuhan itu berkesinambungan, dari semalam hingga kini tetap berlangsung. Berbahagialah kita yang mendapat bagian pemeliharaan-Nya.

Firman Tuhan hari ini diambil dari, “Ketika Yesus melihat hal itu, Ia marah dan berkata kepada mereka: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.”

Markus 10:14

Saudaraku, dalam setiap masyarakat ada saja bagian dari masyarakat itu yang disepelekan. Malah lebih dari itu dianggap rendah. Di masyarakat Israel anak-anak dan perempuan diposisikan tidak setara dibandingkan laki-laki dan yang sudah dewasa. Itu bisa terlihat pada sikap para murid Yesus. Mereka menolak para orang tua yang mengantar anak-anaknya berjumpa dengan Tuhan Yesus. Sementara itu, ada orang tua yang rindu jamahan tangan Tuhan Yesus secara langsung atas anak-anaknya.

Sedangkan murid- murid Tuhan Yesus sebaliknya, tidak hanya menolak bahkan marah-marah kepada mereka. Mereka bisa saja mempunyai cara berpikir seperti masyarakatnya. Mereka produk budaya pada masanya. Atau juga, menilai anak-anak membawa kegaduhan. Berisik. Padahal, menurut mereka, Tuhan Yesus membutuhkan suasana tenang dan serius.

Dengan sikap para murid seperti itu. Para murid menciptakan kehadiran Tuhan Yesus hanya buat kalangan terbatas. Bersifat eksklusif. Hanya untuk kalangan tertentu saja. Mereka membuat tembok pemisah antara Tuhan Yesus dan anak-anak. Keterpisahan yang mereka ciptakan bukan hanya mencakup fisik, tetapi sekaligus juga cinta kasih Tuhan Yesus.

Itu merupakan kekeliruan fatal. Sebab, bukankah Tuhan Yesus datang untuk semua orang. Dia datang untuk manusia segala umur, semua kalangan, segala suku-ras, baik orang kaya maupun miskin, orang Yahudi maupun bangsa-bangsa lain. Termasuk jenjang usia, tua-muda maupun anak-anak dan orang dewasa. Kasih Tuhan Yesus Maha Tak Terbatas.

Karena itu, sikap para murid tidak sejalan dengan sikap Tuhan Yesus yang merangkul, memeluk dan memberi kehangatan cinta buat semua manusia, tanpa dibatasi tua-muda. Anak-anak pun punya tempat istimewa.

Dalam Kerajaan Allah, terdapat kasih, keadilan, kebenaran, para anak punya tempat untuk mengecapnya. Sehingga segala bentuk penyisihan, penolakan dan tindakan yang menjauhkan cinta kasih Allah atas anak-anak bertentangan dengan misi Tuhan Yesus. Tuhan Yesus hadir juga buat mereka. Karena itu, anak-anak harus diproteksi, dirangkul dan mendapat hak menerima kasih Allah yang sama.

Firman Tuhan begitu jelas dan gamblang bagaimana semestinya kita memperlakukan anak-anak. Masyarakat hendaknya bersikap ramah terhadap anak-anak. Hak-hak sebagai anak tidak boleh dirampas dari mereka. Kita masih melihat anak-anak di jalan. Waktu yang seharusnya berada di sekolah, mereka habiskan waktu untuk meminta-minta.

Sedihnya, ada orang dewasa di balik itu yang memanfaatkannya. Termasuk bayi-bayi yang digendong perempuan yang belum tentu ibunya. Tapi diperalat agar efektif menggugah rasa kasihan. Yang ujung-ujungnya anak atau bayi itu jadi korban niat buruk orang dewasa tersebut.

Masih banyak anak-anak Indonesia yang dipisahkan dari haknya. Ada yang jadi pekerja kasar padahal usianya harusnya di usianya energinya untuk sekolah dan waktu bermain yang sehat. Ada juga, anak-anak korban kekerasan. Termasuk kekerasan seksual. Mereka rentan. Rapuh secara fisik maupun sosial.

Sebelum masa pandemik Corona-19, banyak anak-anak yang menghabiskan waktu hidupnya di jalan-jalan. Karena memang mereka tidak tahan tinggal di rumah orang tuanya yang sumpek, sempit dan berdesak-desakan. Percaya atau tidak, di suatu daerah di bagian ibu kota ini, sebuah rumah petak berukuran 4×4 meter dihuni beberapa keluarga. Bagaimana anak-anak bisa nyaman tinggal di rumah seperti itu? Bagaimana bisa membaca buku? Bagaimana tidur dengan nyaman? Akhirnya, mereka keluar dari kesumpekan dengan mencari ruang gerak di luar rumah.

Kita sebaiknya dengan segala kemampuan yang ada pada kita. Didukung semangat dan komitmen, kita menjadikan dunia yang ramah anak. Keluarga yang ramah anak, gereja yang ramah anak dan masyarakat yang juga ramah buat anak-anak. Ciptakanlah ‘surga kecil’ buat mereka, bukan ‘neraka besar’ yang menderitakan mereka.

Kita ciptakan rumah kita nyaman dihuni anak-anak. Kita ciptakan Gereja yang membuka pintu lebar- lebar buat anak-anak, sehingga mereka bisa bertemu Tuhan Yesus. Rawatlah mereka agar mencintai Tuhan dan gereja-Nya. Sehingga tunas kesetiaannya bukan lantaran didorong-dorong, apalagi dipaksa-paksa. Bukankah mereka kelak menjadi masa depan gereja juga?

Kita berdoa, “Tuhan buatlah kami mencintai sosok anak-anak. Mengasihi dengan tulus dan menjaga hak-haknya dengan serius.

Kami juga berdoa buat para Oma-opa, para lansia yang kondisi tubuhnya memerlukan topangan kekuatan dari Tuhan. Kiranya mereka mampu bersabar di dalam Tuhan. Dan di akhir pekan ini mereka bersuka cita hatinya.

Berkati kami semua bersama keluarga kami agar akhir pekan ini kami mencintai dan ramah terhadap anak-anak, seperti Kristus juga untuk mereka. Dalam nama Kristus, kami berdoa. Amin.