Pergaulan Yang Sehat
Selamat pagi, ibu-bapak, mbak-mas, oma-opa dan Saudara-saudaraku yang baik. Semoga pagi ini, kita menghirup udara hari baru seraya mengucap syukur kepada Allah. Hanya karena Dia-lah, kita dan keluarga kita masih diberi umur kehidupan. Bahan refleksi harian: 1 Raja-Raja 12:14
ia mengatakan kepada mereka menurut nasihat orang-orang muda: “Ayahku telah memberatkan tanggungan kamu, tetapi aku akan menambahnya; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi
1 Raja-Raja 12:14
Saudaraku, pemimpin baru senantiasa melahirkan harapan baru. Apakah konteksnya di tengah kehidupan kantor, gereja atau masyarakat. Terlebih jika figur pemimpin terdahulunya lebih banyak mengecewakan dalam menjalankan tugas kepemimpinannya.
Seiring dengan itu, seorang pemimpin adalah orang yang dipercaya untuk membawa kehidupan bersama kebih baik. Inilah amanat utama di pundaknya. Kepemimpinan harus berdampak positif dalam kehidupan manusia. Terutama menyangkut kehidupan bersama.
Harapan ini kerap kandas. Manakala seorang pemimpin bukannya bertujuan atau berorientasi memajukan hidup bersama. Malah justru sang pemimpin hanya berfokus memikirkan diri sendiri, keluarga sendiri dan konco- konconya sendiri.
Rehabeam baru saja diresmikan sebagai raja, menggantikan ayahnya. Ayahnya dinilai gagal memimpin bangsa Israel. Tidak heran bangsa itu menaruh harapan besar padanya. Bahwa di bawah kepemimpinannya negeri itu dan rakyatnya menjadi sejahtera dan adil. Yang dipimpinnya mendapat perlakuan lebih baik daripada pendahulunya.
Apa yang terjadi? Bukannya Rehabeham menyerap aspirasi dan mengabulkannya, malah kekuasaan dipakainya untuk makin menindas rakyat. Tindakannya malah lebih buruk dibandingkan raja sebelumnya.
Saudaraku, hal ini terjadi oleh sebab Rehabeam lebih mendengar bisikan teman-teman dekatnya, orang-orang muda. Kalangan yang tidak punya pengalaman mengurus kepentingan orang banyak. Teman pergaulannya menghasut Rehabeam agar menarik keuntungan dari kekuasaan miliknya.
Saudaraku. Salah mengelola kepemimpinan bisa menjadi sumber kekecewaan. Terlebih Rehabeam menutup diri dari nasihat orang bijak. Akibatnya apa? Tindakan raja malah menyengsarakan rakyat. Bukan kesejahteraan melainkan rakyat makin sengsara. Akhirnya, rakyat Israel merasa tidak puas. Puncaknya rakyat terbelah dua. Pecahlah kerajaan. Israel menjadi dua kerajaan; kerajaan Israel dan kerajaan Yehuda. Salah kelola kekuasaan terjadi karena pemegang kekuasaannya salah gaul. Teman yang salah akan memberikan nasihat yang salah.
Saudaraku, betapa penting kita mempunyai lingkungan pergaulan yang tepat. Kita patut memilih dan memilah lingkungan pergaulan yang sehat. Berteman dengan orang yang berintegris, niscaya kita memberi energi positif. Tapi, bergaul dengan orang yang dalam pikirannya memperkaya diri sendiri. Kelak kita pun terimbas olehnya.
Di Isarel, seorang gembala berjalan di depan, agar bila ada bahaya dia siap menyelamatkan domba-dombanya. Di Chili, beberapa tahun lalu, ada penambang yang terkubur di bawah tanah. Berbagai cara dilakukan untuk menyelamatkan mereka dan berapa pun biayanya. Setelah perjuangan yang menelan bisya dan waktu, para penambang yang terkubur itu bisa diselamatkan. Cara menyelamatkannya satu orang butuh waktu 45 menit. Sedangkan jumlah mereka puluhan. Sungguh menegangkan. Satu persatu ditarik keluar dan selamat. Akhirnya, tinggal orang terakhir. Siapa dia? Ternyata pemimpin regunya. Ia memilih yang terakhir karena ingin anak buahnya selamat lebih dulu.
Hal itu, contoh karakter kepemimpinan yang baik. Saya yakin mereka bisa begitu ditempa lingkungannya, entah keluarga atau komunitasnya.
Saudaraku, hari Senin ini, kita bisa mengenal siapa saja. Namun, betapa baiknya jika lingkungan pergaulan yang kita pilih adalah lingkungan yang menjadi berkat bagi kehidupan bersama.
Dan baik juga, kita menciptakan lingkungan pergaulan yang sehat. Sehat jasmani dan rohani. Sehingga menjadi pilihan orang-orang lain untuk bergabung di dalamnya. Sebab kita sadar, bahwa lingkungan memang ikut menentukan apa yang kita akan lakukan. Apakah itu baik atau tidak baik perbuatan kita. Semoga kita tetap bergaul dengan Allah. Begitupun bergaul dengan orang-orang yang mengasihi Allah.
Kita berdoa, “Tuhan, kiranya saat kami melangkah menjalani hidup ini, bersama-Mu dan bersama lingkungan pergaulan yang sehat. Sehingga praktik hidup kami tidak mengecewakan Tuhan dan tidak mengecewakan diri kami.
Tuhan, Kiranya anak-anak kami yang menjalani ujian sekolah, diberikan kemampuan. Karuniakan kesehatan dan kemauan belajar agar ujian sekolah bisa dilewati.
Inilah, doa kami Tuhan. Dengarlah dan kabulkanlah. Amin.
Oleh Pdt. Supriatno