Menjalin Persahabatan
Selamat pagi, ibu-bapak, oma-opa dan Saudara-saudara yang baik. Pagi baru telah hadir. Kita masih menghirup nafas kehidupan. Terima kasih kepada Tuhan yang memungkinkan ini kita kecap. Bahan refleksi harian: 1 Samuel 18:29
Maka makin takutlah Saul kepada Daud. Saul tetap menjadi musuh Daud seumur hidupnya
1 Samuel 18:29
Saudaraku, ada orang yang tidak siap bahwa di luar dirinya ada sosok manusia lain yang punya kelebihan. Ada yang lebih pintar. Lebih kreatif. Lebih mampu mengerjakan hal- hal yang sulit.
Ketidak siapannya mengakibatkan bukan apresiasi tapi kebencian yang dilahirkan. Bukan pujian malah benih ketidak sukaan yang ditaburkan. Demikianlah, yang kita lihat pada diri Saul tatkala ia melihat sosok Daud. Ia tidak siap. Terutama saat merasa Daud menjadi sumber ancaman sebagai pendatang baru yang makin populer di mata rakyatnya.
Kedua orang ini punya modal lebih besar untuk bekerja sama. Hidup rukun saling menghormati. Sebab keduanya mertua dan menantu. Mikhal adalah putri Saul yang menjadi istri Daud. Dengan demikian, relasi mereka dekat sekali.
Sayangnya, seperti firman Tuhan sabdakan justru mereka hidup bermusuhan. Tidak sekedar bermusuhan bahkan itu berlangsung “seumur hidup”. Saudara, kita tahu betul bagaimana suasana dan akibat jika hidup diwarnai permusuhan.
Seorang yang dikuasai permusuhan pikirannya merancang hal yang buruk, emosinya bergejolak, dadanya panas dan ucapan penuh sumpah serapah bisa keluar. Bayangkan, betapa tidak enaknya diri kita dikuasai suasana seperti itu. Apalagi bukan berlangsung satu-dua hari, melainkan seumur hidup. Alamak.
Saudaraku, betapa tidak nyamannya hidup dilingkupi suasana permusuhan. Berarti tidak enak punya musuh dalam hidup ini. Sosok musuh menggerogoti hidup yang tentram dan damai. Jika demikian, betapa nyamannya hidup dalam suasana persahabatan. Sedangkan sosok sahabat menghadirkan ketentraman dan suka cita.
Maka, benarlah pendapat yang menyatakan bahwa yang membedakan orang yang bahagia dan tidak bahagia adalah faktor sahabat. Orang yang berbahagia mampu menjalin persahabatan. Mereka dikelilingi para sahabat dan komunitas yang akrab.
Sedangkan mereka yang tidak bahagia, adalah yang hidup menyendiri. Sulit membangun persahabatan dan hidup menjauh dari komunitasnya.
Jadi, tatkala kita ingin bahagia di hari ini, hindarkanlah menciptakan permusuhan dan menambah sosok musuh. Kita lebih baik menciptakan sikap dan perilaku yang bersahabat. Dan kita menjadi bagian komunitas atau persekutuan yang akrab. Punya ikatan kuat saling mengasihi dan menguatkan.
Kita berdoa: Tuhan, di hari yang baru ini, kiranya kami bisa menciptakan lingkungan keluarga, jemaat, tempat kerja yang nyaman dan tentram bukan permusuhan.
Kami mendoakan yang berulang tahun. Kiranya hari istimewa ini membawa suka cita, rasa syukur dan kebahagiaan.dan karuniakan panjang umur.
Tuhan, dalam menjalani aktivitas kami hari ini, mampukan kami bisa berkarya. Dan kami pun saling menopang agar orang lain mampu melakukan karya pula.
Seluruh doa ini kami minta dalam nama, Yesus, amin.