Semua Transparan
Puji Tuhan. Ketika kita membuka mata, pagi baru telah tiba. Dan Tuhan tetap sayang kepada ibu-bapak, oma-opa dan saudara-saudaraku yang baik. Kiranya di hari baru kita merasa kesinambungan kasih-Nya. Bahan refleksi harian: Mazmur 139:1-3
TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui, kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.”
Mazmur 139:1-3
Saudaraku, Tuhan mengenal kita amat dekat. Saking dekatnya, Ia tahu isi pikiran, hati dan apapun yang kita perbuat. Tidak ada tabir setebal apapun yang bisa menghalangi Tuhan melihat keberadaan kita.
Meskipun demikian, tidak sedikit orang lupa atau mengabaikan hal tersebut. Bisa jadi gelap mata dan gelap nurani sehingga ucapan dan tindakannya dilakukan seakan Tuhan tidak tahu.
Saudaraku, suatu hari seorang kakak-adik mengunjungi kediaman kakeknya, sekaligus pertaniannya. Kakeknya menyarankan sang cucu lelakinya bernama Johny bermain-main di hutan dekat rumahnya. Sambil si kakek membekali dengan sebuah ketapel.
Sayangnya, tidak ada seekor binatang pun yang bisa dibawa pulang. Dengan hati kesal, ia balik ke rumah kakeknya. Selanjutnya, ia melihat seekor bebek, yang sesungguhnya binatang yang amat disayangi neneknya. Diluapi rasa kesal ia mengarahkan ketapelnya yang berisi batu ke arah bebek itu. Eh, ternyata kena tepat di kepalanya dan langsung mati.
Cucu lelaki itu panik, takut dan sedih. Segera dengan diam-diam dia kubur bebek malang itu, lalu ditutupi tumpukan kayu. Ternyata kakak perempuannya bernama Sally, melihat semua kejadian itu. Namun ia tidak berkata sepatah kata pun.
Setelah makan malam, neneknya meminta Sally untuk mencuci alat-alat makan. Tapi, Sally berkata, “Nek, Johny berkata padaku, ia yang mau mencucinya”. Lalu Sally menghampiri Johny dan berbisik, “Ingat bebek mati itu?” Johny akhirnya yang mencuci.
Beberapa hari kemudian, kakeknya bertanya apakah cucunya mau memancing. Neneknya berkata, “Kek, Sally aku mau minta membantu menyiapkan makan malam”. Sally tersenyum dan berkata, “Tapi Johny tadi bilang, dia yang mau menyiapkannya, Nek”. Dia berbisik lagi ke Johny, “Ingat, bebek itu?” Akhirnya Sally senang-senang memancing, sedangkan Johny bekerja.
Akhirnya, lama-lama Jhony tak tahan. Ia mendatangi neneknya dan mengaku tindakannya. Neneknya memeluk Johny dan berkata, “ Aku tahu, sayang. Karena waktu itu nenek sedang berdiri dekat jendela dan melihat seluruh kejadian itu. Nenek mencintaimu dan telah mengampunimu. Hanya, nenek ingin tahu berapa lama kau mau sembunyikan kejadian itu?”
Saudaraku, Tuhan maha tahu segala peristiwa, termasuk kesalahan yang kita lakukan. Di hadapan-Nya semua transparan. Tidak ada yang bisa disembunyikan. Tak ada pula yang bisa ditutup-tutupi. Hanya, setelah melakukan kesalahan atau dosa, berapa lama kita menunda untuk mengaku dan memohon pengampunan-Nya. Jangan terlambat, karena keterlambatan bisa merugikan kita sendiri secara fatal. Jangan sampai penyesalan kita terlambat, sebab kita tidak tahu umur kita. Selain itu, Tuhan selalu menanti momen kita memohon pengampunan. Kita bisa bersembunyi dari mata manusia, tapi mata Tuhan dapat melihat apapun dalam diri Anda dan saya.
Kita berdoa: Tuhan, kiranya kami memohon pengampunan-Mu, sebab Engkau Maha Pengampun dan Maha Tahu segalanya dengan ucapan, sikap dan segenap diri kami.
Bagi yang ulang tahun, berkat Tuhan yang indah beserta saudara kami. Berilah kebahagiaan dan panjang umur. Demikian juga keluarga bersuka cita.
Tuhan, Kami serahkan para lansia, orang tua kami yang sudah sepuh. Kami percaya kehadiran-Mu membahagiakan mereka. Hadirlah atas mereka. Yang sakit diringankan. Yang kesepian dihiburkan. Dan para anak-anak dan keluarga memberi perhatian yang cukup.
Lindungilah kehidupan anak-anak jemaat, baik yang balita maupun remaja dan pemuda. Yang sakit jamahlah agar sembuh. Dan yang mencari jati diri, kiranya mereka menemukan jati diri yang menuntun ke perkembangan diri yang baik dan sehat.
Seluruh doa ini, kami panjatkan dalam nama Yesus. Kabulkanlah, ya, Tuhan. Amin.
”Cara berpikir yang berkenan kepada Tuhan dan sesama, kelak membentuk watak penuh cinta kepada-Nya dan sesama.”