Gigih Menuntaskan
Selamat pagi, ibu-bapak, kakek-nenek dan saudara-saudaraku yang baik. Waktu terus bergulir. Perjalanan hidup kita berlanjut. Ada yang sehat, ada yang sembuh dari sakit, ada pula yang tengah menantikan pemulihan dan kesehatan. Dalam keragaman itu, kita tetap bersyukur. Bahan refleksi harian: Nehemia 6:14
Ya Allahku, ingatlah bagaimana Tobia dan Sanbalat masing-masing telah bertindak! Pun tindakan nabiah Noaja dan nabi-nabi yang lain yang mau menakut-nakutkan aku
Nehemia 6:14
Saudaraku, mengabdi pada pekerjaan mulia tidak otomatis semua orang mendukung. Meskipun yang kita kerjakan tidak punya motif mencari uang, ada saja yang kontra. Ada saja yang keberatan. Nehemia mengalami pengalaman demikian. Ia direcoki dan dihalang-halangi dalam membangun tembok Yerusalem.
Ia tinggalkan pekerjaan bergengsinya, lalu “pulang kampung”. Sebagai juru minuman raja jelas itu pekerjaan yang amat dipercayai raja. Kenalannya kelas atas. Pergaulannya luas dari berbagai kalangan. Tapi, hatinya pedih mendengar nasib buruk yang menimpa kota Yerusalem. Ia memutuskan meninggalkan gaya hidup istana, serba bersih dan mudah.
Kemudian berganti dengan pekerjaan penuh keringat, tenaga terkuras, tanpa fasilitas lengkap. Tapi itu tadi, pengorbanan begitu besar tidak semua orang mengapresiasi. Ada yang memfitnah, ada yang menakut-nakuti. Bahkan tembok yang sudah dibangun ada yang merusaknya.
Tadi, firman Tuhan menyebut nama Sanbalat. Ia tokoh berpengaruh. Tapi, selalu memusuhi Nehemia malah musuh terbesarnya. Begitu pun Tobia, tokoh licik. Kedua orang itu melancarkan ejekan, ancaman, melakukan berbagai cara untuk menjatuhkan Nehemia.
Saudaraku, tidak hanya dua orang itu saja yang nyinyir atas niat mulia Nehemia. Ternyata ada juga nabi perempuan dan nabi-nabi lain. Mereka masuk golongan yang tidak merestui pekerjaan Nehemia. Tokoh masyarakat dan tokoh agama keliru sikap. Sama-sama kontra pekerjaan luhur dan mulia.
Kita bisa membayangkan betapa lelahnya Nehemia. Lelah fisik dan juga lelah batin, menghadapi rongrongan dan intimidasi mereka. Jika ia tidak punya mental baja, ia sudah mental. Terlempar. Jika ia tidak mengandalkan Tuhan dan sahabat lain yang simpatik, dia sudah menyerah. Mengapa? Karena bekerja buat hal mulia perlu ditopang banyak hal. Finansial tentu perlu. Tapi sikap gigih dan tahan uji juga penting.
Saudaraku, tidak hanya dulu kini pun terjadi. Tatkala kita atau gereja hendak berbuat baik di tengah masyarakat. Ada yang bersimpati dan mendukung. Ada pula yang mencurigai. Seolah-olah di balik kegiatan kita ada agenda atau niat buruk dan busuk.
Pengalaman Nehemia, selama ia tidak bertindak curang. Ia mengajak serta pihak lain yang hatinya bersih. Dan melibatkan Tuhan dalam pekerjaan. Akhirnya Alkitab menyatakan “Maka selesailah tembok itu pada tanggal dua puluh lima bulan Elul, dalam waktu lima puluh dua hari.”
Mari kita berdoa: Tuhan, saat kami berniat mengerjakan hal mulia, kiranya kami gigih menuntaskannya. Meski ada yang menghalang-halangi.
Tuhan, bagi yang berulang tahun, karuniakan hidupnya dengan hati gembira. Sehingga di tengah suka cita dan bahagia, dia menjadikan hidupnya sebagai garam dan terang. Berikan kebahagiaan dan panjang umur.
Tuhan, berkenanlah berada dekat dengan mereka yang mengalami pergumulan pribadi dan keluarga. Semoga Tuhan memberi solusi bagi mereka.
Dalam nama Yesus, doa ini kami panjatkan. Amin.