Refleksi Harian: 2 Tawarikh 16:10

Terbuka Terhadap Nasihat

Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Malam telah berlalu, pagi baru telah tiba. Kasih Tuhan tetap menyertai kita. Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Bahan refleksi harian: 2 Tawarikh 16:10

Maka sakit hatilah Asa karena perkataan pelihat itu, sehingga ia memasukkannya ke dalam penjara, sebab memang ia sangat marah terhadap dia karena perkara itu. Pada waktu itu Asa menganiaya juga beberapa orang dari rakyat

2 Tawarikh 16:10

Saudaraku, dalam suatu kunjungan ke seorang warga jemaat yang dirawat di rumah sakit. Kamar perawatannya tenang sekali dan tidak sedikitpun suara dari luar terdengar. Padahal lokasinya tidak jauh dari jalan raya yang amat sibuk. Saya melihat mobil mundar-mandir. Padat sekali. Lalu, dalam kepenasaran saya membuka sedikit jendelanya. Langsung suara deru mobil dan klakson riuh terdengar masuk. Spontan saya tutup lagi. Maka kamar itu tenang sekali. Kembali tidak ada suara sedikitpun masuk. Itulah namanya kedap suara.

Suara sekeras apapun tidak bisa tembus ke sebuah kamar yang kedap suara. Bagaimana jika ada orang yang telinga dan hatinya tidak mendengar suara apapun dari luar? Ia tidak perduli suara dari siapapun. Ia terus melakukan apa yang dalam penilauannya benar. Wataknya laksana kamar kedap suara tersebut.

Raja Asa, memerintah 41 tahun. Menandakan betapa hebatnya dia, sehingga bisa berkuasa selama itu. Orang yang berkuasa di sebuah jabatan bisa dua kemungkinan. Dia berhasil dan sangat disukai. Atau, dia berkuasa dengan tangan besi. Yang tidak suka dibungkam.

Sosok raja Asa merupakan figur yang sukses. Ia hebat. Dia politikus yang licin bagai belut. Untuk mengalahkan seseorang dia sangat cerdik. Jika pakai jalan kekerasan tidak mempan, dia pakai pendekatan suap. Dia tahu, salah satu kelemahan manusia adalah pada nafsu terhadap harta.

Lalu, buat seorang nabi kiprah raja Asa menjadi sasaran nasihat. Nabi Hanani melihat ada ketidak beresan. Di matanya raja Asa mengelola kekuasaan tidak sesuai keinginan Allah. Raja Asa lebih bertumpu pada kekuasaan. Dia tidak bersandar pada Allah.

Saudaraku, suara nabi mencerminkan keinginan Allah. Dalam hal ini agar raja Asa memperbaiki diri. Tapi, sebagai orang yang “kedap suara”, ia tidak menggubris suara kenabian. Suara kejujuran nabi dinilainya mengganggu. Karena tidak berupa pujian dan dukungan.

Akibatnya, raja Asa marah ke sang nabi. Sekaligus kepada rakyat yang menyuarakan pesan yang sama. Ia mengganjar mereka dengan hukuman penjara. Di mata raja Asa suara kebenaran yang diutarakan mereka merecoki kekuasaannya.

Saudaraku, Alkitab menyatakan bahwa ”Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.”. Artinya, ada orang yang tertutup atas ajaran yang benar. Termasuk nasihat yang benar. Mengingat suara seperti itu mengusik ketenangannya. Bukankah suara kejujuran berkata salah adalah salah. Dan bodoh adalah bodoh, seperti yang dikatakan nabi Hanani.

Saudaraku, di akhir pekan ini, kita terbuka atas suara yang ingin memperbaiki diri kita. Selama pekan ini tentu ada ucapan, tindakan dan keputusan yang keliru yang lahir dari kita. Tatkala ada suara kebenaran datang, kita menyambutnya. Jangan “ kedap suara” atasnya.

Kita berdoa: mampukan kami untuk terus memperbaiki diri dan mengikuti suara kebenaran-Mu.

Kami bersyukur dan ikut bersuka cita pada hari ini, bagi mereka yang mendapat usia baru. Berkatilah hidup mereka. Limpahi dengan kesehatan, kegembiraan, kebahagiaan dan damai sejahtera. Keluarga mereka pun kiranya merayakannya dengan penuh syukur, kehangatan dan antusias.

Berkati orang tua kami, opa-oma kami, anak2 dan cucu2 kami, cicit2 kami, segenap saudara, kerabat dan terlebih juga pasangan hidup kami. Dia yang Engkau berikan sebagai pendamping hidup kami. Buatlah agar kami tetap setia dan mencintainya.

Doa ini, kami panjatkan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: 2 Tawarikh 16:10