Meringankan Beban Orang Lain
Selamat pagi, oma-opa, ibu-bapak dan Saudaraku yang baik. Segala sesuau berasal dari Tuhan. Termasuk kesehatan dan keselamatan kita. Puji syukur, hingga detik ini Allah adalah Pemilik hidup kita yang maha baik. Bahan refleksi harian: 2 Korintus 8:23.
Titus adalah temanku yang bekerja bersama-sama dengan aku untuk kamu; saudara-saudara kami yang lain itu adalah utusan jemaat-jemaat dan suatu kemuliaan bagi Kristus
2 Korintus 8:23
Saudaraku, ada beberapa nama yang punya hubungan dekat dengan rasul Paulus. Maka, salah satu nama yang perlu disebutkan adalah Titus.
Titus menemani rasul Paulus saat momen-momen sulit. Dia hadir di masa sulit dan berat yang dihadapi rasul Paulus. Ketika rasul Paulus mengunjungi Yerusalem, sebuah Jemaat yang getol mempersalahkan kerasulannya. Tituslah dan bersama Barnabas yang menemani kunjungannya.
Momen lain, di saat Jemaat Korintus berada puncak kesulitan, dialah yang bersedia dikirim ke sana. Dengan demikian, patut diungkapkan, Titus adalah sosok yang cakap atau kompeten menangani hal- hal sulit.
Dia amat diandalkan untuk mengorganisir dalam menghimpun bantuan untuk Anggota Gereja di Yerusalem yang terbelit kemiskinan.
Saudaraku, dari firman yang kita baca tadi, rasul Paulus memperkenalkan sosok yang bekerja denganya untuk membantu Jemaat di kota Korintus. Jemaat di Korintus patut tahu Titus punya kontribusi dalam pelayanan rasul Paulus. Dan efek positifnya terasa bagi mereka yang sedang mengalami kesulitan.
Saudaraku. Ada banyak ragam tipe atau sikap manusia. Tipe pertama, orang yang suka bikin susah orang lain (make bitter). Kehadirannya lebih banyak merepotkan. Di masyarakat suaranya sumbang terus. Kalau tidak mencela, ya, nyinyir. Perbuatan pihak lain selalu dianggap salah terus. Di gereja selalu mencela program-program pimpinan Jemaat.
Tipe kedua, orang yang membuat situasi yang susah menjadi lebih baik (make better). Jika ada yang tidak beres, sigap mau diajak membenahi. Ringan langkah dan ringan membantu. Ajakan untuk memperbaiki keadaan, direspon dengan kesediaan yang tulus.
Kita tentu ingin tipe kedua. Kita ingin tindakan kita menciptakan rasa lega dan suka cita atas orang-orang yang perlu bantuan. Dan rasanya kita sepakat, bahwa Titus tergolong tipe kedua. Ingin meringankan beban orang lain. Bukan menambah beban orang yang kesulitan.
Kita sudah masuk Minggu Pra- Paskah. Hendaknya semangat kita disegarkan kembali dengan misi Utama Kristus Yesus ke dunia ini. Dia datang untuk membebaskan beban utama manusia yakni dosa.
Selanjutnya, kehadiran-Nya identik dengan memberi. Maka, undangan kita merayakan Minggu pra Paskah juga dengan memberi. Dalam hal ini dengan meringankan pergumulan sesama, bisa mulai dari rumah sampai di area umum. Jika Anda biasa biaya makan perhari 50.000 rupiah. Sisihkanlah 5.000 rupiah dan dihimpun sampai paskah berakhir. Kemudian, uang yang disisihkan itu kita pakai untuk mereka yang membutuhkan. Atau contoh lain.
Mari kita berdoa. Tuhan memasuki Minggu Pra Paskah, kami tidak hanya berkutat dengan bentuk ritual. Ajarlah dan kuatkan kami agar kami bisa hadir dengan membuat yang sedih menjadi bersuka cita. Menemani yang putus asa sehingga tumbuh pengharapan. Jangan kami mencetus lahirnya masalah di tengah keluarga, gereja dan masyarakat. Melainkan fungsi menggarami dapat kami laksanakan.
Kami berdoa agar memasuki hari Senin ini, Tuhan memberi kami tubuh yang sehat dan jiwa yang semangat untuk terus berguna bagi sesama sebagai wujud memuliakan nama-Mu.
Seluruh doa ini, kami panjatkan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.
Oleh Pdt. Supriatno