Refleksi Harian: 2 Timotius 1:7

Menata Hidup Teratur

Selamat pagi bapak, ibu, eyang kung, eyang ti, opung, dan saudara-saudara yang kami cintai. Kita masih hidup dalam tantangan dan tidak mudah, karena kita masih ada di dalam masa pandemi. Saat kita bangun pagi, sungguh pemberian-Nya yang membuat hati suka cita. Bahan refleksi harian: 2 Timotius 1:7.

Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban

2 Timotius 1:7

Saudaraku, keteraturan itu indah. Saat kita menata rumah, setiap benda diletakkan dengan susunan yang teratur enak dipandang mata. Lain, dengan meletakkan barang yang serampangan. Terlihat berantakan. Betapa tidak nyaman kita melihatnya.

Hidup tertib sama dengan hidup teratur. Jika kita menata hidup kita secara teratur dampak positifnya terasa. Pukul lima pagi kita bangun. Kita lanjutkan dengan berdoa dan mendengar firman Tuhan. Setelah itu menyiapkan sarapan pagi buat keluarga. Dan itu, kebiasaan yang dilakukan secara rutin. Maka, kita sebut hidup teratur.

Beda, dengan seseorang yang bangun kadang pukul lima pagi. Besoknya bangun agak siangan. Jika moodnya sedang baik bikin sarapan, bila tidak cukup makan makanan kecil yang ada. Berdoa dan baca firman Tuhan jika sedang mau atau ingat.

Saya kira, lebih banyak dampak positifnya hidup yang teratur. Bagi kesehatan tubuh maupun kesehatan jiwa. Suatu kota yang tidak tertib atau teratur mencerminkankan jiwa penduduknya. Siapapun tahu, kota Singapura lebih tertib dibanding Jakarta. Karena penduduknya sudah tinggi budaya hukumnya. Disiplin sosialnya sudah kuat.

Saudaraku, sebagai orang kristen pada diri kita sudah ada roh ketertiban. Roh yang diberikan Tuhan pada diri kita (implant). Jadi, potensi untuk hidup dalam ketertiban kita memilikinya. Sekaligus kita diarahkan memiliki arah hidup yang tertib.

Ketika kita menemukan sesama yang hidupnya tertib, lalu juga berjumpa dengan yang tidak. Pasti kita merasakan keperbedaan satu sama lain.

Saudara, dalam kitab Amsal terdapat pesan bahwa kita berkenan belajar dari binatang. Kita belajar dari semut, burung rajawali. Saya mengajak Anda belajar dari ikan. Ikan lele dibanding ikan tuna.

Kita tahu, habitat ikan lele itu di kolam yang airnya kotor dan berlumpur. Ikan jenis ini tidak suka hidup di air yang jernih. Dan hati-hati, salah menangkapnya kita bisa tertusuk patilnya. Patilnya mengandung racun yang membuat kulit bengkak kemerahan, nyeri, dan kebas atau kesemutan.

Sedangkan ikan tuna adalah ikan yang hidup di laut dalam. Ikan ini tidak bisa diam. Selalu bergerak dalam jumlah ribuan sekaligus tapi teratur. Bergerak searah mengikuti ikan tuna yang memimpinnya. Satu sama lain bersinergi. Dan harganya tentu mahal dan rasanya lezat.

Jika kita belajar dari kedua ikan itu. Maka, seseorang yang senang hidupnya di lingkungan kotor. Berbahaya bagi orang lain. Jelas, ia bermentalintas lele. Berbeda jika bermentalitas tuna. Gerak hidupnya terarah. Dia senang dengan keteraturan. Hidupnya tidak berantakan tapi tertata dengan apik. Menghargai yang lain dan mengindahkan pemimpinnya.

Saudaraku, di akhir pekan ini, kiranya kita terbuka untuk menata hidup tertib, teratur. Kehidupan pribadi maupun kelompok yang dijiwai roh ketertiban menjadikan hidup nyaman, indah dan menyenangkan.

Tuhan, tumbuhkanlah di hati kami semua agar di masa pandemi ini kami berperilaku yang tidak merugikan orang lain. Demikian juga tidak merugikan diri sendiri.

Tuhan, berilah di hari ini buat saudara kami yang ulang tahun, Berilah hati yang gembira, rasa syukur dan panjang umur serta kesehatan yang baik.

Dalam nama Yesus, doa ini kami panjatkan. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: 2 Timotius 1:7