Refleksi Harian: Bilangan 12:1-2

Pembawa Damai

Selamat pagi, ibu-bapak, kakek-nenek, dan saudara-saudaraku yang baik. Ketika kita bangun di pagi ini, ada yang tubuhnya sehat. Ada juga yaang justru masih terbaring sakit. Meskipun demikian, kiranya tetap bersyukur kepada Tuhan. Dengan bersyukur itulah, kita masih melihat banyak hal yang kita terima dari Allah. Bahan Refleksi Harian: Bilangan 12:1-2

Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. (2) Kata mereka: “Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?” Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN.

Bilangan 12:1-2

Saudaraku, betapa berbahagianya punya saudara sekandung semuanya terlibat dalam pekerjaan Tuhan. Orang tua mana yang tidak bangga, jika semua anaknya aktif di dunia keagamaan. Anak-anak yang bisa berperan demikian, satu sama lain bisa saling tukar pikiran dan saling memperkaya wawasan.

Amram memiliki tiga orang putra-putri, 2 laki dan satu perempuan. Anak laki-lakinya sangat berperan memimpin orang Israel keluar dari Mesir, yaitu Musa dan Harun. Sedangkan putrinya bernama Miryam. Posisinya pun penting, ia disebut nabiah. Pemimpin di kalangan perempuan orang Israel.

Pada satu momen, ketiga bersaudara itu hampir terputus persaudaraannya. Gara-gara perkawinan Musa. Harun dan Miryam menolak keras Musa mengawini perempuan Kush. Mereka mengatai Musa. Di mata mereka kekeliruan. Mungkin, bagi mereka mengapa Musa tidak menikahi perempuan Israel saja.

Ternyata, sikap penolakan kedua bersaudara itu berkepanjangan. Miryam dijatuhi hukuman oleh Tuhan. Seluruh tubuhnya terkena kusta. Penyakit menakutkan dan tak tersembuhkan. Rencana keberangkatan rombongan meninggalkan Mesir pun tertunda.

Mengapakah sampai sejauh itu, sebuah penolakan diganjar Tuhan? Saudaraku, sikap mengatai Musa, tidak semata-mata serangan pribadi. Lebih dari itu. Penolakan mereka bisa membentuk opini buruk tentang Musa. Dan itu akan menurunkan kredibilitas Musa di mata orang Israel.

Padahal, waktu itu dibutuhkan keutuhan dan kebulatan kepercayaan atas Musa. Opini yang diciptakan Harun dan Miryam berpengaruh pada rencana Tuhan. Apalagi, Harun dan Miryam secara tidak langsung (implisit) menyatakan bahwa Allah bisa berfirman tanpa lewat Musa. Tentunya, maksudnya bisa lewat mereka.

Jelas, sikap Harun dan Miryam bisa melahirkan rivalitas di antara mereka. Dan ini berbahaya, sebab akan berdampak pada kesatuan sikap orang Israel pada Musa.

Di sinilah, terlihat ada iri hati dan ketidak tulusan dari ketidak setujuan atas perkawinan Musa dengan perempuan Kusy. Ada agenda dan rencana lain. Mereka ingin menggantikan Musa. Jelas, Allah tidak berkenan. Ada udang di balik batu dari sikap Harun dan Miryam. Karena itu menjatuhkan hukuman. Bersyukurlah kemudian Tuhan mengampuninya.

Saudaraku, Allah tidak menyukai nilai persaudaraan terputus. Dan Allah pun tidak mau itu berdampak buruk pada rencana-Nya. Di sinilah, kita senang jika dalam sebuah keluarga aktif dan berkontribusi dalam pekerjaan Tuhan. Saling menopang dan memperkaya. Keutuhan persaudaraan berdampak positif pada pelayanan kita kepada-Nya.

Kita berdoa: Tuhan, kiranya jadikan kami pembawa damai. Bukan yang suka dengan konflik dan permusuhan. Kiranya itu tercipta di lingkungan keluarga dan pekerjaan Tuhan.

Kami berdoa buat saudara kami yang bertambah usia. Kiranya hari ini merupakan bagian dari cinta kasih Tuhan. Sehingga ulang tahun menjadi momen indah dan penuh kegembiraan.

Kami berdoa untuk kesehatan dan keselamatan diri kami masing-masing. Jauhkanlah kami dari bahaya. Hindarkanlah dari sakit-penyakit. Khusus, buat mereka mereka yang tubuhnya lemah dan memerlukan perawatan. Ulurkanlah pertolongan-Mu yang ajaib. Sehinggga cepat pulih dan sehat kembali.

Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Bilangan 12:1-2