Kerukunan Itu Menyegarkan
Selamat pagi, Ibu- bapak, Oma-opa dan Saudara-saudara yang baik. Terpujilah nama Tuhan. Waktu terus bergulir, pagi yang baru telah tiba. Dan kita tetap dilindungi-Nya. Bahan refleksi harian: Mazmur 133:1
Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!
Mazmur 133:1
Saudaraku, hidup bersama di tengah keluarga dengan rukun itu kebutuhan penting. Dalam Alkitab digambarkan pola hidup demikian banyak manfaatnya. Karena jaman itu, tanah dan ternak tidak dibagi-bagikan untuk setiap ahli waris. Melainkan dikerjakan bersama-sama dan hasilnya buat dinikmati bersama.
Sedangkan jika terjadi perselisihan antara kakak-adik, dan mereka harus berpisah. Peristiwa itu sangat disesalkan. Kita ingat Abraham dan Lot, serta Yakob dan Esau. Mereka berselisih. Akhirnya berpisah dan terjadi pembagian kekayaan.
Saudaraku, mazmur ini mengingatkan ulang tentang indahnya hidup bersama dengan rukun. Ada manfaat yang bisa dipetik dari suasana demikian. Pemazmur memakai dua kiasan. Pertama, bagaikan minyak yang di atas kepala Harun yang meleleh ke janggutnya. Kedua, bagaikan embun gunung hermon.
Kedua kiasan itu mengandung pesan bahwa kerukunan itu menyegarkan. Dan memberikan sumber produktivitas. “Embun Hermon” di musim kemarau menunjukkan embun yang berlimpah. Sehingga ladang dan pohon berbuah baik.
Sebagai orang kristen kita mengenal dua makna “Saudara”. Pertama pengertian “saudara” lantaran ikatan darah yang sama. Kedua adalah saudara satu sama lain, karena ikatan iman yang sama. Dalam ikatan dan semangat kesatuan itulah, kita saling mengasihi, saling hidup rukun, dan saling mengampuni manakala terjadi kesalahan. Seperti layaknya saudara, kita merasa dekat, hangat dan penuh pengertian. Sebuah kehidupan bersama tanpa cinta, rukun, memaafkan maka kebersamaannya rapuh. Keropos. Kata “saudara” menjadi hambar. Hampa tanpa makna.
Sedangkan jika hidup dengan rukun, kita merasa kebersamaan yang menyegarkan. Kerukunan juga memberi peluang lahirnya hal-hal baik. Kesukacitaan, kreativitas, saling membantu, pengembangan diri, dll. Itu semua bisa muncul dalam hidup bersama yang rukun.
Di sinilah, karena itu Anda dan saya memandang penting hidup bersama dengan menjaga dan memelihara semangat kerukunan. Permusuhan cepat diselesaikan. Konflik cepat diatasi agar cepat padam. Satu sama lain merasakan diterima dengan tangan terbuka dan hati yang hangat.
Saudaraku, kita tahu sifat sebuah kota besar. Bertahun-tahun kita menghirup kehidupan kota besar. Kita menghirup udara polusi. Sekaligus juga menghirup hidup bersifat egoistik. Hidup sendiri-sendiri. Masa bodoh satu sama lain (selfish).
Gaya hidup demikian, bukan gaya hidup kristiani. Kita diajari Tuhan Yesus untuk hidup bersama yang lain. Dan suasananya diwarnai kerukunan. Semoga itu juga, yang kita kecap. Sekaligus, hal itu juga yang kita kampanyekan lewat mulut dan jari (medsos).
Kita berdoa: Tuhan, menyongsong peringatan natal, mampukan kami bukan berselisih tapi hidup yang rukun dengan sesama.
Kami menyerahkan aktivitas kami masing-masing ke dalam tangan Tuhan. Kiranya kami dilindungi dan dijaga oleh kuasa-Mu. Doa ini, kami panjatkan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.
Refleksi Harian: Mazmur 133:1