Jangan Tunda Berbuat Baik
Selamat pagi, mas-mbak, opa-oma, bapak-ibu dan Saudara-saudaraku yang baik. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah yang menuntun kita melewati malam dengan istirahat yang baik. Refleksi Harian: Galatia 6:10.
Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman
Galatia 6:10
Saudaraku. Setiap manusia, selama ia masih bernafas maka ia tetap masih mampu berbuat sesuatu. Termasuk berbuat baik. Seiring dengan itu, selama ia masih bernafas seorang manusia mampu melakukan hal yang baik buat sesamanya. Bahkan dalam keadaan terbatas sekalipun, setiap manusia pasti mampu berbuat hal yang berkenan buat manusia lainnya.
Kita tahu huruf braile, bukan? Huruf Braille adalah sejenis sistem tulisan sentuh yang digunakan oleh Tunanetra. Sistem ini diciptakan oleh seorang Prancis yang bernama Louis Braille. Ia menemukan dan membuat sistem pada saat ia mengalami buta. Kebutaan waktu kecil. Ketika berusia 15 tahun, Braille membuat suatu tulisan buat para tentara. Dibuat untuk memudahkan tentara membaca ketika gelap. Jadi, meski buta Louis Braile bisa menuntun orang buta melalui penemuannya. Jadi, bisa orang buta menuntun orang buta dalam konteks penemuan sistem baca braile.
Firman Tuhan menyadarkan bahwa kesempatan itu harus dimanfaatkan. Bagaimanapun, kesempatan jika sudah lewat maka kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dengan demikian, tidak boleh kesempatan itu lewat tanpa kita mengisinya. Dalam kaitan itu, orang-orang percaya di Galatia diajak firman Tuhan agar tidak menyia-nyiakan kesempatan berbuat baik. Terlebih pada saat mereka melihat ada saudara seiman yang dirundung kesulitan.
Saudaraku, melihat orang sedang kesulitan bermakna ganda. Pertama, orang kesulitan dilihatnya mendatangkan kesusahan. Beban. Bikin repot. Semakin menjauhi diri dari orang yang tengah kesulitan, berarti makin disukai. Sebab tidak terkena beban. Tidak direpoti dan direcoki, apalagi pada saat yang berbarengan juga situasi diri tengah repot.
Hal kedua, kesulitan adalah kesempatan dari Tuhan agar kita sungguh-sungguh mewujudkan kekristenan sejati kita. Kita diuji, betulkah kita memang hidup dengan semangat kasih, atau tidak. Bisa dilihat sebagai test case.
Dalam bagian lain firman Tuhan, Tuhan Yesus bahkan menyamakan diri dengan orang yang kesulitan, papa dan mengalami penderitaan ekstrim. Tidak punya pakaian, makanan, di penjara (Matius 25:31-46).
Bila kita tidak berbuat apa-apa atas mereka yang menderita, itu berarti sama dengan tidak berbuat apa-apa buat Tuhan Yesus sendiri. Sebaliknya, kita yang memberikan makan-minum, busana, menghibur atas mereka. Itu sama dengan melakukannya untuk Kristus. Dan mengantar sang pemberi masuk ke dalam kerajaan Allah.
Saudaraku. Ada seorang kakak yang kemana ia pergi, ia sambil menggendong adiknya yang lumpuh. Seorang yang merasa prihatin, “ kasihan sekali, kamu. Ke mana-mana harus membawa beban di punggungmu”. Orang itu langsung menjawab, “apa beban? Dia bukan beban, dia adikku”.
Jadi, tatkala hari ini saat kita mengisi hari di minggu pra paskah, kita melihat dan berjumpa dengan Saudara seiman yang sedang kesulitan. Yang bersangkutan bukan beban, tapi kesempatan buat kita berbuat baik. Jangan tunda berbuat baik, selagi ada kesempatan.
Louis Braile melihat orang lain yang buta bukan beban tambahan buat dirinya yang juga buta. Malah, jadi kesempatan ia mampu melahirkan kebaikan. Orang buta bisa menuntun orang buta, melalui temuannya. Bahkan, karyanya jadi berkat buat hanya saudara seiman, tetapi setiap manusia tuna netra.
Kita berdoa, Tuhan, kami masih dikarunia hidup. Kiranya itu menjadi kesempatan berbuat hal yang berkenan buat sesama kami.
Doa-doa ini kami naikkan dalam nama yang indah Yesus Kristus. Amin.
Oleh Pdt. Supriatno