Refleksi Harian: Galatia 6:9

Terus Berbuat Baik

Salam sehat dan suka cita, di pagi yang baru ini ibu-bapak, opa-oma dan saudara-saudara yang baik. Kita bersyukur malam hari sebagai karunia Tuhan agar kita bisa beristirahat. Bahan refleksi harian: Galatia 6:9

Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik karena apabila sudah datang waktunya kita akan menuai jika kita tidak menjadi lemah

Galatia 6:9

Saudaraku yang kami kasihi. Setiap orang yang punya kegiatan bersifat itu-itu saja sedikit banyak dia bisa dihinggapi perasaan bosan. Dia dihinggapi oleh suasana kejemuan. Jika ada seorang yang suka kuliner. Lalu dia punya makanan kesukaan, tapi kalau setiap hari dia makan makanan favorit itu: pagi dia makan, siang dia makan, malam dia makan. Seenak apapun makanan favorit itu, suatu saat dia akan berkata, “bosen juga saya makan ini.”

Hal itu, bukti dan tanda bahwa manusia selalu butuh variasi. Fenomena ini berlaku pada siapapun. Seorang yang menjalani isolasi mandiri, dari pagi, siang dan malam terus berada di ruangan yang terbatas. Seluruh aktivitasnya cuma di sekitar ruang itu. Saya yakin benar, yang menjalani isoman itu harus berjuang agar tidak jatuh dalam kejemuan dan kejenuhan. Aktivitas dan suasana monoton paling mudah mengundang kejemuan.

Kondisi jemu dan bosan bisa saja berpengaruh kepada semangat kita. Firman Tuhan mengingatkan, sekaligus mengajak orang percaya supaya kita jangan jemu-jemu dan jangan bosan. Khususnya dalam konteks berbuat baik. Itu berarti berbuat baik itu harus seperti orang bernafas dari pagi sampai malam. Begitu juga dari malam sampai pagi. Tidak putus-putusnya seseorang bernapas, belum pernah ada yang mengatakan “saya ingin berhenti bernafas. jemu bernafas terus sejak bayi hingga kini.”

Demikianlah sepatutnya, berbuat baik sebaiknya bagaikan aktivitas bernafas. Seperti doa adalah nafas bagi orang percaya. Dalam hidup kita tahu berbuat baik itu banyak ragamnya. Kita mengirimkan makanan sebagai bentuk solider buat yang isoman. Kemudian yang sakit tersebut terbantu dari kesulitannya. Itu sudah merupakan tindakan yang baik. Disebut kebaikan, lantaran apa yang kita lakukan ikut memberi andil dan berdampak pada tingkat kesehatan yang lebih baik untuk tubuh orang tersebut.

Kita mengirim pesan whattsapp (WA) kepada sesama yang sedang dirundung duka atau pergumulan berat. Dan pesan WA itu memberi kekuatan, dan pas sangat dibutuhkan. Itu juga sudah merupakan tindakan yang baik. Saat kita bangun pagi. Kita mendoakan orang-orang yang dikasihi. Sapaan dalam doa itu juga sudah merupakan perbuatan baik. Jadi, contoh-contoh demikian jangan jemu kita lakukan.

Mencegah kejemuan, maka kebaikan harus ditempatkan selaku perbuatan panggilan yang alami. Yang melekat dalam hidup sehari-hari kita sebagai orang beriman.

Pagi hari ini, bagi saudara yang menemani anak belajar lewat online. Meskipun ruang gerak terbatas di lingkungan rumah dan kadang-kadang tidak mengerti dengan materi ajaran. Janganlah jemu, tetap semangat. Apalagi buat anak-anak kita yang sudah lama belajar di rumah dengan online. Pendampingan orang tua sangat berarti.

Dengan pertolongan Tuhan. Kita tetap mampu melampaui tantangan kejemuan. Kita tidak lemah. Kita mengamini pada saatnya kita akan menuai. Perbuatan baik yang kita lakukan, pada saatnya akan berakhir dengan sukacita dan menuai dengan sorak-sorai.

Kita berdoa: Tuhan, kiranya kami dimampukan produktif dalam berbuat baik. Kami tidak jemu dan lemah, namun terus bersemangat dalam mempraktikkan kebaikan.

Kami bersyukur Tuhan telah memberi usia yang baru bagi saudara kami yang berulang tahun hari ini. Kiranya mereka bersuka cita dan bersyukur atas kebaikan-Mu, Tuhan.

Tuhan, pada hari ini, kami membawa kepadamu orang yang kami kasihi yang masih sakit. Yang dirawat di rumah maupun di rumah sakit. Anugerahkan kondisi kesehatan lebih baik.

Kami berdoa bagi para lansia. Semoga mereka tetap suka cita. Berbahagia bersama keluarga. Di masa pandemi ini, lindungilah mereka dengan kepak sayap-Mu.

Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Galatia 6:9