Refleksi Harian: Kejadian 27:43-46a

Persaudaraan Yang Rukun

Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah, yang kasih setia-Nya kepada kita tidak berubah. Pagi ini pun, kita merasakannya. Kita masih membuka mata dan melihat betapa baiknya Tuhan atas kita. Bahan refleksi harian: Kejadian 27:43-46a

Jadi sekarang, anakku, dengarkanlah perkataanku, bersiaplah engkau dan larilah kepada Laban, saudaraku, ke Haran, (44) dan tinggallah padanya beberapa waktu lamanya, sampai kegeraman (45) dan kemarahan kakakmu itu surut dari padamu, dan ia lupa apa yang telah engkau perbuat kepadanya…”

Kejadian 27:43-46a

Saudaraku, meski lahir dari rahim ibu yang sama, karakter tiap-tiap anak berbeda. Bukan hanya berbeda, malah bisa saling bertolak belakang. Ada yang pendiam, ada yang cerewet. Sering karena watak yang berbeda itu menimbulkan sikap yang juga berbeda menanggapi suatu kenyataan. Anak yang cerewet pasti komentarnya panjang dulu jika melihat suatu hari ibunya membelikan pakaian. Sedangkan si pendiam, tenang-tenang saja. Dia lihat, dia senang, langsung dia pakai.

Yakub dan Esau putra-putra Ishak, satu sama lain berbeda wataknya. Yakub ambisius, sedangkan Esau suka menyepelekan hal yang berharga. Puncak keperbedaan antar mereka berujung pada konflik panjang dan pahit. Kebencian dan dendam mewarnai perjalanan relasi kakak-adik. Tidak hanya sebatas mereka berdua. Ishak dan istri terkena imbas mereka. Mereka harus mengalami kepedihan mendalam.

Hal itu berawal dari ambisi Yakub ingin memperoleh hak dan berkat kesulungan. Sesungguhnya, sebagai anak kedua, itu jatah kakaknya Esau. Tapi, sesuai dengan wataknya ingin memiliki dan menguasai, cara menipu-pun dia tempuh. Sementara itu, Esau menganggap remeh hak dan berkat kesulungan. Sampai hal berharga itu, dengan ringannya dia mau barter dengan semangkuk sop kacang merah. Baru setelah proses barter terjadi, dia sadar adiknya merugikannya. Sebab, hak kesulungan akan mendatangkan jatah warisan tanah yang luas dan subur.

Kesadaran datang terlambat. Esau marah besar atas Yakub. Teganya, Yakub menipunya. Esau tidak mau introspeksi. Sebab bagaimanpun, wataknya yang menyepelekan atas hal yang berharga, ikut memberi andil terjadinya permadalah dia dan adiknya. Ia tumpahkan seluruh sumber kesalahan pada Yakub. Tak heran, ia marah sekali. Saking marahnya ia mau membunuh adiknya. Yakub bisa selamat, karena Ishak cepat memintanya pergi ke tempat aman. Dalam hal ini mengungsi ke rumah Laban, saudaraku.

Saudaraku, sesuatu yang penting dalam hidup itu tidak semata-mata yang bersifat bendawi. Persaudaraan yang rukun antar adik-kakak, itu juga sangat berharga. Antar kakak-adik harus dibangun sikap saling hormat. Dan jangan merugikan kakak atau adik, yang akhirnya menciptakan keretakan dalam relasi. Memang antar kakak dan adik meski lahir dari rahim yang sama, suka menyimpang perbedaan. Namun perbedaan itu harus dikelola dengan formula yang tepat. Meminjam falsafah Sunda, hidup agar saling tetap rukun harus saling asih, asuh dan asah. Saling mengasihi, saling memperhatikan dan merawat serta saling memperkuat.

Drama Yakub dan Esau tidak boleh terjadi di tengah keluarga kita. Serta, jangan sampai hal itu terjadi pada anak-anak kita. Persaudaraan yang rukun antar adik-kakak, itulah yang jika tercipta indah, menjadikan orang tua di masa tua bangga dan bahagia. Masa tua itu yang dipentingkan bukan berapa banyak jumlah uang di tabungan. Berapa luas lahan yang dimiliki. Tapi, seberapa rukun dan saling mengasihi antar anak-anaknya. Untuk itu, kita belajar dari kesalahan Yakub dan Esau, supaya kita tidak mengulang kesalahan yang sama. Tuhan memberkati hidup penuh rukun.

Mari kita berdoa, “Tuhan, jadikan kami memberlakukan kasih sejati antar adik-kakak menjadi nyata.

Kami berdoa untuk anak-anak, cucu-cucu, para keponakan yang menimba ilmu. Tuhan lindungi mereka, dan mampukan mereka tetap bertahan dengan pola belajar di masa pandemik. Kiranya di tengah keterbatasan ruang gerak mereka bisa bertahan karena pertolongan Tuhan. Berkati orang tua yang membimbing.

Doa ini, kami serahkan kepada-Mu. Kiranya Tuhan berkenan memenuhinya. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Kejadian 27:43-46a