Refleksi Harian: Kejadian 31:5-7

Selamat pagi, ibu-bapak, Eyang kung-eyang ti, mbak-mas, dan Saudara-saudaraku yang baik. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah yang menuntun kita melewati malam dengan istirahat yang baik, serta memungkinkan kita memasuki pagi yang baru. Bahan refleksi harian: Kejadian 31:5-7.

Telah kulihat dari muka ayahmu, bahwa ia tidak lagi seperti yang sudah-sudah kepadaku, tetapi Allah ayahku menyertai aku. (6) Juga kamu sendiri tahu, bahwa aku telah bekerja sekuat-kuatku pada ayahmu. (7) Tetapi ayahmu telah berlaku curang kepadaku dan telah sepuluh kali mengubah upahku, tetapi Allah tidak membiarkan dia berbuat jahat kepadaku.

Kejadian 31:5-7

Saudaraku, relasi anak dan orang tua tentu umumnya indah dan mesra. Bahkan, corak relasi terindah hubungan antar manusia kita temukan dalam kehidupan keluarga. Tuhan Yesus sendiri menggambarkan bahwa setiap orang yang melakukan kehendak-Nya, diakuinya sebagai, ”dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.

Meski demikian, orang yang punya ikatan keluarga mengalami relasi pasang-surut. Ada saatnya indah, pada momen tertentu suasananya buruk. Hal ini dalam Alkitab diutarakan dengan gamblang. Fakta yang tidak disembunyikan.

Kita tahu ikatan keluarga antara Yakub dan Laban. Menantu dan mertua. Seyogyanya hubungannya harmonis. Karena bagaimanapun, istri- istri Yakub adalah anak kandung Laban. Yakub menyunting Lea dan Rachel anak Laban sebagai istri pertama dan keduanya.

Sayangnya, apa yang terjadi? Laban memperlakukan Yakub sebagai obyek mencari keuntungan diri sendiri. Yakub diperlakukan tidak jujur dalam menerima upah. Kita tahu, Yakub bekerja pada mertuanya. Seyogyanya, pemberian upah yang jujur akan memenuhi hak Yakub. Dampaknya Yakub akan lebih sejahteta. Dan jelas kesejahteraan Yakub akan berefek pada anak kandungnya sendiri.

Sayangnya, pikiran terbaik Laban tenggelam oleh berbagai kecurangan. Pemberian besaran disunat dari jumlah yang semestinya. Berpuluh tahun praktik kecurangan itu terjadi. Saudaraku, hidup berorientasi harta menguasai Laban. Tak pelak hati nuraninya dibungkam demi harta kekayaan. Ia berambisi ingin semakin kaya.

Bagi Laban, kekayaan bertambah lebih baik daripada membangun relasi mertua dan menantu yang baik. Laban lebih bangga ternaknya semakin banyak daripada membangun suasana harmonis buat dengan keluarga anak kandungnya. Demi hal tersebut, Laban tega melakukan tindakan kecurangan atas menantunya sendiri bertahun-tahun.

Saudaraku, itu potret bagaimana buruknya sebuah relasi meski punya ikatan keluarga. Pasti, memori Yakub akan mencatat betapa buruknya sikap mertuanya. Yakub menyimpan kenangan pahit, bahkan getir.

Bandingkan dengan seorang warga Amerika berkulit hitam, bernama G. Floyd. Pria ini adalah orang baik-baik. Tanpa pernah ia duga dan bayangkan, dua orang polisi dengan pikiran rasis tiba-tiba memiting lehernya. Ia berusaha bertanya dan menjelaskan siapa dirinya. Tapi, polisi jahat itu makin keras memiting lehernya. Sehingga G Flyod hanya bisa mengucapkan kata, “Mama. Mama”, berulang-berulang, hingga nafasnya berhenti.

Apa artinya? Berarti, ia punya memori indah tentang sosok ibunya. Terutama ibunya biasa menolong saat ia membutuhkan bantuan. Sehingga saat ia tengah berjuang dari pitingan polisi yang salah tangkap, maka ia dengan terengah-engah memanggil ibunya.

Ya, sosok ibunya yang dipanggil, meskipun ibunya tidak mungkin datang sampai kapanpun. Mengapa? Karena ibu G Floyd sendiri sudah meninggal lebih dulu. Tetapi ungkapan “ Mama. Mama”, menyingkapkan betapa indah relasi ibu dan anak semasa hidupnya. Ibunya sangat berarti. Ia berhenti nafasnya sambil membawa memori kasih sayang ibu yang baik di matanya.

Hari ini, kami mengajak betapa penting membangun relasi anggota keluarga serasi dan harmonis.

Kita berdoa, “ Tuhan, tuntunlah kami menjadi bagian keluarga yang menaruh hormat dan cinta kasih sejati satu sama lain dalam relasi sehari-hari.

Pada hari Akhir pekan ini, Tuhan yang menambah usia Saudara-saudara kami. karuniakan mereka kesehatan, tenaga dan semangat serta suka cita. Dia terus hidup dekat kepada-Mu. Peliharalah seluruh anggota keluarganya.

Inilah doa kami. Kabulkanlah permohonan kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

refleksi harian: Kejadian 31:5-7