Refleksi Harian: Kejadian 39:12

Kelebihan Untuk Kebenaran

Selamat pagi, ibu-bapak, mbak-mas, oma-opa dan Saudara-saudaraku yang baik. Semoga pagi ini, kita menghirup udara hari baru seraya mengucap syukur kepada Allah. Hanya karena Dia-lah, kita dan keluarga kita masih dipercaya melanjutkan kehidupan. Bahan refleksi harian: Kejadian 39:12.

Lalu perempuan itu memegang baju Yusuf sambil berkata: “Marilah tidur dengan aku.” Tetapi Yusuf meninggalkan bajunya di tangan perempuan itu dan lari ke luar

Kejadian 39:12

Saudaraku, setiap orang mempunyai kelebihan. Atau di kalangan kristen jamak disebut talenta. Yang namanya kelebihan itu beraneka macam ragamnya. Ada yang dalam bentuk kecerdasan intelegensi. Pintar sekali. Untuk orang lain menguasai materi ilmu harus lama, bagi yang cerdas, dia dengan tanpa kesulitan memahaminya.

Kelebihan lain, bisa mempunyai suara yang merdu, sampai pada bentuk fisik diri. Dalam hal ini berupa kecantikan atau ketampanan. Tentu saja, kelebihan mengundang kebanggaan dan rasa syukur pada sang pemiliknya. Pada sisi lain, melahirkan kekaguman pada orang lain.

Bolehlah hal tersebut di atas, kita sebut karunia yang positif. Selain itu, kelebihan melahirkan tantangan dan ujian. Karena kelebihan itu mengundang orang cemburu bagi yang tidak menyukai. Mendatangkan godaan dari pihak yang mengidolakan.

Siapa yang tidak tahu tokoh Yusuf dalam Alkitab. Sejak kecil berada di tengah keluarga dan saudaranya sudah menonjol. Ia punya kelebihan dibanding saudaranya yang lain. Ayahnya dengan bangga mengistimewakannya. Sedangkan saudara-saudaranya yang cemburu justru membencinya.

Kelebihan mendatangkan suka cita dan kebanggaan, tapi bisa mengundang datang kesulitan. Ada rasa kagum, sejalan dengan itu ada rasa benci. Dua-duanya dialami Yusuf. Akibat kebencian saudara-saudaranya, Yusuf harus terdampar di negeri Mesir. Ia harus terpisah ribuan kilometer dengan ayah dan ibunya.

Kembali lagi, mengingat Yusuf seorang yang punya kelebihan terdampar di mana pun ia bisa tetap bertahan. Dan tidak hanya bertahan, malah tetap menciptakan kekaguman. Bagaikan berlian, meski dilempar ke lumpur benda itu tetap berkilau indah.

Di Mesir seorang kaya bernama Potifar memperkejakannya sebagai asisten rumah tangga. Kelebihannya tidak bisa disembunyikan. Yusuf bekerja baik. Didukung dari segi fisik ia seorang tampan. Pesona kelebihan ini menjadikan senang tuan dan nyonyanya. Tetapi, di mata nyonyanya ada tidak sampai di situ saja. Sang nyonya punya keterpesonaan erotik. Sampai kemudia ia mengajaknya untuk melakukan hubungan suami dan istri.

Yusuf dengan kelebihannya memang pemuda ideal. Tak heran istri pejabat ini cantik tergila-gila. Bagi Yusuf karena perempuan itu bukan milik sahnya, ia tidak merespon ajakan nyonyanya. Perempuan itu bertepuk sebelah tangan. Penolakan ini menimbulkan sakit hati pada diri majikan perempuannya.

Saudaraku, Yusuf tidak hanya punya aspek fisiknya menonjol. Tetapi juga punya prinsip hidup yang teguh. Walau Potifar tidak tahu, bagi Yusuf tidak jadi alasan untuk melanggar prinsip kesetiaan. Tuannya tidak tahu, tapi Tuhan maha tahu.

Saudaraku, Kesetiaan model Yusuf merupakan contoh bagus. Kepatuhan pada nilai tetap dipertahankan meskipun tidak ada orang yang tahu. Bukankah di masyarakat kita justru berbeda. Yaitu kepatuhan dijalankan karena ada manusia. Di kantor rajin karena ada pimpinan. Begitu pimpinan tidak ada di kantor malas-malasan. Pengendara mobil atau motor patuh terhadap rambu lalu lintas. Ya, karena melihat ada polisi. Begitu tidak ada polisi rambu-rambu tidak diperdulikan.

Yusuf lebih takut pada Tuhan, dan patuh pada nilai kesetiaan daripada mengikuti keinginan perempuan itu. Ini tidak gampang. Bahkan, ada orang menyalah gunakan kelebihannya justru menarik keuntungan yang melanggar prinsip iman.

Kita semua meyakini setiap orang punya kelebihan masing-masing. Semoga hari ini, kelebihan itu tetap kita arahkan agar terus setia pada Tuhan dan pada prinsip-prinsip kebenaran. Meski tidak ada orang lain yang tahu. Tapi, yang jelas. Tuhan selalu Maha Tahu atas apa yang kita lakukan.

Kita berdoa, “Tuhan, kiranya saat kami melangkah menjalani hidup ini, selama bersama-Mu kami tetap setia. Tidak mengecewakan Tuhan dan tidak mengecewakan sesama kami.

Tuhan, bentengilah kehidupan kami semua hari ini agar terhindar dari segala bahaya dan ancaman. Tuhan memberi kami kesempatan menikmatinya. Kiranya kami diberi tubuh sehat, setia dalam iman dan hidup suka cita serta sejahtera menyertainya. Berkati keluarga kami masing-masing dengan kebahagiaan.

Inilah, doa kami Tuhan. Dengarlah dan kabulkanlah. Dalam nama Yesus. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Kejadian 39:12