Saluran Kebaikan
Selamat pagi, bpk- ibu, oma-opa dan Saudara-saudaraku yang baik. Perjumpaan dengan kasih Tuhan selalu membawa kelegaan dan suka cita. Itulah pengalaman kita semalam. Kini, kita menyongsong hari baru dengan rasa terima kasih kepada Tuhan. Bahan refleksi harian: Amsal 3:27
Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya
Amsal 3:27
Saudaraku, ada kisah lama. Suatu desa di Perancis punya sebuah kebiasaan. Setelah panen anggur, mereka berpesta. Setiap warga menyumbang apa yang akan dimakan dan juga diminum. Termasuk tiap- tiap keluarga mengisi tong anggur dengan 5 liter anggur.
Suatu waktu, pesta itu dimulai dengan meminum air anggur lebih dulu. Kepala desa dan para tokoh desa, yang semuanya juga petani anggur, membuka tong itu. Kemudian mereka membagikan ke semua hadirin agar bersama-sama meminumnya. Ketika akan meminumnya semua kaget. Ternyata bukan air anggur tapi air tawar biasa.
Spontan kepala desa itu marah. Dia semprot seorang petani yang tadi siang menuangkan sumbangannya. Di depan orang banyak itu, petani dimarahi, “hai kamu petani pelit. Kikir. Ini gara-gara kamu menuangkan air tawar ke tong anggur ini, lihat akibatnya. Tong berisi anggur jadi tawar”.
Saudaraku, saat pulang dengan hati dongkol. Sang kepala desa bertanya-tanya dalam hatinya, “bagaimana mungkin ulah satu petani yang menuangkan air tawar, kemudian seluruh anggur itu jadi tawar?”. Ternyata ketahuan, semua petani desa menyumbangkan air tawar, dengan ide bahwa jika mereka diam-diam menyumbangkan 5 liter air tawar tidak akan membuat seluruh anggur itu menjadi tawar. Mereka tidak ada yang menyumbang anggur terbaik mengisi ke dalam tong.
Jelas, semua menahan air anggurnya untuk diri sendiri. Akibatnya, pesta bersama itu menjadi hambar. Suka cita berkurang.
Saudaraku, nasihat Amsal agar kita semua yang punya kebaikan jangan ditahan. Berarti kalau ditahan kebaikan itu tidak dikecap orang lain di luar kita. Kebaikan itu jangan selalu diterjemahkan dengan bentuk materi. Kita mendengar dan menghibur sebuah keluarga yang tengah berduka, itu kebaikan. Ikut mencarikan rumah sakit untuk tetangga yang sakit, itu pun kebaikan. Termasuk, mengirimkan doa dan nyanyian buat yang sedang terbeban.
Banyak ragam kebaikan yang dapat kita alirkan sehingga bisa dikecap orang lain. Terlebih kita percaya Roh Kudus yang hidup dalam hati kita mampu menghasilkan buah kebaikan. Karena itu, sebenarnya kita mampu tidak menahan kebaikan. Namun, sayangnya, terhambat karena tidak mau, tidak ingin. Komitmen tidak tumbuh. Jika tidak tumbuh bagaimana bisa berbuah?
Saudaraku, bagi seseorang yang menahan kebaikan, padahal ia mampu, belajarlah dari laut mati. Sebuah danau di Israel yang tingkat keasinannya tinggi sekali. Saking asinnya tidak ada makhluk yang bisa hidup di sana. Air yang begitu luas, sayang sekali tidak seekor ikan pun dapat kita temukan. Danau atau laut mati punya sifat demikian, karena bisanya cuma menerima air dari sungai Yordan. Tapi, tidak mengalirkan airnya kemana-mana. Air berhenti di danau itu.
Saudaraku, sebagai orang beriman yang menerima kebaikan dari Allah. Sekaligus, Roh bisa berbuah dalam kebaikan kita. Alirkan kebaikan itu, baik jika bagaikan sungai Bengawan Solo, “mengalir sampai jauh”. Di tengah kesulitan, realitas itu menjadi lebih ribgan kita hadapi. Bilamana kita saling mengalirkan kebaikan, bukan menahannya.
Kita berdoa, “Tuhan, kehadiran-Mu adalah sumber kebaikan. Hidup kami disuplai kebaikan-Mu. Kiranya Tuhan memampukan setiap orang beriman juga mengalirkan kebaikan dalam hidupnya.
Tuhan dengan perkembangan yang terjadi, ada alasan kami takut. Tapi, sebagai orang beriman kami tidak perlu takut. Sebab Engkau beserta kami sepanjang hari ini. Berkati aktivitas kami.
Kami berdoa atas keluarga orang yang beriman kepada-Mu maupun sesama kami. Agar mereka yang sakit Engkau sembuhkan. Mereka yang sehat, memanfaatkannya untuk menjadi berkat buat sesama.
Dalam nama Tuhan Yesus, doa ini kami panjatkan. Amin.