Refleksi Harian: Kejadian 6:13

Mencontoh Yang Baik

Selamat pagi, bapak-ibu, opa-oma dan saudaraku yang baik. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah, Sang Pencipta kehidupan yang mengaruniakan kita memasuki akhir pekan. Seiring dengan itu, kami mengucapkan selamat pagi Saudaraku yang baik. Bahan refleksi harian: Kejadian 6:13

Berfirmanlah Allah kepada Nuh: “Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi.

Kejadian 6:13

Saudaraku. Beberapa hari lalu telah dimulai proses vaksinasi covid 19. Yang menerima gelombang pertama ini, selain orang nomor satu, presiden Joko Widodo. Ada juga sosok pesohor atau selebritis. Mereka dikut sertakan. Mengapa? Karena mereka sosok yang bisa mempengaruhi perilaku masyarakat banyak.

Artinya, apa yang mereka lakukan bisa kemudian ditiru oleh publik. Mereka punya pengaruh membangun opini. Mereka diikut sertakan agar masyarakat memiliki pemahaman vaksinasi itu perlu dan aman. Dibuktikan dengan presiden dan selebritis menyediakan diri untuk divaksinasi paling awal. Meniru perilaku menjadi fenomena yang lazim.

Dengan kata lain, manusia suka meniru. Apa yang dilakukan orang lain itu juga yang ingin dilakukannya. Termasuk dalam hal busana, pilihan kita sangat dipengaruhi oleh yang dilakukan pemimpin atau idola. Itulah, sifat imitatif atau suka meniru yang melekat pada diri manusia.

Hal demikian dimanfaatkan pihak tertentu buat mencari keuntungan finansial. Lihatlah, di restoran tempat makan tertentu suka terpasang foto selebritis atau pejabat bersama pemilik restoran. Dengan tambahan kesan dan pesan mereka atas kualitas menu dan makanan di restoran tersebut. Tentu saja penuh puja dan puji. Dan itu dipasang agar menarik orang lain juga meniru makan di restoran itu.

Saudara, tiru-meniru hal yang lazim. Yang patut kita sadari dan waspadai adalah hal apa yang kita tiru. Kita meniru kesediaan presiden kita untuk divaksin dan para pesohor, tentu itu bagus. Tapi, kalau kita meniru membuat hoax seperti yang sekarang banyak beredar dengan isi penuh kebohongan dan fitnah, itu jelas jangan. Serba meniru harus disertai hati nurani dan dikawal Roh Kudus supaya jangan asal meniru.

Keluarga yang berani tidak semua perilaku harus ditiru adalah Nuh beserta istri dan ketiga anaknya, Sem, Ham serta Yafet. Mereka berani beda jika yang ditirunya perbuatan keliru. Allah melihat bumi telah rusak dan kekerasan meraja lela. Situasi bumi tidak nyaman dihuni dan manusia kehilangan masa depannya. Rupanya apa yang disebut budaya kekerasan telah melanda bumi.

Hidup antar manusia saling berkonflik. Dalam situasi penuh kekerasa yang kuatlah yang bertahan. Hal ini tidak berkenan pada Allah. Akhirnya, Allah memutuskan memusnahkan budaya kekerasan dan generasi manusia yang suka meniru kekerasan. Tindakan Allah mendatangkan air bah.

Saudara, Nuh dan keluarganya yang masih waras. Waras dalam beriman dan berperilaku. Mereka tidak meniru pola hidup penuh kekerasan. Mereka bertahan tetap berbeda dengan arus deras kehidupan di sekelilingnya. Keluarga ini bagaikan bunga teratai tetap hidup dan berbunga di air yang kotor. Tanpa mereka harus ikut-ikutan kotor. Kejernihan berpikir dan kewarasan Nuh dan keluarga yang membuat Allah berkenan atas keluarga ini.

Saudaraku. Tidak ikut-ikutan dan meniru kebiasaan yang salah tidak selalu dihargai. Teguh dengan keyakinan dan tidak terbawa arus pergaulan yang buruk, bisa beresiko. Berbuat baik dan bertindak benar jaman sekarang pun bisa dianggap “aneh”. Tidak heran terlontar ungkapan, “jangan bergaya sucilah”, tanda berbeda dengan kebiasaan umum yang buruk bisa dicemooh, digunjingkan. Lebih parah, dijauhi.

Belajar dari sikap Nuh, Teguh dan setia pada keyakinan yang benar menjadi prinsip hidup. Dan memandu perilakunya. Memang berbeda dengan orang banyak dan bisa kesepian. Tapi, justru sikap itulah yang disukai Allah. Sehingga keluarga itu satu-satunya yang selamat. Tirulah hal yang berkenan pada Tuhan. Beranilah berbeda dengan perilaku yang keliru. Kiranya Roh Kudus memampukan kita.

Kita berdoa, “Ya, Allah. Engkau meminta kami untuk bersaksi di tengah dunia ini. Kiranya kami bisa menjalankan kesaksian ini dengan berperilaku yang benar, waras, di tengah ketidak warasan yang kami lihat, dengar dan bisa saja kami pernah ikut lakukan. Kuasai hidup kami dengan Roh Kudus, supaya kami tahu dan mampu membedakan mana yang salah dan benar. Dan kami dimampukan berjalan di jalan yang benar dan sehat secara iman.

Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Kejadian 6:13