Refleksi Harian: Keluaran 1:17

Hati Nurani Menjadi Berkat

Selamat pagi, ibu-bapak, opa-oma dan Saudara-saudaraku yang baik. Hari baru telah datang, semoga kasih-Nya yang baru telah menanti kita. Puji syukur, kita telah melalui malam dan kita menikmati istirahat dengan selamat. Bahan refleksi harian: Keluaran 1:17.

Tetapi bidan-bidan itu takut akan Allah dan tidak melakukan seperti yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, dan membiarkan bayi-bayi itu hidup

Keluaran 1:17

Saudaraku, siapapun pasti suka melihat bayi. Wajahnya yang imut-imut, matanya bening, pipinya kemerah-merahan. Itulah fase paling awal sosok manusia. Tidak cuma disukai untuk dilihat, kebanyakan sayang. Apalagi bagi seseorang bayi itu adalah cucu pertama.

Lalu, bagaimana jika ada orang yang justru tidak suka? bahkan lebih dari itu, membenci bayi yang polos dan lucu. Saking membencinya dengan tega, mengeluarkan perintah membunuhnya. Bulu kuduk kita pasti merinding membayangkannya. Mencubit atau memukul saja kita tidak sanggup melakukannya, apalagi ada orang punya keinginan agar bayi yang tak berdoa itu dibunuhi.

Sosok demikian ternyata ada. Seorang raja. Firaun nama dirinya. Kita sekarang ini pasti menjulukinya monster. Makhluk buas yang tidak punya belas kasihan. Monster adalah makhluk imajinasi yang buas dan tidak punya kesadaran baik dan buruk. Ia raja Mesir. Saking kalapnya melihat perkembangan populasi orang Israel di negerinya. Ia tidak menggubris rasa kasihan dan hati nuraninya. Bengis sekali.

Setiap manusia dikaruniai Tuhan dengan hati nurani. Berfungsi bagaikan lentera menerangi jalan yang musti ditempuhnya. Bagaimanapun perbuatan Raja seperti Firaun lahir tanpa mau mendengar hati nuraninya sendiri.

Ia memerintahkan untuk membunuh bayi-bayi orang Israel. Itu jelas-jelas bertentangan dengan hati nurani. Hati nurani Firaun sendiri dan hati nurani semua rakyatnya. Bayi tidak berdosa dibunuh hanya didasarkan pada rasa ketakutan yang menghantui sang raja.

Firaun cemas. Baginya, orang Israel kelak bisa menguasai negerinya. Jelas-jelas ancaman nyata. Maka, ia melihat bayi-bayi bukan sebagai sosok lucu, polos yang patut disukai. Melainkan wujud konkrit regenerasi sebuah bangsa, yang mengancamnya. Karena itu harus diputus. Itu artinya musti dibinasakan. Dari sanalah, muncul perintah mengeksekusi bayi-bayi orang Israel yang baru lahir di dunia. Jelas, ini perintah sadis. Di mana suara hati nuraninya?

Pada sisi lain, kita melihat dengan kagum, tindakan heroik atau bersifat kepahlawanan dari dua orang bidan. Namanya Sifra dan Pua. Di tangan merekalah bayi Musa diselamatkan. Mereka bertindak justru mengikuti hati nuraninya. Mereka lebih takut kepada Allah. Keberanian berbeda ini tergolong membangkang perintah rajanya. Firaun membinasakan sedangkan dua bidan menyelamatkan.

Jadi, saudaraku, orang yang takut akan Allah, perbuatannya mendengarkan hati nurani dan taat pada panggilan profesi. Mereka tidak hanya mendengarkan suara hati nurani, melainkan juga mau mengikutinya. Dengan demikian, orang yang bertindak sesuai hati nurani akan berorientasi memberi kegunaan positif bagi orang lain. Hidupnya berguna bagi sesama.

Dalam situasi sekarang, ada para dokter, perawat dan tenaga kesehatan tengah berjuang. Berlandaskan hati nurani dan panggilan profesi, bahkan dorongan iman, mereka berjibaku melayani para korban Covid-19.

Demi keselamatan nyawa orang banyak, mereka merawat dengan sepenuh hati. Bahkan, ada yang sampai terpapar dan kehilangan nyawa sendiri. Di bawah bayang-bayang paparan wabah yang tidak membeda-bedakan korbannya.

Dalam bahasa kekristenan, tindakan yang berdasarkan hati nurani itu menjadi berkat buat orang lain. Mari, terus takut akan Allah, sehingga kita menghargai suara hati nurani kita. Dan akhirnya, tindakan kita memberi berkat bukan kerugian bagi sesama.

Kita berdoa, Tuhan, terima kasih atas pemberian hati nurani dalam diri kami. Kiranya melalui suara hati nurani kami patuh atas kehendak-Mu.

Secara khusus, kami berdoa buat para dokter, perawat dan pekerja kesehatan lainnya. Mereka berjuang demi para korban virus Corona. Lindungilah mereka. Tabirilah mereka supaya aman dan terhindar dari wabah. Buat yang terkena, semoga mereka ditangani dan dirawat dengan baik sehingga sembuh kembali.

Doa ini seluruhnya kami minta dalam nama Yesus yang disalibkan. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Keluaran 1:17