Refleksi Harian: Keluaran 39:8

Patuh Melakukan Yang Baik

Pagi baru telah tiba. Pertanda Tuhan memberi kita kepercayaan untuk mengisi kehidupan hari ini. Selamat pagi, bapak-ibu, oma-opa dan Saudara-saudaraku yang baik. Syukur dan terima kasih kita kepada Tuhan sebab kita masih dipercaya untuk hidup. Bahan refleksi harian: Keluaran 39:8

Tetapi Yusuf menolak dan berkata kepada isteri tuannya itu: “Dengan bantuanku tuanku itu tidak lagi mengatur apa yang ada di rumah ini dan ia telah menyerahkan segala miliknya pada kekuasaanku

Keluaran 39:8

Saudaraku, seseorang dinilai berprestasi dalam pekerjaan, tentu karena kinerjanya baik. Dan kemampuan untuk mempertahankan prestasi akan melahirkan kepercayaan ( trust). Demikian yang terjadi pada diri Yusuf. Ia dipercaya mengelola kerumah tanggaan Potifar.

Potifar adalah seorang yang bekerja di istana Firaun. Jabatannya kepala pengawal raja. Jelas, bukan orang sembarangan. Sekaligus, ia tidak akan sembarangan menaruh kepercayaan terhadap seseorang. Apalagi terhadap seorang budak berasal dari negeri asing. Naluri seorang ahli di bidang keamanan membimbing penilaiannya atas Yusuf.

Bagi Yusuf, kesetiaan (loyalitas)kepada majikan menjadi prioritas. Ia tidak mau mencederai kepercayaan tuan dan nyonyanya. Maka dapat dipastikan rasa hormat dan kepatuhannya tinggi. Ia akan mengiyakan segala tugas yang ditaruh di pundaknya. Dan Yusuf akan memenuhi segala permintaan tuan dan nyonyanya.

Dalam relasi tuan dan budak pantang untuk mengatakan tidak. Tuan dan nyonya bersabda dan budak mewujudkannya. Relasi seperti ini lazim pada waktu itu.

Namun, dari semua keinginan tuan dan nyonyanya, Yusuf menolak memenuhi keinginan istri Potifar. Dua kali ia melakukannya. Karena keinginan itu bertentangan dengan amanat tuannya. Godaan asmara itu di mata Yusuf mengkhianati jika dipenuhi. Karena sama saja dengan mengkhianati kepercayaan Potifar.

Saudaraku, sebenarnya sulit melakukan penolakan itu. Pertama status budak, Yusuf berkewajiban patuh bukan menolak. Kedua, secara biologis istri Potifar itu cantik. Namun, Yusuf punya prinsip lain. Bahwa ia dipercaya mengelola tugas kerumah tanggaan, bukan merusak rumah tangga tuan dan nyonyanya. Ia bukan pagar makan tanaman.

Akibat sikap Yusuf yang demikian, istri Potifar marah. Yusuf dianggap pembangkang. Akhirnya, dengan memanipulasi fakta, istri Potifar membuat Yusuf meringkuk di penjara.

Saudaraku, menolak keinginan dari pihak tertentu tidak mudah. Siapa yang berani menolak permintaan atasan, komandan, senior, dan yang punya kekuasaan? Dalihnya, ‘gak enak’, takut kehilangan posisi, terganggu relasi. Dan banyak alasan lain.

Saudaraku, ada perbedaan ikan hidup dan ikan mati. Jika keduanya dilempar ke sungai yang mengalir. Ikan yang mati akan terbawa arus sungai itu. Kemanapun perginya. Sedangkan ikan hidup, ada saatnya ia ikuti arus itu. Tapi, ada saatnya ia melawan arus. Seperti itulah, kira-kira ilustrasi iman yang hidup. Saat tertentu, ia patuh. Ia melakukan hal yang dinilai benar dan baik. Pada saat lain, ia berani melawan arus. Dia tidak mengikuti jika dinilainya itu penyimpangan dari prinsip iman dan moral.

Kita berdoa: Tuhan, mampukan untuk hal baik dan benar kami patuh melakukannya. Tapi, untuk yang salah kuatkan kami berani menolaknya.

Kita berdoa: Tuhan, hari ini diselenggarakan pesta paduan suara gerejawi secara virtual. Kiranya dapat berlangsung dengan indah.

Kami berdoa agar sepanjang hari ini, kami hidup dalam perlindungan dan penyertaan-Mu. Demikian juga keluarga yang kami kasihi. Seluruh doa kami panjatkan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

*Happy week end”

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Keluaran 39:8