Refleksi Harian: Kisah Para Rasul 12:26

Identitas Kristen

Selamat pagi, ibu-bapak, mbak-mas, oma-opa dan Saudaraku yang baik. Semoga pagi ini, kita menghirup udara hari baru seraya mengucap syukur kepada Allah. Sebab, kita dan keluarga kita masih tetap diberi amanat dan kepercayaan menjalani kehidupan. Refleksi kita hari ini tentang identitas Kristen. Firman Tuhan yang menjadi dasar refleksi adalah Kisah Para Rasul 12:26.

Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen.

Kisah Para Rasul 12:26

Saudaraku, kita hidup melekat dengan identitas. Profesi bisa menjadi salah satu identitas. Saya pendeta. Anda guru. Bapak Anu bekerja sebagai motivator. Demikian juga agama termasuk identitas yang dimiliki seseorang.

Identitas menjadikan kita atau orang lain tahu siapa kita dan apa yang seharusnya kita kerjakan. Demikian halnya berkaitan dengan orang lain. Seorang laki-laki pergi ke kantor memakai celana cingkrang. Sedangkan ada yang menggunakan busana tertutup. Hal itu dilakukan orang tersebut, agar orang lain tahu siapa dirinya. Busana itu hendak menyampaikan identitasnya.

Kita pengikut Kristus. Kita lazim mendapat sebutan orang kristen. Di manakah di mulai identitas Kristen itu muncul? Dan bagaimana terbentuknya?

Di kota Antiokhia sebutan orang kristen muncul pertama kali. Dan bukan umat pengikut Kristus sendiri yang menciptakannya. Awalnya, Jemaat di Yerusalem mengutus Barnabas ke Antiokhia. Mereka mendengar ada orang-orang yang percaya kepada Kristus. Barnabas pergi ke sana. Tujuannya agar orang-orang baru percaya ini didampingi, dan mereka tetap setia.

Penduduk kota Antiokhia melihat orang-orang itu melakukan praktik keimanan yang berbeda. Mereka dengan tekun mengikuti bimbingan Barnabas. Barnabas sendiri orang baik dan penuh Roh Kudus. Menyambut persekutuan ini dengan suka cita. Jadi, kesetiaan dan suka cita itulah yang kemudian melahirkan identitas orang kristen.

Saudaraku, dengan demikian saat kita melekatkan identitas sebagai orang kristen pada diri kita. Itu tidak semata-mata karena hal simbolis, seperti antara lain: kalung salib yang dikenakan, penyebutan dalam KTP, atau lainnya. Namun ada yang lebih utama, atau esensial. Yaitu praktik kesetiaan dan semangat suka cita dalam kehidupan beriman. Kita dikenal dan memperkenalkan diri dengan “buahnya”.

Apa artinya kita menyebut diri orang kristen, tapi praktik hidupnya jauh dari esensi atau inti kekristenan? Apa artinya gembar-gembor menonjolkan simbol atau lambang kristen, sedangkan perbuatannya menodai kekristenan? Kekristenan adalah identitas yang nyata dari praktik hidup. Dalam hal ini orang yang setia, penuh antusias, suka cita dan tetap tegar. Dan itu semua dipraktikkan di tengah penduduk Antiokhia.

Semoga, kita mampu menyandang identitas kekristenan dengan sikap dan perilaku yang senafas dengan “jiwa” kekristenan. Sehingga orang-orang di jaman ini melihat kita sebagai orang kristen sejati. Sebab sebagai orang yang punya praktik hidup terpuji. Tuhan memampukan kita.

Kita berdoa, Tuhan, kami bersyukur kebaikan-Mu menjadi bagian sehari-hari hidup kami. Kami sdalah kawanan kecil namun kiranya menjadi murid-Mu yang berkualitas. Jadikan kami orang kristen yang sejati. Kami ingin memuji-Mu setulus hati.

Kami berdoa agar yang kami alami hari ini dan kami jalani bersama-Mu mendatangkan kebahagiaan, kesejahteraan dan kedekatan dengan kebenaran-Mu. Yang sakit disembuhkan. Yang bergumul, dikuatkan. Kiranya bisa menikmati kebaikan dari sesama kami hari ini.

Tuhan, kami memohon kiranya berkenan memberi pemulihan, kesabaran dan kembalinya kesehatan buat orang-orang yang sakit. Salah satunya terpapar virus covid 19. Berilah kondisi tubuh yang baik, pikiran yang jernih, hati yang gembira kepada mereka. Selain konsumsi vitamin, obat dan istirahat. Hindarkan, Tuhan, mereka dari ketakutan, patah semangat dan kepanikan. Berilah ketenangan dan pengharapan di dalam Tuhan.

Seluruh doa dan harapan kami ini kami panjatkan dalam nama Yesus, Tuhan kami. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno