Refleksi Harian: Kisah Para Rasul 3:6

Melampaui Harapan

Selamat pagi Saudaraku yang dikasihi Tuhan Yesus. Pagi baru telah tiba. Malam yang gelap telah berlalu. Cahaya kasih Tuhan yang menuntun kita terus menemani. Betapa Maha Baik Tuhan kita. Puji syukur. Bahan refleksi harian: Kisah Para Rasul 3:6

Tetapi Petrus berkata: “Emas dan perak tidak ada padaku, tetapi apa yang kupunyai, kuberikan kepadamu: Demi nama Yesus Kristus, orang Nazaret itu, berjalanlah!”

Kisah Para Rasul 3:6

Saudaraku, pengemis ternyata tidak hanya kita temui jaman modern saja. Ada sejak jaman baheula. Dua ribu tahun lalu, bahkan lebih, orang yang hidupnya mengandalkan kebaikan orang lain sudah ada. Duduk di tempat banyak orang hilir mudik mereka mudah ditemui. Duduk atau berdiri sambil menadahkan tangan.

Para pengemis dengan cara meminta-minta berupaya mengetuk belas kasih dan kebaikan orang lain. Mereka sebisa mungkin menarik perhatian orang. Tidak sedikit ada yang bersandiwara agar orang lewat mau merogoh kantungnya dan memberikan sejumlah uang.

Demikian juga, tidak ada bedanya dengan pengemis yang berjumpa dengan Petrus. Dia berharap agar Sang rasul itu mempunyai kebaikan, sekaligus punya uang. Si pengemis berharap mendapat sejumlah uang sebagai bentuk bela rasa rasul Petrus.

Ternyata, rasul Petrus tidak mempunyai apa yang diharapkan pengemis itu. Akibatnya, ia tidak bisa memenuhi harapan si pengemis. Tapi itu bukan berarti tidak ada yang diberi. Rasul Petrus menyatakan, “emas dan perak tidak ada padaku.” Artinya, jangan berharap si pengemis memperoleh apa yang sesuai harapannya (ekspektasinya). Sungguh, tidak ada benda material yang dipunyai rasul Petrus.

Meski demikian, sang rasul bukan berarti tidak ada yang diberi. Justru rasul Petrus mampu hal jauh lebih besar daripada sekedar uang. Ia menyatakan, “berjalanlah”. Rupanya si pengemis itu adalah seorang lumpuh. Dan ketika pengemis ini kemudian bisa berjalan, maka rasul Petrus telah memberikan lebih daripada yang diminta.

Sejak itu, si Pengemis tidak lagi cuma hidup dari belas kasih orang lain. Dirinya lebih berdaya. Sekaligus ia bisa mencari nafkah dengan cara lebih terhormat. Dengan kelumpuhannya disembuhkan, si pengemis bisa mandiri. Ke sana-kemari tidak perlu lagi membuat repot orang lain. Nasibnya telah berubah.

Jadi, karunia Allah melalui rasul Petrus memperlihatkan Allah yang memberi lebih daripada yang diminta. Saudaraku, dalam hidup kita sekarang pun, silahkan renungkan. Bukankah ada pengalaman Allah memberi melampaui yang kita minta?

Ada yang meminta agar bisa hidup sampai 60 tahun, ternyata Tuhan memberinya panjang umur. Ada yang meminta sepeda motor, ternyata Tuhan memberikan pekerjaan yang baik. Dengan itu, justru lebih besar yang diperoleh dari Tuhan. Ada orang tua yang terbatas ekonominya, meminta kepada Tuhan agar anak-anaknya bisa sekolah, paling tidak SMA saja. Eh, ternyata karena keuletan dan doa semua jadi sarjana. Inilah, yang membesarkan hati kita. Allah kita memberi agar kita berdaya, mandiri, dan terhormat.

Kita berdoa, “Tuhan kami sungguh telah mengecap baiknya Engkau. Kiranya di hari baru ini, kami tidak kuatir dan cemas melangkah. Karena Engkau baik melebihi keinginan yang kami pikirkan.

Kami serahkan Saudara-saudara kami yang tengah terbaring sakit. Pertolongan kiranya hadir bersama mereka.

Doa kami ini, kabulkanlah ya Allah. Kami memohon dalam nama Yesus yang bangkit. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Kisah Para Rasul 3:6