Matematika Kehidupan
Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Orang suka mengumpamakan hidup itu laksana roda. Berjalan dan berputar dengan berbagai keadaan yang dialami. Ada saat di atas, ada saatnya di bawah. Yang patut kita syukuri adalah di mana pun posisi kita, Allah hadir menemani dan mengasihi. Siang maupun malam, Dia mendampingi kita. Pagi ini pun kita berterima kasih kepada Dia. Baham refleksi harian: Kolose 2:7
Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.
Kolose 2:7
Saudaraku, konon agar kita menjadi bijak bisa memakai rumus penghitungan. Yakni kali, bagi, tambah dan kurang. Niscaya, kita bisa dituntun dengan mudah agar bisa melakukan tindakan yang tepat. Betulkah? Mari kita coba, rumus yang memakai pola penghitungan.
- Rumus Tambah. Jika kita ingin makin berhikmat, teruslah bersedia bertambah, khususnya mau belajar tentang mana yang baik dan benar. Sekaligus bertambah pengetahuan membedakan mana yang baik dan benar. Saudara, Memenuhi permintaan anak untuk memiliki sebuah barang itu tanda kasih sayang. Tapi, setiap permintaan anak dikabulkan itu pemanjaan. Kita patut bertambah tahu kapan kita memenuhi sebuah permintaan dan kapan saat tepat menolaknya.
- Rumus Kurang. Saudara, mengecewakan orang lain bisa melukai hatinya. Rasanya tepat jika kita memakai rumus pengurangan. Kurangilah kata-kata kita yang berpotensi menyinggung perasaan orang lain. Kurangilah ikut campur urusan orang lain. Agar kita mampu membangun relasi harmonis dengan siapapun, maka kurangilah tindakan-tindakan yang kontroversi.
- Rumus Bagi. Sementara itu, saat kita berjumpa dengan orang yang tengah patah semangat. Orang yang dirundung kesulitan berat, dan merasa seolah-olah sendiri menghadapinya. Di sinilah, kita terapkan rumus berbagi. Bagilah perhatian kita atas mereka. Bagikanlah semangat hidup kita kepadanya, supaya mereka yang tengah putus asa bangkit kembali dengan pengharapan.
- Rumus Kali. Saudaraku, dunia yang nyaman dihuni adalah dunia yang di dalamnya orang-orang saling mengasihi. Saling menyapa dengan senyum. Saling toleran dengan segala perbedaan. Agar suasana demikian tercipta dan terawat, maka kita harus memakai rumus kali. Kita musti melakukan tindakan yang baik itu berkali-kali. Hal baik harus menjadi tradisi. Sedangkan hal tertentu menjadi tradisi bilamana kita melakukannya berkali-kali.
Saudaraku, kita diminta dalam firman Tuhan, “bertambah teguh”. Khususnya dalam iman. Dan dari sana niscaya kita tidak kekurangan rasa syukur. Jadi, keteguhan jangan dikurangi. Tambah terus. Tambah terus. Orientasi manusia sekarang banyak yang selalu ingin bertambah adalah dalam hal hartanya, aset kekayaannya, uang depositonya. Kita tidak munafik itu memang perlu. Namun, semua itu tidak akan bermakna jika kita tidak bertambah teguh dalam iman. Mengapa? Tanpa iman hidup menjadi kurang bermakna.
Marilah kita bijak, kapan kita mempraktikan rumus: bagi, tambah, kurang dan kali. Tepat menerapkannya kita kelak menjadi semakin bijak.
Kita berdoa, “Tuhan, kiranya keteguhan kami terus bertambah dalam menjalani hidup ini. Dan kala menghadapi tantangan dan ujian kami makin kuat berakar kepada-Mu.
Kami ingin berdoa bagi mereka terpapar virus Covid 19. Sehingga harus menjalani isoman atau dirawat di rumah sakit. Termasuk tenaga kesehatan yang karena tugasnya juga terpapar. Tolonglah mereka. Doa dan harapan kami,Tuhan menjamah mereka. Agar mereka sabar, kuat dan sembuh. Kiranya istirahat, konsumsi vitamin, obat-obatan dan pikiran yang jernih berkontribusi bagi pemulihan. Meski sakit mereka tetap punya hati yang gembira cita dan bersyukur dengan kebaikan Tuhan yang tak mengenal akhir. Semoga keluarganya ikut menopangnya.
Kami serahkan hidup dan aktivitas kami hari ini kepada-Mu. Agar perlindungan dan berkat terindah Engkau karuniakan sesuai rencana-Mu atas kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.
Oleh Pdt. Supriatno