Mengambil Inisatif
Selamat pagi, Senang sekali kembali berjumpa kembali. Mari, Aki- ninin, ibu-bapak dan saudaraku yang baik, kita memasuki pagi baru dengan mendengar Firman Tuhan. Tentu sambil bersyukur kepada Tuhan. Bahan refleksi harian: Ulangan 28:13
TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia
Ulangan 28: 13
Saudaraku. Kata “kepala” dan “ekor” merupakan organ tubuh yang cuma dimiliki binatang. Tumbuh-tumbuhan tidak. Demikian pula manusia tidak mempunyai “kepala” beserta “ekor”. Kecuali sebatas “kepala”, siapapun pasti punya. Kecuali gambaran monster berbentuk manusia, suka disertai “ kepala” dan “ekor” sekaligus.
Lalu mengapa Israel mendapat nasihat tentang kedua kata itu. Jadilah menjadi kepala bukan ekor, apakah maksudnya? Tentu saja ini bahasa kiasan, jangan dimengerti dan ditafsirkan secara harafiah atau sesuai katanya. Karena, bisa-bisa akan salah mengerti. Kita akan memperoleh artinya secara tidak pas.
Saudaraku. Umat Israel menerima hukum dari Tuhan. Hukum ini dilihat sebagai jawaban kasih Allah agar Israel setia. Oleh karena itu, umat Israel hendaknya semangat menerima dan mematuhi hukum yang diberikan Allah. Dengan demikian, hukum bukan beban. Melainkan mereka setia dan yang akan peroleh adalah berkat.
Jadi, saat Israel diminta menjadi kepala, maksudnya mereka harus berdiri pada posisi terdepan dalam kesetiaan. Mengambil inisiatif untuk mempraktikkan yang Allah inginkan.
Beda sekali dengan ekor. Ekor adalah kiasan untuk hanya bisa mengikut saja. Lebih repot cuma ikut-ikutan. Dan sifat ekor seperti itu. Posisinya bukan mengendalikan dan memberi arah. Cuma ikut kemana kepala akan pergi. Just follower.
Sementara itu, posisi kepala itu merupakan pusat seluruh organ tubuh diatur. Dan yang mengatur seluruh sistem apa yang dipikir dan kehendak manusia. Itu berarti betapa posisi kepala sungguh sangat vital.
Saudaraku. Demikian juga, kepala yang sehat akan membawa tubuh yang sehat. Kepala yang bermasalah, tubuh pun ikut bermasah. Seorang filsuf Yunani bernama Cicero, pernah berkata, “Ikan Membusuk Mulai dari Kepalanya”
Sebaliknya, seorang beriman yang lebih menyukai posisi ekor, maka dia hanya mengikuti pihak lain. Mengekor. Bahkan tidak punya pendirian teguh.
Saudaraku, mari kita isi hari ini dengan ketaatan dalam posisi kepala. Beribadah tidak perlu didorong-dorong. Mau berbuat tidak menunggu instruksi. Dari diri kita lahir inisiatif dan gairah yang mampu menuntun orang lain. Jadi ekor, jangalah! Sebab, ekor tidak akan mau bergerak jika kepala tidak bergerak. Serba menunggu. Lebih banyak pasif. Dalam bahasa lain, “jadi lokomotif bukan gerbong”. Itulah sikap ideal kita untuk taat dan setia kepada Allah.
Kita berdoa:” Tuhan, mampukan kami mempunyai kesadaran diri yang kuat untuk taat. Tanpa harus menanti ajakan dan dorongan pihak lain. Justru kami mampu memotivasi dan mengerakkan orang lain untuk taat dan setia kepada-Mu.
Kami serahkan kesehatan Oma-opa yang kami cintai. Yang tubuhnya lemah dan telah lama sakit. Karuniakan kesabaran dan tidak kehilangan rasa syukur.
Seluruh doa ini kabulkanlah, ya Tuhan, kami naikkan dalam nama Yesus, nama yang indah. Amin.
Oleh Pdt. Supriatno