Sepenuh Hati
Mentari telah terbit lagi di Timur. Tanda datangnya pagi dan berlalunya malam. Selamat pagi ibu-bapak, oma-opa dan saudararaku yang baik. Puji syukur, Tuhan mengijinkan kita masih menikmati hari yang baru. Bahan refleksi harian: Kolose 3:23
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia
Kolose 3:23
Saudaraku, suatu waktu ada seorang pengemis yang setiap hari meminta sedikit beras kepada orang yang lalu lalang. Jika malam tiba, ia tidur di tikarnya. Hasil mengemis hanya cukup untuk dimakan di malam hari dan uang buat membeli kayu bakar untuk memasaknya.
Dia menjalani hidup seperti itu setiap hari, sampai ia mendengar kabar Raja akan datang ke kotanya. “Tentunya Raja adalah pria yang baik dan suci”, pikiranya. “Dia pasti akan memberiku beragam hadiah bagus. Dia tidak akan cuma memberiku segenggam beras”.
Keesokan hari, si pengemis duduk di jalur yang akan dilalui Raja. Suara iring-iringan raja terdengar. Tatkala kereta kuda Raja mendekat, ia maju dan hendak meminta belas kasihan. Di luar dugaannya, sang Raja turun dari kereta, menghampiri dan menyapanya dengan hangat dan rendah hati. Kemudian meminta sedikit beras kepadanya.
Ia terkejut dan amat kecewa. Dia miskin dan selalu berjuang untuk hidup malah dimintai bukan diberi. Raja yang berkuasa dan kaya raya malah meminta sedikit dari beras yang dia punya. Dengan ragu, kesal dan kecewa ia berikan berasnya. Ia hitung ada lima butir beras diberikannya kepada Raja.
Raja menerima dengan syukur dan berterima kasih, lalu melanjutkan perjalanan. Malamnya, si pengemis menyiapkan makan. Ia melihat ada yang berkilauan di antara berasnya. Ya, ada butiran emas. Dia mengorek lagi, ditemukan lagi empat butiran emas lainnya.
Dia memikirkan kembali pertemuannya dengan raja. Ternyata, untuk setiap butir dari lima butir beras yang diberikannya, ia mendapatkan emas sebagai gantinya. Raja telah membalas pemberian yang dilakukannya ragu-ragu dan hati kesal. “ Betapa kejam dan bodohnya diriku. Seandainya saja aku memberikan semua beras yang kumiliki kepada raja”.
Saudaraku, tindakan seseorang tidak selalu sepenuh hati. Bisa juga diwarnai keraguan. Ragu-ragu apakah yang dilakukannya hal yang benar. Bisa juga ragu-ragu, apakah tindakannya bermanfaat atau tidak.
Terutama tindakan yang diperbuatnya bisa menimbulkan pro dan kotra. Bisa berakibat pada hal setuju atau tidak. Baru setelah tahu hasilnya positif, kesadaran yang murni muncul. Contohnya, Di masa pandemi ini, masih ada dan banyak orang yang awalnya setengah hati untuk divaksin. Bahkan, ada yang mengajak orang lain ( memprovokasi). Baru, setelah merasakan manfaatnya, sadar divaksin itu sungguh penting dan perlu.
Untuk itulah, rasul Paulus memotivasi atau memberi dorongan kepada orang Kristen di Kolose, untuk hal baik maka yang kita perbuat bukan buat manusia tapi untuk Allah. Jadi, atasilah keraguan dalam berbuat baik.
Kita berdoa: Tuhan, karena Engkau di setiap jaman dan kasih hadir tanpa dapat dihalangi waktu. Ajarlah kami berdoa dan berharap di setiap waktu.
Kami juga berdoa buat para balita dan anak-anak. Kami percaya mereka semua hidup dalam kasih-Mu. Jadikan rasa syukur dan kegembiraan hati beserta mereka di hari ini.
Tuhan, Kami serahkan mereka yang mengalami pergumulan hidup. Hiburkan dan kuatkan mereka.
Kami serahkan mereka yang sakit, baik dirawat di rumah maupun di rumah sakit. Tolonglah mereka satu persatu. Dan hati mereka menjadi lega karena pertolongan-Mu.
Seluruh doa ini, kami minta mohonkan dalam nama Yesus. Amin.