Refleksi Harian: Lukas 15:1

Hadir Sebagai Sahabat

Selamat pagi, bapak-ibu, opa-oma dan Saudara-saudaraku yang baik. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah, yang kasih setia-Nya kepada kita tidak berubah. Pagi ini pun, kita merasakan kasih-Nya. Puji syukur. Kita masih dapat membuka mata dan melihat betapa baiknya Tuhan atas kita. Bahan refleksi harian: Lukas 15:1

Para pemungut cukai dan orang-orang berdosa biasanya datang kepada Yesus untuk mendengarkan Dia

Lukas 15:1

Saudaraku, orang tua suka menasihati anak, seorang kakak menyarankan adiknya, opa-oma memberi wejangan kepada cucunya, agar mereka punya lingkungan pergaulan yang tepat dan sehat. Ya, kita ingin anak-anak tidak salah gaul. Kita tidak mengijinkan anak-anak bersahabat dengan para pencuri, pemabuk, dan orang yang secara moral maupun rohani punya catatan kehidupan buruk.

Mengapa? Alasannya, dalam rangka menjaga supaya mereka tidak mencontoh hal yang buruk. Sekaligus jangan mengikuti perilaku yang salah. Nasihat itu wajar dan tepat. Anak-anak masih mudah meniru. Sekaligus gampang terpengaruh. Jangankan buat anak-anak, orang sudah dewasa pun berusaha menghindari orang-orang berperilaku buruk. Kita membentengi diri supaya tidak mempunyai kontak dan relasi intens dengan orang jahat.

Dalam dunia keagamaan juga sama. Ada nasihat, bahkan larangan keras menjalin pergaulan dengan orang yang dinilai berperilaku buruk. Untuk itu, orang saleh hanya diperkenankan bergaul dengan orang yang juga saleh. Orang jujur dengan orang yang jujur. Orang baik-baik berteman dengan orang baik-baik juga. Termasuk orang suci lingkup pergaulannya hanya dengan orang suci. Alasan dasarnya adalah bahaya tercemari. Dalam hal ini, orang yang dinilai dan dicap jelek memberikan efek pencemaran atas orang baik. Orang jahat, orang berengsek, pendeknya cacat moral di mata masyarakat itu berpotensi membahayakan. Jadi harus dijauhi.

Sedangkan buat pemimpin agamanya larangan itu makin kuat lagi. Mereka harus bergaul dengan yang orang selevel. Pemimpin agama dinilai sebagai sosok orang benar. Tidak sedikit pula menggolongkannya sebagai orang suci. Maka, tidak pantas pemimpin agama banyak bergaul dengan mereka yang di mata masyarakat tercela. Pergaulan dengan orang yang buruk secara moral dan rohani merendahkan nama baik.

Tata pergaulan demikian terasa kuat di jaman Tuhan Yesus. Siapa harus bergaul dengan siapa diatur secara ketat. Saat Tuhan Yesus berhubungan orang berdoa, pemungut cukai muncul reaksi keras. Komentar sumbang muncul. Terutama dari tokoh-tokoh agama. Mereka yang merasa paling beragama. Mereka menilai Yesus merusak citra tokoh agama. Nama baik tokoh agama tercoreng. Karena Yesus bergaul dan suka ada di tengah-tengah orang berdosa di mata masyarakat.

Saudaraku, Tuhan Yesus punya gagasan dan konsep keagamaan berbeda. Sekaligus berbeda pula praktiknya. Menurut Tuhan Yesus, orang berdosa justru harus didekati. Semakin dijauhi, semakin mereka tersesat. Seumpama dunia kedokteran, mereka pasien dan pemimpin agama adalah tabib. Maka, tabib justru harus mengobati mereka. Bukannya menjauhkan mereka sehingga mereka makin sakit. Pasien memang bisa saja menulari tabib dengan penyakitnya. Tapi, ingat tabib itu panggilannya menghampiri yang sakit dan menyembuhkan. Bukan malah menjauhi.

Dengan memposisikan diri bahwa kita adalah orang berdosa. Kita sesungguhnya pasien, sedangkan Yesus adalah tabib. Betapa kita bersyukur, Allah tidak menjauhi kita. Dia hadir menjadi sahabat. Dia tidak alergi dengan keberadaan orang berdosa. Ia dekat dengan kita bukan berarti Tuhan setuju dan merestui kesalahan kita. Tidak. Allah membenci dosa, namun Dia mengasihi orang yang berdosa.

Saudaraku, betapa bersyukurnya kita mendapat kasih-Nya yang teramat besar. Dengan pengorbanan-Nya, Dia mau menghampiri orang berdosa. Dia tinggal di tengah-tengah kita. Dia pun memberi keselamatan buat kita yang berdosa.

Kita berdoa: Tuhan keberdosaan kami, Engkau tidak mencampakkan kami. Engkau merangkul dan menawarkan kehidupan yang terus diperbarui. Semoga menyambut dengan kesetiaan kepada-Mu.

Tuhan, ijinkan kami mengarungi kehidupan hari ini dengan mengandalkan pertolongan-Mu. Agar di hari di minggu pra paskah kami memperbaiki diri.

Doa ini, kami serahkan kepada-Mu. Kiranya Tuhan berkenan memenuhinya. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Lukas 15:1