Refleksi Harian: Lukas 22:48

Ciuman Yudas

Selamat pagi, opa-oma, ibu- bapak dan Saudaraku yang baik. Puji syukur, Tuhan mendengar doa kita dan menerima permohonan kita. Dia mengabulkan keinginan kita untuk dapat beristirahat semalam. Bahan refleksi harian: Lukas 22:48

Maka kata Yesus kepadanya: “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?

Lukas 22: 48

Saudaraku, setiap budaya mengenal wujud rasa hormat dan cinta melalui bentuk ciuman. Anak kepada orang tua, orang muda kepada yang lebih tua, begitu pun murid kepada gurunya. Bagian yang dicium bisa tangan, pipi atau dahi. Setiap ciuman seseorang kepada yang paling terkandung hasrat dan sikap terpuji dan luhur.

Lalu bagaimana dengan ciuman Yudas (Judas kiss)? Untuk yang satu ini, antara yang kelihatan berbeda dengan semangat di baliknya. Ciuman bukan lagi ungkapan rasa hormat dan cinta seorang murid atas Guru Agungnya. Di balik itu ada rencana busuk yang bertujuan pengkhianatan. Yudas menyerahkan Yesus kepada mereka yang hendak menangkap-Nya. Kesetiaannya digantikan tujuan buat memperoleh keuntungan.

Tuhan Yesus bertanya kepada Yudas, sekaligus mengingatkan tindakan yang busuk di balik ciuman itu. Yesus mau membuka topeng kepalsuan di balik makna ciumannya. Tidak ada ketulusan di balik ciumannya. Betul. Ciuman itu demi 30 keping perak. Yudas menghapuskan rasa cinta digantikan pengkhianatan untuk harta bendawi. Yudas rela meninggalkan Allah demi meraih uang sebanyak itu.

Saudaraku. Pengkhianatan adalah meninggalkan seseorang yang tadinya dicintai, lalu berpindah hati. Motifnya beragam. Ada yang demi harta, ada pula demi kekuasaan. Pelakunya dulu punya hubungan indah dan istimewa. Namun, pengkhianatan menjadikan relasi kedua belah pihak menjadi hancur.

Tentu pihak yang dikhianati mengalami luka hatinya, dan merasa sakit luka itu. Tak heran kemudian relasi menjadi buruk dan hancur. Pasangan suami-istri akan mengalami suasana terburuk, saat salah satu mengkhianati cinta di antara mereka. Bahkan bisa menjadi luka tak kunjung sembuh.

Hari ini, kita berdoa agar kita tidak mengkhianati kesetiaan kepada Allah. Kita tidak mau meninggalkan cinta agung-Nya dikorbankan demi apapun. Sekaligus, kita tetap memelihara cinta tidak digantikan godaan sesaat yang menggiurkan. Pengkhianatan terjadi karena iming-iming atau tawaran yang menawan hati. Tidak mengherankan ada yang tergoda lalu mempraktikkannya. Setelah sekian lama baru tersadar bahwa pengkhianatan itu tidak membahagiakannya. Dia sadar telah salah jalan. Sama seperti Yudas, akhirnya sadar kemudian, tapi nasi sudah menjadi bubur.

Kita berdoa: Tuhan, pautkan kami terus dengan cinta kasih-Mu. Karena di dunia ini tidak ada cinta kasih seindah dan seagung cinta-Mu.

Kami juga berdoa, kiranya Tuhan memberkati hidup kami hari ini. Anak-anak yang sekolah maupun kuliah online, bapak-ibu yang pergi ke kantor, opa-oma yang menikmati masa pensiun di rumah, dan pelayanan kami hari ini. Semoga kehadiran dan perlindungan-Mu bersama kami. Dalam nama Yesus, doa kami panjatkan. Amin

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Lukas 22:48