Refleksi Harian: Mazmur 126:5

Setia Berproses

Selamat pagi, bapak-ibu, mas-mbak, oma-opa dan Saudaraku semua yang baik. Kita ingat bahwa “TUHAN setia dalam segala perkataan-Nya dan penuh kasih setia dalam segala perbuatan-Nya” (Maz 145:13b). Karena itu, seiring terbitnya kembali mentari di timur kita bersyukur pada-Nya. Bahan refleksi harian: Mazmur 126:5

Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai

Mazmur 126:5

Saudaraku. Firman di atas mirip sekali dengan pepatah yang kita kenal, ”berakit rakit ke hulu berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.” Dalam hal ini, untuk meraih hal yang membawa suka cita, perlu pengorbanan awal.

Dalam setiap yang kita lakukan selalu menganduang dua hal: proses dan hasil. Proses adalah berbagai kegiatan yang dikerjakan, sedangkan hasil merupakan buah dari yang dikerjakan itu. Tidak mungkin seorang sukses bila diam saja. Tentu ada rangkaian langkah yang ditempuh untuk meraih kesuksesan.

Bagaimanapun, kerap orang melihat dan terpukau pada hasil yang mengesankan. Kita kagum dan bahkan ingin seperti yang dicapai orang kaya tertentu. Atau ilmuwan tertentu. Hanya, tidak siap melihat bagaimana mereka bisa mencapai hasil puncak dari seluruh perjuangan yang telah ditempuhnya.

Hasil memang menyenangkan, sementara itu proses butuh tahan mental atau tahan uji. Menjadi seorang sarjana betapa menyenangkan dan membanggakan. Apalagi dengan predikat pujian. Tetapi juga harus tahu, betapa tidak ringan meraih itu. Jam bermain dikurangi. Mahasiswa lain bersenang-senang menghabiskan waktu luang. Mahasiswa berprestasi duduk dalam diam membaca buku dan mengerjakan tugas dengan tekun.

Jadi, memang enak menuai itu. Terutama tuaiannya berupa panenan yang berlimpah dan hasil yang baik. Tapi, kita tentu ingat, menabur benih itu kerja keras. Waktu lebih banyak dihabiskan dengan peluh. Tenaga terkuras. Waktu santai berkurang.

Mozart, tepatnya Wolfgangus Gottlieb Mozart adalah salah seorang komponis musik klasik yang terpenting dan terkenal dalam sejarah. Dinilai genius dalam dunia musik. Ternyata, ia berlatih dengan jam kerja yang panjang dan keras. Jadi, meski genius bukan berarti berleha-leha lalu dengan mudah menghasilkan karya yang indah.

Saudaraku. Penderitaan Kristus membuka mata kita, keselamatan kita tidak begitu saja dengan mudahnya kita miliki. Karya Yesus yang mengorbankan dirinya, maka kita mencecap hasilnya. Untuk itu, kita patut menghindari kemuridan yang murah. Dalam arti kita tidak sungguh beriman, kita tidak serius mengasihi. Justru karena proses yang ditempuh Yesus dengan air mata, kita bersuka cita. Dari sana kita menjadi murid yang bertanggung jawab dengan kesungguhan dan kesetiaan.

Kita berdoa, “Tuhan memasuki hari baru ini, tempalah dengan sikap tangguh, sehingga semangat dan kesetiaan hadir di tengah-tengah hidup kami.

Kami serahkan setiap langkah kami di sepanjang hari ini. Tuhan kiranya berkenan menjaga dan mengaruniakan kami hati yang memperlakukan orang lain sebagai saudara.

Demi Kristus, kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Mazmur 126:5