Refleksi Harian: Lukas 27:17-18

Kepekaan Atas Peranan Allah

Selamat pagi, ibu-bapak, oma-opa dan saudaraku yang baik. Sungguh Tuhan Allah Maha Baik, oleh karena Dia kita bisa menikmati hari baru. Malam telah lewat, kini kita jalani hari yang diberikan-Nya. Bahan refleksi harian: Lukas 27:17-18

Lalu Yesus berkata: “Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu? (18) Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?

Lukas 27:17-18

Saudaraku, ada anggapan bahwa, manusia melupakan Tuhan semata-mata karena meminta sesuatu kepada-Nya, tapi tidak diberi. Menghindar dari Tuhan karena kecewa. Jadi, sumber penyebab seseorang meninggalkan Tuhan, merasa permintaannya tidak dikabulkan.

Hal tersebut bisa saja benar. Karena faktanya, memang ada orang yang secara iman terputus relasinya dengan Allah. Menjauhi persekutuan. Mengabaikan pentingnya praktik doa. Itu disebabkan dalam dirinya merasa Tuhan seolah-olah tak acuh dengan masalah dan harapannya.

Meskipun demikian, kisah Injil di atas memperlihatkan fakta sebaliknya. Hal berbeda. Justru, mereka lupa Allah dan asyik dengan dirinya, setelah menerima hal berharga dari Tuhan Yesus. Setelah semua semua sembuh Tuhan Yesus bertanya, “di manakah yang lain?”

Pertanyaan ini muncul ketika Tuhan Yesus menyembuhkan 10 orang kusta. Tetapi, cuma satu orang yang kembali dan mengingat kebaikan-Nya. Satu orang kembali dan tersungkur di kaki-Nya.

Lalu, yang lainnya? Tidak jelas ke mana gerangan. Bagaikan kacang lupa kulitnya. Mayoritas yang mengalami penyembuhan tiada kabar beritanya. Dari 10 orang cuma 1 orang kembali. Sisanya tidak mengingat Tuhan Yesus. Mayoritas menghilang dan pergi begitu saja, padahal Tuhan Yesus mengabulkan permintaan mereka.

Kita ketahui bersama, penyakit kusta adalah penyakit yang paling ditakuti. Belum ada obatnya waktu itu. Sekaligus pengidapnya akan menderita sepanjang hidupnya. Menderita secara fisik dan menanggung beban sosial selama masih hidup. Sebab, seorang penyandang penyakit kusta disishkan dalam pergaulan. Tempat-tempat umum tidak boleh dikunjungi.

Jadi, Tuhan Yesus memberi sesuatu yang sangat berharga dan mengubah hidup seseorang ke depan. Mereka mengalami pembebasan fisik, seiring dengan pembebasan dari belenggu sosial pula. Sayangnya, rasa terima kasih dan syukur tidak dimiliki 9 orang yang telah sembuh. Mereka melupakan Yesus yang menciptakan perubahan hidup mereka.

Saudaraku, tipe orang seperti 1 orang kusta yang sembuh, kemudian mengucapkan terima kasih tentu banyak. Tetapi, jangan lupa banyak juga orang yang pergi dari Tuhan padahal hidupnya telah ideal. Hidup yang dilimpahi banyak pemberian Tuhan. Harta cukup, kondisi kesehatan fisik baik, posisi sosial bagus. Tidak sedikit, justru merupakan tipe orang lupa diri, seperti 9 orang mantan penyandang kusta. Pemberian Tuhan mustinya membuat batinnya lebih terbuka dan imannya melihat betapa besar kasih Tuhan itu. Tetapi ini malah tidak.

Saudaraku, teramat memprihatinkan, dalam hidup yang dilimpahi Tuhan, namun kepekaan atas peranan Allah amat rendah. Dari sisi materi dilimpahi kekayaan, sayang batin dan imannya miskin. Tuhan Sang Pemberi tidak diingat. Pagi dan hari ini, mari kita terus memelihara “ingatan” bahwa Allah yang memberi. Tanpa itu, hidup yang kita jalani adalah hidup yang hampa. Kosong. Kehilangan kesadaran misi hidupnya di dunia ini.

Kita berdoa, Tuhan, kuatkan kami agar kami kami tidak melupakan kebaikan-Mu. Dengan demikian, iman kami terus dipertautkan dengan-Mu. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Lukas 27:17-18