Apresiasi Atas Anugerah
Selamat pagi, bapak-ibu, mas-mbak, eyang kung-eyang putri dan Saudaraku yang baik. Puji syukur dan terima kasih kepada Allah, pagi yang baru kita masuki. Semoga tidur dan istirahat malam menyegarkan kita. Bahan refleksi harian: Lukas 7:38
Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu
Lukas 7:38
Saudaraku, sosok dan tindakan Yesus menimbulkan kontroversi di kalangan pemimpin agama waktu itu. Ia membuka diri buat siapa saja. Termasuk buat orang-orang yang tidak pantas. Dan kali ini, perempuan yang dinilai berdosa.
Dalam pandangan para tokoh agama, Yesus harusnya tahu menjaga jarak. Agar dengan itu, melindungi nama baik mereka. Sebab, bukankah mereka dari kalangan baik-baik? Maka, bergaul pun dengan orang baik-baik pula. Bukan dengan orang sembarangan. Apalagi, dengan orang yang menyandang orang berdosa.
Saudaraku, ketidak sukaan orang Farisi tidak terungkapkan dalam ucapan. Tapi, mereka menyimpannya dalam hati. Meski demikian, Yesus mampu membacanya. Yesus melihat keberatan mereka atas tindakan perempuan berdosa. Dia yang menyeka Yesus dengan minyak wangi yang mahal.
Lalu, Yesus menerangkan bahwa tindakan perempuan itu lahir dari motif tertentu. Dalam hal ini, saking bersyukur atas penerimaan Yesus. Ia merasa amat berdosa tapi diterima Yesus secara terbuka. Baginya ini sebuah sambutan luar biasa. Sebuah anugerah tak terkira. Atas dasar itulah ia menciumi kaki Yesus dan meminyaki-Nya.
Saudaraku, ada satu lagu yang sangat terkenal. Saya yakin Anda mengenal dan dapat menyanyikan, yaitu “Ajaib Benar Anugerah” (Amazing Grace). Lagu ini dikarang John Newton. Seorang yang hidup dari jual beli manusia. Orang-orang Afrika diangkut dari negerinya dan dijual di pasar-pasar budak.
Suatu hari, ia mengalami pengalaman dramatis. Menakutkan sekaligus mengharukan. Kapal yang tengah membawa budak-budak itu diterpa badai. Begitu hebat badai itu, sehingga John Newton merasa hidupnya akan berakhir.
Di saat keputus asaan, ia memberanikan diri berdoa kepada Tuhan. Sebenarnya, ia merasa malu dan tidak layak. Karena ia sudah terlalu jauh hidup dalam lumpur dosa. Telah lama ia melupakan Tuhan. Ia sadar, siapa lagi yang dapat diandalkan pada detik-detik kritis itu, jika bukan Tuhan.
Keajaiban terjadi. Setelah John Newton berdoa badai berlalu. Air lautpun tidak mengamuk yang menakutkan. Pengalaman itulah, yang menggoreskan pengalaman tak terlupakan. Tuhan membuka pintu dan menerimanya walau ia berdosa. Lebih dari itu, Tuhan mengabulkan doa dan permintaannya.
Lagu “Amazing Grace”, “Ajaib Besar Anugerahnya”, mengisahkan hidupnya. Sekaligus demikianlah adanya Tuhan kita. Ia membuka pintu hati-Nya dan memberi tempat untuk orang-orang berdosa yang bertobat.
Perempuan yang berdosa saking terharu dan bersyukur atas kebaikan Tuhan, ia menciumi kaki Yesus. Ia meminyaki-Nya dengan minyak wangi. John Newton, ia teramat terkesan atas keajaiban kasih Tuhan. Ia mengabadikannya melalui sebuah lagu,”Amazing Grace”. Lalu, Anda dan saya, yang juga mengecap kasih-Nya, apa yang kita telah buat?
Kita berdoa: Tuhan, terima kasih Engkau punya tempat yang disediakan bagi kami orang-orang berdosa. Mampukan kami mengapresiasinya.
Tuhan, berilah kami semua merayakan kebaikan-Mu setiap hari dengan ucapan syukur. Kiranya dengan perjalanan waktu yang indah bersama-Mu, kami merasa suka cita dan optimis menjalani hari-hari kami. Karuniakan apa yang didambakan di masa depan agar terpenuhi.
Semua doa ini kami mohon dalam Kristus, kami berdoa. Amin.
Refleksi Harian: Lukas 7:38