Membangun Perdamaian
Burung telah berkicau. Mentari terbiit di Timur. Selamat pagi, ibu-bapak, oma-opa, dan saudara-saudara yang baik. Kita berterima kasih kepada Tuhan, kini kita memasuki hari baru. Seiring dengan itu, kasih-Nya sudah menanti kita. Inil adalah modal penting kita menjalani aktivitas di hari Senin ini. Bahan refleksi harian: Markus 11:25-26
Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” (26) Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu
Markus 11:25-26
Saudaraku, siapapun tahu jika racun memasuki tubuh seseorang berpotensi menimbulkan kematian. Racun bisa masuk tubuh melalui dihirup, lewat makanan yang disantap atau termasuk gigitan ular berbisa. Karena berbahaya, kebanyakan orang tentu sangat waspada akan keberadaan racun.
Ada racun yang juga berbahayanya, hanya berbeda bentuk. Memang tidak menimbulkan kematian fisik. Tapi, sebenarnya memerlukan kewaspadaan kita juga. Racun itu tidak berupa benda gas, cair atau bisa ular. Melainkan sifat dan sikap tertentu.
Dalam hal ini adalah kebencian dan ketidak sediaan mengampuni. Sikap ini sesungguhnya racun yang berbahaya. Yang dirusak secara langsung bukan fisik.
Seseorang yang keracunan mudah dikenali reaksi tubuhnya. dehidrasi, demam, kehilangan selera makan, kelelahan, kepala terasa ringan, malas, panas dingin, pusing, atau berkeringat. Tidak demikian halnya racun berupa sikap kebencian dan ketidak sediaan mengampuni.
Sesungguhnya, sifat kebencian dan tidak mau mengampuni itu, juga menimbulkan penderitaan. Jiwa yang tidak tentram. Pikiran negatif yang terus menghantui. Perasaan jengkel. Memang tidak menimbulkan kematian seketika.
Karena efek buruk dan bahayanya bagi kehidupan jiwa, emosi dan batin seseorang, maka Tuhan Yesus meminta kita berjiwa mau mengampuni. Bahkan Tuhan Yesus menjadikannya syarat. Jika kita kukuh memelihara kebencian, doa kita Tuhan tidak kabulkan. Berdamai dulu itu permintaan Tuhan.
Jadi, ketika kita berdoa, hati kita masih penuh racun kebencian dan tidak mau mengampuni. Inilah sebabnya doa kita Tuhan tidak jawab. Malah, Tuhan pun tidak mau mengampuni kita.
Jelas, saudaraku, sesungguhnya betapa penting sikap mau mengampuni. Perdamaian terbangun, relasi indah pun terbentuk. Hal yang meracuni kita berlalu, dan hati kita pun lega.
Saudaraku, memulai aktivitas kita hari ini, betapa nyamannya perasaan kita. Betapa leganya jiwa kita, ketika melangkah. Bila racun kebencian itu kita tanggalkan. Dan kita praktikkan jiwa yang selalu mau mengampuni.
Kita berdoa: Tuhan, nyalakan api cinta kami kepada-Mu dan sesama kami serta kepada siapapun. Kiranya kami mencintai dengan sepenuh hati dan membawa suka cita. Dan sifat kebencian dan tidak mengampuni lepas dari diri kami.
Kami mendoakan saudara- saudara kami yang berulang tahun. Mereka bertambah usianya. Semoga berkat-Mu yang indah bersama mereka. Suka cita, syukur dan panjang umur kiranya Tuhan karuniakan.
Kami berdoa kiranya Tuhan memberkati Saudara kami yang masih sakit. Yang dirawat di rumah maupun di rumah sakit. Kesembuhan kiranya kelak milik mereka.
Sertai orang tua dan para lansia. Kiranya masa tua mereka Tuhan sediakan keindahannya.
Doa ini, kami naikkan dalam nama Yesus. Amin.
Happy monday.
” Bersihkan jiwa kita dari racun kebencian dan dendam”