Refleksi Harian: Markus 7:35

Komunikasi Yang Sehat

Selamat pagi, ibu- bapak, kakek-nenek dan Saudara-saudara yang baik. Memasuki akhir pekan ini, kita mengaku betapa maha baiknya Tuhan. Dan mensyukurinya. Bahan refleksi harian: Markus 7:35

Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik

Markus 7:35

Saudaraku, betapa vitalnya komunikasi dalam kehidupan manusia. Ibarat ikan butuh air, demikian manusia butuh komunikasi. Tanpa komunikasi betapa sulitnya mengutarakan keinginan, hasrat hati, ide dan perhatian.

Suasana keluarga terganggu kebahagiaannya, manakala miskin komunikasi antar anggota keluarganya. Bukan saja di rumah, di perusahaan pun bagus-buruknya komunikasi mempengaruhi produktivas. Pimpinan yang kurang memberi perhatian pada bawahannya berdampak pada penurunan semangat atau etos kerja.

Mengingat betapa pentingnya komunikasi dalam hidup kita. Betapa berat perjuangan seorang tuli dan gagap agar mampu berkomunikasi. Anda dan saya mudah sekali kita berbicara dengan handphone. Kita bisa mendengar dengan jernih, lalu menjawab dengan tangkas. Mudah. Buat yang tuli dan gagap pasti tidak. Dia tidak bisa menerima pesan yang masuk. Sekaligus sulit merespon balik.

Sekian lama, pria tuli dan gagap dalam Injil itu, tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Jelas dia bisa minder. Karena kurang percaya diri bisa lebih menyendiri. Kawan bicaranya tentu sangat terbatas.

Bersyukur, si tuli dan gagap itu bertemu Yesus. Yesus memasukan jari-Nya ke telinganya dan meludah serta meraba lidahnya. Hasilnya, hambatan komunikasi telah dipatahkan. Ia hidup ‘normal’ sebagaimana harapannya.

Saudaraku, telinga kita berfungsi baik dan lidah kita lincah berkata-kata. Sungguh indah jika kita gunakan untuk membangun komunikasi yang baik dan lancar. Kita mendengar seksama suara orang lain. Lidah kita pergunakan berbicara dengan santun. Niscaya, relasi harmoni terbentuk.

Demikian juga, telinga kita pakai mendengar keluhan atau pergumulan anak, orang tua, sahabat. Sedangkan lidah dipergunakan menguatkan, menasihati dan memotivasi. Niscaya, kita memfungsikan karunia Tuhan dengan membangun komunikasi yang menyehatkan hati dan pikiran orang lain.

Jangan sampai telinga yang sempurna dan lidah yang cakap berkata salah fungsi. Telinga senang mendengar informasi yang bukan haknya. Sedangkan lidah untuk mengecam, menghina dan memfitnah. Kita syukuri organ tubuh yang penting untuk komunikasi ini. Di akhir pekan ini dengan memuliakan Allah dan menghargai sesama.

Kita berdoa: Tuhan, kiranya dalam keluarga dan gereja kami terpelihara komunikasi yang baik. Jauhkan miskomunikasi yang berakibat buruk relasi.

Kami mensyukuri beberapa saudara kami telah sembuh kembali setelah menjalani isoman. Engkau sungguh maha baik. Kiranya yang masih sakit pada waktunya Engkau juga sembuhkan.

Kami bersuka cita buat saudara-saudara kami yang berulang tahun hari ini. Tuhan tetap memberikan suka cita dan semangat. Sekaligus keluarga pun hari ini ikut berbahagia.

Kami mohon Tuhan berikan kami kesehatan yang prima. Tanamkan pula kepatuhan atas protokol kesehatan tertanam dalam diri kami. Dengan demikian, kami terhindar dari paparan virus.

Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Markus 7:35