Murah Hati Memberi Kebahagiaan
Selamat pagi, selamat memasuki akhir pekan. Semoga bapak-ibu, opa-oma, mas-mbak dan seluruh Saudaraku bangun dengan tubuh yang segar, hati yang gembira dan perasaan penuh syukur. Terpujilah Tuhan. Bahan refleksi harian: Matius 5:7
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan
Matius 5:7
Saudaraku, beberapa waktu saya dan beberapa warga jemaat bicara-bicara soal kebahagiaan. Lalu, sampailah pada topik kuliner. Kira-kira makanan apakah yang bisa membuat happy. Eh, muncullah menu makanan yang semuanya sepakat bahwa makanan itu membuat rasa senang luar biasa. Anda tahu kira-kira makanan itu? Biar saya bocorkan. Yaitu nasi hangat ditemani ikan peda dan dikucuri jeruk nipis. Plus sambal. Maknyus.
Betapa sederhananya. Kami tidak menilai menu steak yang ratusan ribu sebagai makanan yang membahagiakan. Begitu Anda makan yang disebutkan di atas, keringat meleleh dan pedasnya sambal membuat mata lebih berbinar-binar. Mana bisa steak, baik daging lokal maupun impor bisa menciptakan suasana seperti itu?
Kisah kedua, di saat normal sebelum pandemik, yang membuat saya rasa bahagia adalah opa-oma yang pulang dari ibadah. Saya melihat opa atau oma yang menyebrang jalan di depan gedung gereja. Terus-terang saya sering was-was saat mereka menyebrang. Sebab, lalu lintas sangat ramai. Dan para pengendara memacu kendaraannya cukup kencang. Namun, rasa was-was berubah lega, manakala melihat jika ada satpam membantu menyebrangkan mereka. Dan sang satpam balik lagi dengan senyum. Saya perhatikan senyum itu merupakan tanda mereka melakukannya dengan senang. Happy.
Saudaraku, ternyata untuk kita bisa berbahagia itu tidak mahal. Buat saya tidak identik dengan hal-hal besar. Ada anggapan umum bahwa kalau ingin berbahagia maka kita harus mencarinya. Rasa suka cita, atau kebahagiaan tidak harus berbiaya mahal untuk mendapatkannya. Tidak harus menunggu jadi orang kaya lebih dahulu. Seolah-olah kebahagiaan disamakan dengan kemampuan memiliki barang yang mahal.
Demikian juga, kebahagiaan bukan berada di luar sana. Ada dalam diri kita sendiri. Kita bisa menciptakan kebahagiaan. Orang yang murah hati adalah orang membuat orang lain bahagia. Apa yang dimilikinya bisa membuat orang senang. Kemurahan hati merupakan sumber kebahagiaan buat orang lain. Dan pada gilirannya kebahagiaan orang lain memantul balik. Sehingga si pemurah hati pun menjadi berbahagia pula.
Saudaraku. Perhatikanlah dalam hidup sehari-hari. Tidak sedikit orang yang disebut hartawan dengan kekayaan yang cukup. Sayangnya karena ia tidak murah hati, kekayaannya selalu dianggap masih kurang. Ujung-ujungnya ia tidak mau apa yang dimilikinya dipakai membahagiakan orang lain. Akibatnya, ia pun kehilangan suasana kebahagiaan. Kekayaannya tidak membahagiakannya. Bagaikan minum air laut, rasa hausnya tak kunjung mengobati kedahagaannya.
Tuhan Yesus mengingatkan kita bahwa menjadi bahagia itu simpel. Sederhana. Kebahagiaan itu bukan dicari keluar dari diri kita. Kita punya potensi kebahagiaan. Asal kita mau membuat hati kita murah hati, maka jadilah kita orang berbahagia. Belakangan, suka ada survey untuk mengetahui negara mana yang paling bahagia di dunia. Bukan Amerika Serikat negara adi daya dan kaya. Bukan Indonesia negeri yang punya apa saja. Tetapi negara yang paling berbahagia adalah Swiss dan Denmark. Negerinya kecil. Suhunya dingin sekali. Apa yang membuat orang-orangnya bahagia dan hatinya hangat? Karena orang-orangnya senang membantu, termasuk pada orang asing sekalipun. Benarlah ucapan Tuhan Yesus, “Berbahagilah orang yang murah hatinya”. Semoga hari ini atau esok dan hari-hari mendatang, kita termasuk yang berbahagia itu.
Kita berdoa, “ Ya, Tuhan. Taruhlah dalam hati kami kemurahan hati sehingga kami membahagiakan orang tua kami, saudara kami, pasangan hidup kami bahkan sesama kami. Hidupkanlah semangat untuk bermurah hati.
Kami berdoa buat saudara-saudara kami yang sedang bergumul dengan kesulitan hidup. Karuniakan mereka satu persatu dengan cinta kasih dan berkat-Mu yang indah. Peliharalah, ya Tuhan, hidup mereka dengan keagungan cinta-Mu. Sehingga mereka sehat dan suka cita. Penuhilah kebutuhan hidup mereka sesuai usia dan harapan mereka masing-masing. Semoga kekuarga ikut merasakan kebahagiaan hari ini.
Berkati pelayanan ibadah kami di hari minggu besok. Dan berkati juga semua anak-anak-Mu, Tuhan. Dalam nama Yesus doa ini kami panjatkan. Amin.
Oleh Pdt. Supriatno