Refleksi Harian: Mazmur 103:2

Mengingat Kebaikan Tuhan

Puji Tuhan. Ketika kita membuka mata, pagi baru telah tiba. Dan Tuhan tetap sayang kepada ibu-bapak, oma-opa dan saudara-saudaraku yang baik. Kiranya di hari baru kita merasa kesinambungan kasih-Nya. Refleksi Harian: Mazmur 103:2

Pujilah TUHAN, hai jiwaku, dan janganlah lupakan segala kebaikan-Nya!

Mazmur 103:2

Saudaraku, di candi Borobudur ada relief yang punya pesan moral. Di relief itu, seekor serigala meminta tolong pada seekor bangau. Agar ia mau mengeluarkan tulang yang tersangkut pada tenggorokannya. Awalnya bangau itu menolak. Dia tahu, betapa licik dan ganasnya sang serigala. Jangan-jangan itu trik serigala supaya bisa menyantapnya.

Serigala mencoba membujuk bangau itu, dan meyakinkannya. Bahwa jika tulang itu tidak diambil oleh paruhnya yang panjang, ia akan mati. Selain itu, ia berjanji akan memberi hadiah.

Luluhlah hati bangau. Kemudian ia menjulurkan paruhnya ke dalam mulut serigala. Dan benar, di tenggorokan serigala ia menemukan tulang yang tersangkut. Setelah ia berhasil mengeluarkannya, ia menagih janji hadiahnya.

Sang serigala sambil memperlihatkan taringnya yang tajam, berkata, “hadiahnya adalah ketika paruh bangau itu berada di mulutnya, ia tidak menyantapnya”.

Saudaraku, Kebaikan adalah tindakan yang sebenarnya harus disyukuri penerimanya. Sang pelaku kebaikan melakukannya bisa saja dengan penuh pengorbanan. Dan dengan semangat tulus serta cinta kasih. Sayangnya, ada orang yang melupakan kebaikannya. Bahkan berterima kasih pun tidak. Ada orang yang ditolong atau dibantu oleh pihak lain, tapi kurang mengapresiasinya.

Tuhan Yesus pernah menemukan orang-orang tipe demikian. Dia menyembuhkan 10 orang berpenyakit kusta. Ternyata cuma satu orang yang menyadari kebaikan-Nya dan datang kembali mengucap syukur. Yang lain? Lupa dan abai. Cuma satu orang yang merasakan kesan indah sebuah kebaikan. Mayoritas lainnya tidak ketahuan rimbanya, kemana mereka.

Saudaraku, dalam cerita legenda yang terkenal, kita tahu kisah Malin Kundang. Di balik kisah itu, pasti ada peristiwa nyata bagaimana seorang anak melupakan kebaikan ibunya. Artinya kepada sosok yang paling dekat saja bisa dilupakan apalagi yang lain. Kebaikan budi orang lain tak berbekas di hati.

Karena itu, Pemazmur mengingatkan saya, Anda dan orang beriman “janganlah melupakan segala kebaikan-Nya”. Segala menunjukkan “semua”, “banyak”. Jadi, tidak boleh satu saja kebaikan Tuhan kita lupakan.

Saudaraku, orang yang meninggalkan Allah. Bertahun-tahun tak memuji-Nya, bertahun-tahun tak memuja-Nya. Atau berpaling pada keyakinan lain. Jangan-jangan orang itu tengah melupakan kebaikan Tuhan. Seolah-olah kebaikan Tuhan bukan hal istimewa. Hatinya tak tersentuh. Jiwanya tak terpaut dengannya. Semoga kita tidak demikian.

Kita berdoa: Tuhan, karena kebaikan-Mu kami ada hingga saat ini. Kiranya kebaikan-Mu terus melekat dalam hati kami. Sehingga kami terus terpaut dan berterima kasih pada-Mu.

Tuhan, Kami serahkan para lansia, orang tua kami yang sudah sepuh. Kami percaya kehadiran-Mu membahagiakan mereka. Hadirlah atas mereka. Yang sakit diringankan. Yang kesepian dihiburkan. Dan para anak-anak dan keluarga memberi perhatian yang memadai.

Lindungilah kehidupan anak-anak jemaat, baik yang balita maupun remaja dan pemuda. Yang sekolah agar mereka cinta ilmu. Dan yang mencari jati diri, kiranya mereka menemukan jati diri yang menuntun ke perkembangan diri yang baik dan sehat.

Seluruh doa ini, kami panjatkan dalam nama Yesus. Kabulkanlah, ya, Tuhan. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Mazmur 103:2