Ratapan Itu Berganti
Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Salah satu hal alami dan sekaligus karunia Tuhan adalah istirahat tidur. Puji Tuhan, semalam kita menjalaninya dalam lindungan Tuhan. Pagi ini, kita bangun dan menyongsong hari baru. Bahan refleksi harian: Mazmur 13:2
Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?
Mazmur 13:2
Saudaraku, ada saatnya sebagai orang beriman mengeluh. Hal itu menandakan ada pengalaman pahit yang tak tertanggungkan. Hatinya sesak dan batinnya gelisah. Keluhan ini terekspresikan bisa melalui bentuk ungkapan nyanyian atau kata-kata.
Kita berkaca pada Mazmur tadi. Pemazmur tengan mengalami kesukaran dan kepedihan. Saat itu ia berada dalam bahaya maut dan tidak ada seorang pun bisa menyelamatkannya. Dalam situasi demikian, tentu menyedihkan. Pemazmur selain meratap sedih, ia pun mengalami ketakutan luar biasa. Ia merasa ditinggalkan Tuhan. Tuhan berpaling tidak mau menjumpainya.
Dari situasi yang terjepit kesulitan berat, maka Pemazmur berteriak minta tolong. Harapannya, Tuhan mendengarkan dan membebaskannya.
Saudaraku, sepenggal ungkapan keluhan dan ratapan pemazmur itu bukan mengada-ada. Bukan sekedar cerita kehidupan. Tetapi, demikianlah kehidupan orang benar dan orang beriman. Kita harus juga melewati jalan terjal. Melelahkan secara batin dan penderitaan itu harus dihadapi.
Saudaraku, inilah kehidupan yang sesungguhnya. Kita tidak selalu happy-happy in the Lord. Ada juga pengalaman merasa ditinggalkan Tuhan, saat terasa terlalu berat pengalaman hidup yang kita alami.
Kita bukan insan yang steril dari permasalahan. Permasalahan itu ada dan nyata. Kita seperti pada umumnya manusia, harus menghadapi fakta kehidupan yang beragam, termasuk seperti pengalaman pemazmur.
Hanya, kita juga patut melihat keseluruhan pengalaman Pemazmur. Selain ia mengeluh. Meratap pedih. Pada ayat-ayat berikutnya ratapan itu berganti. Kesedihan itu berakhir. Pemazmur bersorak-sorai. Ia menyanyi. Mengapa? Badai hidupnya berlalu. Ya, Tuhan telah menyelamatkannya. Tuhan berbuat baik kepadanya.
Saudaraku, pengalaman mengecap kebaikan Tuhan dan aksi penyelamatan-Nya. Inilah juga yang menjadi tumpuan kekuatan kita. Hidup kita tidak dihabiskan waktunya hanya meratap dan mengeluh. Hidup kita pun dironai dengan wajah suka cita dan sorak sorai. Kita berjumpa dengan Allah yang menatap kita dengan kebaikan-Nya. Inilah modal kita menjalani hari ini.
Kita berdoa: Tuhan, kiranya hari ini kami jalani dengan yakin dan percaya Tuhan memenuhi kebutuhan hidup kami, sehingga kami tidak perlu terperangkap pada kekuatiran yang tak perlu.
Kami berdoa bagi saudara kami yang berulang tahun. Semoga hari yang istimewa ini dijalani dengan hati suka cita, sehat, dan hidup dalam pengharapan dan percaya. Tuhan di hari yang diberikan-Mu, mereka mensyukurinya. Berikan apa yang didambakan mereka agar menjadi kenyataan.
Pulihkan dan sembuhkan saudara kami yang sakit dan baik dirawat di rumah maupun dirawat di Rumah Sakit, ya Tuhan.
Doa kami ini, kami panjatkan dalam nama Yesus Kristus. Amin.