Refleksi Harian: Roma 12:9

Tulus Dan Murni

Selamat pagi, oma-opa, ibu-bapak dan Saudara2ku yang dikasihi Tuhan. Kita berterima kasih kepada Tuhan, semalam kita dapat menutup mata, membaringkan diri dan beristirahat. Dan pagi ini kita menghirup udara pagi yang baru. Puji Tuhan. Bahan refleksi harian: Roma 12:9

Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik

Roma 12:9

Saudaraku, saat kantor Sinode GKP berlokasi di jalan Pasir Kaliki 121-123. Rutin, beberapa orang pengemis setiap pagi pukul 06.00 datang dan masuk halaman kantor. Lalu, mereka berganti busana. Beberapa bagian tubuh dililiti perban dan dibubuhi obat merah. Selanjutnya mereka menuju lampu merah pas di depan kantor. Apa yang mereka lakukan? Mereka berbaring di dekatnya, memerankan orang yang seolah kesakitan sambil menadahkan tangan ke pengendara yang berhenti karena lampu menunjukkan warna merah.

Setelah dianggap cukup waktunya, mereka kembali ke halaman di depan kantor. Mereka menanggalkan semua perban yang berlumuran obat merah. Selesai, kemudian mereka pulang berjalan dengan normal.

Saudara, jika kita membaca firman Tuhan pagi ini, bahwa dalam hidup ini suka ada kepura-puraan. Sedangkan orang yang bertindak pura-pura, berarti orang yang tidak memperlihatkan jati diri sebenarnya. Orang Kristen tidak boleh melakukan sesuatu dalam tujuan pura-pura. Bagaimanapun, Anda atau saya tidak merasa nyaman menjalankan peran pura-pura: pura-pura bahagia, pura-pura rajin, pura-pura orang kaya, pura-pura ramah, pura-pura baik hati, pura-pura menolong, dsb.

Pesan firman Tuhan berisi ajakan dan anjuran, agar kita jangan mempraktikkan kasih yang pura-pura. Ketika disebutkan kasih yang pura-pura berarti tindakan kasihnya tidak tulus. Ada motif tersembunyi di balik apa yang dilakukan. Pepatah kita mengatakan ” ada udang di balik batu”. Kasih yang pura-pura bukan supaya orang lain merasa kesejukan dari efek perbuatan kita. Bukan. Justru malah orang lain dirugikan.

Saudara, kepura-puraan bersifat tidak langgeng. Cepat atau lambat akan tersingkap wajah aslinya. Sebagai ilustrasi, Jika saya pura-pura baik hati dan ramah kepada orang lain, itu pasti tidak akan bertahan lama. Niscaya, dalam waktu singkat orang lain akan mengenal sikap saya yang sebenarnya. Oh, ternyata saya itu orangnya kikir. Ketus.

Kepura-puraan tidak bisa disembunyikan terus menerus. Karena pelakunya akan lelah batinnya, sebab perbuatannya tidak sesuai sikapnya yang asli. Kata orang, ” akhirnya, ketahuan juga belangnya”.

Ganti pura-pura adalah perbuatan tulus. Murni. Motif yang sejujurnya di balik berbagai tindakan. Orang yang pura-pura akan menyeret dirinya sendiri pada hal yang jahat. Lihat saja, bukankah para penipu kebanyakan memerankan kepura-puraan. Kendaraan yang dikendarai, busana yang dipakai, makanan yang disantap, semua seakan mencerminkan bonafiditas orang itu. Padahal, ia sesungguhnya orang miskin yang pura-pura kaya. Hal itu dilakukan untuk mengelabui orang lain untuk mendapat keuntungan dari penampilannya yang bersifat pura-pura itu.

Saudara. Mari kita bercermin pada Allah yang kita imani. Dia adalah Allah yang Maha Kaya turun ke dunia dalam kesederhanaan. Perbuatan Allah ini tidak pura-pura, karena Allah tidak bersandiwara. Kepapaan dan kesederhanaan-Nya merupakan bukti cinta kasih-Nya. Ia bersedia mengosongkan diri ( Filipi 2:7) sebagai bentuk kesediaan sama dengan manusia. Sekaligus bentuk ketaatan pada rencana Allah Bapa.

Saudaraku. Orang yang pura-pura itu lupa. Ada dua pihak yang tidak bisa dikelabui oleh tindakan dan sikap kepura-puraannya, yaitu pertama Tuhan dan yang kedua adalah hati nuraninya. Karena itu, Saudaraku, mari kita berbuat wajar dan tulus. Jika kita kesulitan melakukannya, kita mohon Tuhan agar menguatkanya. Jika gagal melakukannya, kita mohon agar Tuhan berkenan mengampuninya.

Tanamkan dalam diri kita bahwa kita tidak mau hidup dalam kepura-puraan, yang membohongi orang lain, membohongi Allah dan juga membohongi nurani sendiri. Marilah kita hidup dalam kasih, sebab kasih itu sesungguhnya adalah sikap yang murni yang direstui Tuhan dan didukung hati nurani.

Kita berdoa, “Tuhan, kami ingin bersikap dan bertindak dalam bimbingan-Mu, agar hati yang tulus dan murni mewarnai tindakan kami. Janganlah kami bersandiwara, karena Engkau tidak dapat dibohongi.

Kami berdoa untuk saudara kami. Kiranya hari ini rasa suka cita dan rasa bahagia Tuhan limpahkan kepada mereka.

Tuhan, kami berdoa buat yang sakit. Kiranya Tuhan memberi ketenangan dan memakai dokter, teknologi kedokteran dan obat-obat menjadi berkat buatnya. Engkau jamah, sehinga boleh pulih kembali dengan tubuh yang sehat.

Doa kami ini, kami naikkan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Roma 12:9