Refleksi Harian: Yesaya 40:1-2

Masalah Berlalu Tersenyumlah

Selamat pagi, ibu- bapak, oma-opa dan saudaraku terkasih. Seiring datangnya pagi baru, kita patut mengucap syukur karena itu bertambahnya satu hari kepercayaan Tuhan pada kita. Kita dipercaya melanjutkan kehidupan. Puji Tuhan. Bahan refleksi harian: Yesaya 40:1-2

Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu, tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya

Yesaya 40:1-2

Saudaraku, seorang pastor dari Bandung bernama MAW Brouwer menyatakan tentang kehidupan. Sang pastor yang telah lama meninggal lama itu menyatakan, hidup itu terdiri dari menangis dan tertawa. Satu bersifat kepedihan dan satu lagi kegembiraan.

Bagaimanapun, pernyataan sang pastor itu ada benarnya. Dua realitas itu amat dekat dengan kita. Itu merupakan realitas yang lazimnya dialami siapapun. Hari ini tertawa tanda suka cita. Kelak, esok atau lusa kita akan menangis karena sebab tertentu.

Apa saja yang membuat kita sedih identik dengan menangis. Menitikkan air mata. Apa saja yang menciptakan kita gembira, identik dengan tertawa. Dalam kehidupan pribadi terjadi. Ternyata dalam kehidupan kolektif pun itu dialami. Israel tengah bersedih. Sebuah bangsa menangis. Dan yang paling dibutuhkan saat orang bersedih atau menangis adalah penghiburan.

Di masa pandemik Covid-19, ada banyak pengalaman hidup, yang diberi label: kesedihan. Keluarga yang harus kehilangan orang tercinta. Siapa yang tidak sedih? Seseorang yang kehilangan kerja, siapa yang tidak perlu dihibur? Keluarga yang kehilangan sosok yang dicintai. Pasti sedih sekali. Orang yang terhenti dari sumber nafkah tentu sulit bergembira. Masih banyak contoh lain. Semua itu, digolongkan sebagai pengalaman kesedihan.

Saudaraku, Umat Tuhan juga mengalami apa arti sesungguhnya realita kepedihan. Ketika mereka dalam status orang buangan di negeri Babel. Hidup mereka bukan di tanah air sendiri. Hidup mereka berada dalam cengkraman bangsa lain. Pendeknya, hari-hari yang mereka jalani tidak ideal.

Yesaya 40:1-2, menyatakan kabar baru bagi Umat Tuhan. Kabar baik. Ada perubahan bahwa umat itu tidak lagi sedih oleh kepahitan yang selama ini membelit mereka. Mengapa? Karena Tuhan mengakhiri masa perhambaan.

Kita tahu mereka menjalani pembuangan ini sebagai bentuk hukuman Allah atas perbuatan dosa mereka. Kepahitan hidup mereka tidak bisa dipisahkan dari kekeliruan yang mereka perbuat. Kepahitan merupakan buah kegagalan sebagai orang beriman.

Allah menyatakan melalui Yesaya, sangsi telah dicabut. Pengampunan sudah diberlakukan. Dengan demikian kepedihan akan berakhir, diganti suka cita. Oleh sebab itu, hati umat Allah hendaknya terhibur. “Hiburkanlah- hiburkanlah umat-Ku”. Sekaligus jiwa mereka tenang.

Kepahitan yang berat telah dilewati. Rute kehidupan baru akan dijalani. Kembali ke Yerusalem mengecap hidup di negeri sendiri.

Saudaraku, setiap orang secara pribadi, setiap manusia secara kolektif pasti pernah mengalami kepedihan disebabkan kegagalan dalam hidupnya.

Saudaraku, setiap orang pernah mengalami kepedihan. Dan merasa pedih sekali. Termasuk Tuhan Yesus pernah menangis. Tapi itu tidak membuatnya terpuruk selamanya. Kepedihan itu tidak menghalanginya untuk kemudian mampu berbuat karya lainnya.

Saudaraku, kepedihan bila diumpamakan bagaikan badai. Suatu saat kelak akan berlalu. Masalah akan berakhir dan kepahitan akan berujung. Tidak ada badai yang tidak berhenti. Demikian juga badai kehidupan. Apalagi, kita melangkah bersama Tuhan. Kelak saatnya tiba, kita terhibur. Kita tertawa. Kita bersuka cita. Oleh sebab masalah berlalu, kehidupan baru yang lebih baik akan dihadirkan Tuhan.

Kita berdoa: Tuhan, dalam suka-duka kehidupan, Engkaulah Penghibur setia kami. Menguatkan dan menopang kami.

Kami berdoa untuk saudara kami yang berulang tahun. Kiranya berkat terindah beserta dengannya. Dilimpahi suka cita dan panjang umur.

Kami membawa kepada-Mu, saudara-saudara kami yang sakit. Di tengah penanganan medis, kuasa-Mu kiranya bekerja dan memberi kelegaan dan kesembuhan.

Doa ini, kami mohonkan dalam nama Yesus, Juru Selamat kami. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Yesaya 40:1-2