Refleksi Harian: Yohanes 1:46

Perjumpaan Yang Mengubahkan

Mentari telah terbit lagi di Timur. Tanda datangnya pagi dan berlalunya malam. Selamat pagi ibu-bapak, oma-opa dan saudararaku yang baik. Puji syukur, Tuhan mengijinkan kita masih menikmati hari yang baru. Bahan refleksi harian: Yohanes 1:46

Kata Natanael kepadanya: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?

Yohanes 1:46

Saudaraku, penilaian atas seseorang suka dilihat dari asal-usulnya. Salah satunya dari kota mana ia berasal. Itu dapat dipahami, karena lingkungan membentuk kepribadian dan sifat seseorang.

Rupanya, penilaian demikian juga terjadi di jaman Yesus. Natanael memandang rendah sosok Yesus. Saat ia tahu dari mana Yesus berasal. Dalam hal ini, dari Nazareth. Kota kecil itu adalah tempat Yesus dibesarkan hingga berusia 30 tahun. Tergolong udik.

Syahdan, Yesus tengah mencari dan merekrut murid-murid-Nya. Kabar ini sampai di telinga Filipus dan Natael. Bahkan Filipus telah berjumpa sekaligus diajak menjadi murid-Nya. Filipus menggambarkan Yesus sebagai sosok yang sudah dinubuatkan Musa. Dia berasal dari Nazareth.

Setelah Natanel diberi tahu bahwa Yesus dari kota kecil itu. Ia merespon dengan nada menghina dan merendahkan. Bagi Natanael kota itu seolah-olah tidak mungkin ‘melahirkan’ figur seorang Guru atau Nabi. Dengan demikian, ia juga meragukan sosok Yesus. Hanya karena dari kota mana Ia berasal.

Saudaraku, memang dalam anggapan umum waktu itu, tokoh besar itu tentu berasal dari Yerusalem. Di sana terdapat Bait Allah. Tempat para pemimpin agama berkiprah dan mendidik para murid-muridnya. Di sanalah pusat keagamaan yang bergengsi. Sehingga menurut kaca mata umum, Yerusalem ‘gudang’ para guru agama yang top.

Bukan Nazaret, yang tidak ada dalam peta kehidupan keagamaan waktu itu. Dari kota ‘udik’ itu menurut Natanael tidak mungkinlah muncul kaliber seperti Yesus.

Saudaraku, perubahan pandangan Natanael yang tadinya merendahkan dan bernada menghina berubah. Yakni setelah perjumpaan langsung dengan Yesus. Ia sadar penilaiannya keliru. Setelah berjumpa dan Yesus mengetahui sifat dan kepribadiannya. Yesus menyebut Natanael seorang Israel sejati dan tidak suka berbohong.

Bisa jadi, Natanael menyesal telah menilai Yesus secara keliru. Yang jelas, ia langsung bersedia menjadi murid Yesus. Sebab Yesus di mata Natanael adalah “Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!”

Saudaraku, kerap kita juga keliru menilai seseorang. Terlalu cepat menilai dan sekaligus merendahkannya. Hal itu muncul karena kurang pengenalan. Dari dulu, Yesus yang adalah Tuhan dan Juru Selamat kita kerap dinilai salah. Terlebih dihina dan direndahkan. Termasuk oleh Saulus yang kemudian kita kenal rasul Paulus. Saulus bukan saja menghina, lebih dari itu. Para pengikut Tuhan Yesus diteror dan dibunuh. Demikian pun berlangsung hingga kini.

Baru, setelah berjumpa dengan Yesus, ada yang melalui mimpi atau seperti Saulus mendengar suara Tuhan Yesus. Ada juga perjumpamaan melalui bacaan. Atau pengalaman kebaikan orang kristen. Semua itu mengubah. Mengubah sifat seseorang, sekaligus mengubah dirinya menjadi murid Tuhan Yesus.

Kita berdoa: Tuhan perjumpaan dengan-Mu sungguh mengubah diri kami. Kiranya perjumpaan ini terus terjadi dalam hidup kami.

Kita berdoa: buat yang berulang tahun. Tuhan, Engkau di setiap saat hadir dengan kasih-Mu dalam hidup saudara kami itu. Karuniakan suka cita, rasa syukur dan panjang umur.

Kami juga berdoa buat para balita dan anak-anak. Kami percaya mereka semua hidup dalam kasih-Mu. Jadikan rasa syukur dan kegembiraan hati beserta mereka di hari ini.

Tuhan, Kami serahkan mereka yang mengalami pergumulan hidup. Hiburkan dan kuatkan mereka.

Kami serahkan mereka yang sakit, baik dirawat di rumah maupun di rumah sakit. Tolonglah mereka satu persatu. Dan hati mereka menjadi lega karena pertolongan-Mu.

Seluruh doa ini, kami minta mohonkan dalam nama Yesus. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Yohanes 1:46