Kembali Utuh
Puji Tuhan, kita telah menghirup pagi baru. Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik dan dikasihi Allah. Bahan refleksi harian: Yohanes 24:26
Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!
Yohanes 24:26
Saudaraku. Kita tidak ingin mengalami yang namanya “ketinggalan”. Kita tidak mau ketinggalan pesawat. Sebab, itu artinya kita harus menanggung resiko membeli tiket baru. Kita tidak mau disebut ketinggalan jaman. Sebab, itu artinya kita dianggap kuno dan tidak mengikuti perkembangan dengan situasi. Kita rajin membaca koran atau menonton berita di televisi, karena tidak ingin ketinggalan informasi. Pendeknya, kita berupaya agar kita tidak mengalami ketinggalan dalam hal apapun.
Tuhan Yesus bangkit sudah menjadi berita viral di kalangan para murid dan orang terdekat-Nya. Semua sudah mendengar dan merespon dengan suka cita. Betapa tidak, harapan dan semangat mereka tumbuh lagi. Kita tahu, saat Tuhan Yesus menjalani penderitaan dan mati disalib, betapa hancur hati mereka. Mereka kehilangan optimisme. Mereka berpikir, tidak ada harapan untuk melangkah ke hari esok tanpa disertai Gurunya. Mereka pun bingung, mau kemana dan mau berbuat apa selanjutnya. Sekaligus, keutuhan dan kekompakan di kalangan murid menjadi goyah. Mereka tercerai-berai.
Tuhan Yesus yang bangkit menata ulang keutuhan murid-Nya. Mereka tidak bingung lagi. Mereka berjalan dengan harapan. Satu persatu para murid Tuhan berkumpul. Tapi, ada satu orang yang masih larut dalam kesendirian. Dia belum beranjak dari perasaan berdukanya. Dialah Thomas. Dia sangat hati-hati menerima kabar kebangkitan Yesus, Gurunya. Dia tidak langsung percaya. Thomas tidak langsung percaya sebelum melihat dengan mata sendiri sosok Yesus yang bangkit dan bekas-bekas luka-Nya.
Kehati-hatian Thomas menjadikan dia ragu-ragu. Mengapa ragu-ragu? Sebab, ia tidak mau itu cuma berita sensasional belaka. Yang kenyataannya tidak terjadi. Hatinya belum sembuh, jika itu cuma berita isapan jempol belaka, hatinya akan makin terluka. Itu, ia tidak mau.
Di sinilah, Tuhan Yesus tidak mau ada murid-Nya yang ketinggalan di antara para murid lainnya. Tuhan Yesus ingin semua utuh kembali. Ia mendatangi para murid-Nya yang sedang berkumpul, termasuk ada Thomas di sana. Dalam suasana kebersamaan, Dia kemudian memperlihatkan diri-Nya plus bekas lukanya. Dia mengundang Thomas melihat, meraba dan percaya. Akhirnya, Thomas menyatakan “ya, Tuhanku, ya Allahku.” Dengan pengakuan ini, keraguannya telah runtuh, digantikan sikap percaya dan menyerahkan diri untuk selanjutnya hidupnya dipimpin Tuhan Yesus.
Jelas, Tuhan Yesus tidak mau ada murid-Nya yang ketinggalan dan ditinggalkan dari peristiwa kebangkitan-Nya. Dia merangkul semua dan mencintai semua. Tidak ada yang tercecer, semuanya diselamatkan. Semua kembali utuh. Kebersamaan dan kesatuan para murid solid kembali.
Saudara, dalam kehidupan keluarga, Jemaat dan masyarakat juga tidak boleh ada yang ketinggalan, dan juga ditinggalkan. Jika gagal menciptakannya, berarti ada yang senang, pada sisi lain ada yang sedih. Sepatutnya cinta dan perhatian diciptakan buat semua. Itulah juga kunci keutuhan. Selain itu, tidak boleh ada pembedaan perlakuan. Jika tidak diberlakukan lahirlah benih konflik dan ketidak utuhan. Karena ada yang ketinggalan dan merasa ditinggalkan. Tuhan Yesus telah memberikan contoh indah dan kita patut mengindahkannya.
Mari kita berjuang agar dalam keluarga, gereja dan masyarakat kita utuh, di mana ada perlakuan sama yang dikecap dan tidak ada yang ketinggalan. Semua maju bersama seiring selangkah.
Kita berdoa, “Tuhan, Engkau merangkul dan mengasihi kami semua tanpa dibeda-bedakan. Terima kasih untuk itu, sehingga menjadi pelajaran bagi kami untuk melakukan hal sama.
Kami berdoa buat yang sakit, dengan tindakan medis atau rencana pengobatan yang lebih baik. Kiranya saudara kami menyerahkan diri sepenuhnya kepada Tuhan, sehingga bisa menepis rasa takut dan cemas.
Doa-doa ini, kami panjatkan dalam nama Tuhan Yesus yang bangkit. Amin.
Oleh Pdt. Supriatno