Refleksi Harian: Yohanes 8:7

Balok Di Depan Mata

Selamat pagi, Saudara-saudaraku yang baik. Malam telah berlalu, pagi telah tiba. Kasih Tuhan tetap menyertai kita. Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan. Bahan refleksi harian: Yohanes 8:7

Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu

Yohanes 8:7

Saudaraku, suatu hari Ahli Taurat dan kaum Farisi membawa perempuan ke hadapan Yesus. Perempuan yang didakwa bersalah karena berzina. Nasib perempuan itu di ujung tanduk. Di Israel hukuman paling berat jika berzinah. Hukumannya brutal. Pihak perempuan harus dirajam. Sedangkan pasangannya lepas dari jerat hukum. Berzina hukumannya berat dan tidak adil buat perempuan.

Para tokoh itu sengaja membawa si perempuan pendosa ke depan Yesus. Maksudnya, dari satu kasus, para tokoh itu ingin menggapai dua tujuan. Pertama, menjebak Tuhan Yesus. Maksudnya? Ya, jika Tuhan Yesus menolak hukuman dijatuhkan atas perempuan itu, mereka bisa menyalahkan Tuhan Yesus bahwa Dia tidak mematuhi aturan yang berlaku sejak nabi Musa. Dia terang-terangan melindungi seorang pendosa berat.

Kedua, bila Tuhan Yesus menghukumnya, mereka bisa mendakwa Tuhan Yesus tidak punya belas kasihan. Cerdik tapi licik. Penuh muslihat sekaligus jahat. Itulah isi pikiran mereka yang membawa perempuan yang kedapatan berzina itu.

Saat rombongan berada di hadapan-Nya, Tuhan Yesus tidak berkata sepatah kata pun. Ia hanya menulis dengan jari-Nya di tanah, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”

Saudaraku, saat mereka membaca tulisan itu, mereka sedang ditegur bahwa mereka semua orang berdosa. Teguran itu menampar muka mereka sebab mereka juga kerap berbuat dosa.

Akhirnya, mereka merasa tidak punya pijakan moral menghukum perempuan itu. Mereka sadar. Malu juga. Sebab, dosa mereka sendiri ternyata tidak lebih kecil dari perbuatan salah sang perempuan yang berzina itu. Maka, satu- persatu mereka pergi.

Saudaraku, tulisan Yesus mengingatkan siapapun, agar kita jangan cepat melihat dosa orang lain dan jangan cepat mendakwa serta menghukumnya, sedangkan diri sendiri saja tidak bersih-bersih amat dari kesalahan dan dosa.

Saudara, Tuhan Yesus bukan mentolerir kesalahan dan dosa. Tidak. Tuhan Yesus tidak setuju perzinahan. Tuhan Yesus tetap menghargai nilai kesetiaan dalam perkawinan. Ia sangat menghargai kehidupan perkawinan yang utuh. Ia tidak mendukung perzinahan. Namun, jika ada yang tergelincir tetap harus diperlakukan adil. Tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang.

Selain itu, yang bersalah diberikan ruang pengampunan dan pertobatan. Tuhan Yesus dengan tegas berkata,”Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang”. Tegas dan penuh hikmat. Tuhan Yesus tidak merestui kesalahan dan dosa. Tapi, Ia membuka pengampunan agar perempuan itu mengisi lembaran hidupnya yang baru dengan sikap yang baru, yakni menjunjung tinggi nilai kesetiaan.

Saudara, Tuhan Yesus sikap-Nya tegas tapi bijak. Luwes tapi berprinsip.

Kita berdoa, “ya, Allah, ajar kami memahami kehendak-Mu agar sikap kami selaras dengannya.

Kami bersyukur dan ikut bersuka cita pada hari ini mendapat usia baru. Berkatilah hidup mereka. Limpahi dengan kesehatan, kegembiraan, kebahagiaan dan damai sejahtera. Keluarga mereka pun kiranya merayakannya dengan penuh syukur, kehangatan dan antusias.

Berkati orang tua kami, opa-oma kami, anak-anak dan cucu-cucu kami, cicit-cicit kami, segenap saudara, kerabat dan terlebih juga pasangan hidup kami. Dia yang Engkau berikan sebagai pendamping hidup kami. Buatlah agar kami tetap setia dan mencintainya.

Doa ini, kami panjatkan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.

Oleh Pdt. Supriatno

Refleksi Harian: Yohanes 8:7