Menyadari Kesalahan
Selamat pagi, bapak-ibu, Opa-oma, mas-mbak. Selamat memasuki hari baru seluruh Saudaraku yang selalu dicintai Allah. Puji syukur, Allah tetap di samping kita memasuki hari baru ini. Kita patut memuji nama-Nya Yang Maha Baik. Bahan refleksi harian: Kejadian 3:12
Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan
Kejadian 3:12
Saudaraku, Sebuah bentuk kesalahan pasti terjadi di manapun. Tidak ada dunia yang steril atau bersih dari kesalahan. Termasuk di lingkungan keagamaan. Kesalahan pasti kita bisa temukan juga di sana.
Sementara itu, tidak ada orang yang tidak atau belum pernah berbuat salah. Non sense. Tidak mungkin. Manusia sekaliber pemimpin agama seperti Paus pun, pasti berbuat salah. Jika tidak, derajatnya seperti Allah. Dan hal itu tidak mungkin.
Di mana pun terjadi kesalahan, dan siapapun orangnya pasti terjatuh pada kesalahan. Sayangnya, tidak semua orang siap bahwa dirinya tidak akan bebas dari kesalahan. Lantaran sikapnya demikian, meskipun ia berkontribusi pada tidakan kesalahan, maka ia menyangkali. Ia mengklaim dirinya benar.
Efek dari sikap demikian, maka muncul menyalahkan orang lain. Atau, apa yang biasa disebut kambing hitam. Kesalahan ditimpakan ke orang lain. Sedangkan ia merasa bersih.
Adam dan Hawa terjatuh dalam dosa. Keduanya melanggar amanat Tuhan. Tuhan meminta mereka tidak memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat. Sayang, keduanya gagal memenuhi perintah Allah. Keduanya memakannya. Kedua orang itu bersalah.
Meski demikian, Adam berkelit. Seolah-olah dirinya bersih. Lalu, ia memberitahu kepada Allah, bahwa Hawa biang keladinya. Perempuan jadi obyek kambing hitam Adam.
Saudaraku, begitulah manusia. Sudah jelas-jelas ia berbuat salah, ternyata masih menuding pihak di luar dirinya. Mau berbuat, tidak siap bertanggung jawab.
Saudaraku, fenomena kehidupan mempertontonkan hal demikian. Manusia suka melempar tanggung jawab. Gantinya, menyalahkan pihak lain sebagai sumber kesalahan. Konon, jika seseorang menuding orang lain sebagai pelakunya. Suka digambarkan jari telunjuk diarahkan kepada orang lain. Yang bersangkutan lupa, empat jari yang lain terarah pada dirinya sendiri.
Selain itu, ada orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain. Di balik tindakan ini ada niat yang tersembunyi di belakangnya. Yakni menjatuhkan orang lain, demi menyelamatkan diri sendiri.
Hari ini, jika kita sadar atau tanpa sadar berbuat salah. Bertindak keliru. Akuilah. Tanpa itu, kita jatuh pada dua kali kesalahan. Allah kita maha baik dan maha pengampun. Dia membuka lebar-lebar hati-Nya buat kita yang datang mengaku salah. Jangan bertindak mencari kambing hitam dengan menyalahkan orang lain. Itu justru memperburuk diri kita sendiri.
Kita berdoa, Tuhan ajarlah kami untuk duduk dan diam mendengar suara-Mu dan menanamkan suara-Mu dalam hati kami, suara-Mu menuntun dan membarui diri kami.
Hari ini, Berkati saudara kami yang bertambah usia. Kiranya Tuhan mengaruniakan suka cita dan panjang umur. Karuniakan kesehatan yang baik.
Pulihkan, Tuhan, saudara-saudara kami yang sakit. Sehingga dengan tindakan-Mu yang ajaib mereka bisa beraktivitas normal kembali.
Hari ini, perkenankan kami untuk mencecap kasih-Mu yang menguatkan dan melegakan hati kami. Lindungi kami, Tuhan. Jauhkan kami dari ancaman bahaya dan kecelakaan saat di rumah, perjalanan, tempat kerja dan di mana pun kami tengah berada. Dalam nama Yesus, Tuhan kami, kabulkanlah doa kami. Amin.