Oleh Pdt. Stefanus N. Parinussa
Pembacaan Alkitab: Mazmur 84:2-13
Rindu… Kata inilah yang beberapa hari ini sering saya baca, sekaligus mungkin juga ada di pikiran kita. Ya, kita rindu untuk bisa berjumpa, rindu untuk bercengkrama, rindu untuk saling bercerita, terlebih rindu bersama-sama memuji dan memuliakan Tuhan di gedung gereja ataupun di rumah-rumah anggota jemaat pada waktu Kebaktian Keluarga atau Kebaktian Rumah Tangga.
Kebersamaan kita sebagai keluarga besar umat Tuhan adalah bagian dari perjalanan hidup kita bersama. Dan kerinduan itu masih harus kita tahan lagi karena situasi dan kondisi negara kita yang belum memungkinkan untuk bisa berjumpa secara fisik, terlebih melalui surat pastoral PGI dan Majelis Sinode gereja kita masing-masing yang memutuskan perpanjangan waktu pelaksanaan ibadah di rumah masing-masing anggota jemaat.
Saya teringat almarhumah Ibu saya, yang selalu mengingatkan saya untuk selalu pergi ke gereja setiap minggu. Almarhumah selalu menyempatkan datang ke gereja (saat itu di GKP Sumedang) walaupun kadang fisiknya sedang kurang fit, misalnya karena asmanya kambuh. Dan sepulang kebaktian, almarhumah nampak bersukacita karena merasa “kewajibannya” telah dilaksanakan. Mungkin benar yang dikatakan seseorang bahwa jika tidak pergi ke gereja di hari minggu, rasanya kita merasa punya “hutang”. Dengan kita pergi ke gereja dan beribadah ada sukacita yang tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Raja Daud pun merasakan hal yang sama. Ia begitu rindu untuk datang ke rumah TUHAN. Ia mengatakan bahwa “betapa disenangi tempat kediaman-Mu, ya TUHAN semesta alam!” (ayat 2). Daud merasakan kehilangan yang amat sangat tatkala ia belum bisa datang ke rumah TUHAN, ia katakan: “jiwaku hancur merindukan pelataran-pelataran TUHAN” (ayat 3). Ada dua hal yang Daud rindukan tatkala datang ke rumah TUHAN yakni perjumpaan dengan TUHAN Allah dalam ritual yang dilakukan dan perjumpaan dengan orang-orang yang selalu rindu memuji dan memuliakan TUHAN di rumah-Nya yang kudus. Lebih jauh Daud mengatakan: “Berbahagialah orang-orang yang diam di rumah-Mu, yang terus-menerus memuji-muji Engkau” (ayat 5). Bagi Daud, rumah TUHAN selalu membawa kebahagiaan dan kesukacitaan, karena itu ketika lama tidak menginjakan kaki di rumah TUHAN membuat dirinya merana, kehilangan bahkan berduka yang amat sangat. Karena itu dengan tegas Daud mengatakan: “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu daripada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku daripada diam di kemah-kemah orang fasik” (ayat 11).
Kerinduan Daud adalah kerinduan kita sebagai umat untuk bisa bersekutu bersama lagi di gedung gereja kita. Kerinduan kita untuk bersama-sama memuji dan memuliakan Tuhan. Kerinduan kita untuk berjumpa dan bersama-sama saling menopang, saling menguatkan, saling menghibur. Dan ketika saat ini kita belum dapat berkumpul bersama di gedung gereja, kita diingatkan tentang berharganya kebersamaan itu, berharganya persekutuan itu. Tuhan memang belum mengizinkan kita untuk melepas rindu dan berjumpa secara fisik, tetapi kita tetap bisa terhubung melalui kebaktian yang kita laksanakan di rumah masing-masing secara virtual dengan tata kebaktian, nyanyian dan renungan yang sama sesuai gereja kita masing-masing. Berjumpa dalam kuasa Roh di dalam doa-doa kita bersama, dalam ibadah kita dan tentunya melalui renungan ini.
Mari kita nyatakan rindu kita terhadap persekutuan kita, saudara-saudara seiman kita bahkan gedung gereja kita melalui doa bersama. Marilah kita saling mendoakan satu dengan yang lain, apapun gereja kita bahkan apapun agama dan kepercayaan kita. Kita yakin dan percaya, ada waktunya kita akan berjumpa bersama dan melepas kerinduan kita secara fisik “Sebab TUHAN Allah adalah matahari dan perisai; kasih dan kemuliaan Ia berikan.. berbahagialah manusia yang percaya kepada-Mu!” Amin.
(Stef)