Oleh Pdt. Supriatno
Selamat pagi, seluruh Saudaraku yang baik dan yang dikasihi Tuhan Allah. Segala aktivitas di rumah dengan segala pengalamannya kita jalani. Dan kita bersyukur, Tuhan setia menemani dan melindungi kita.
Firman Tuhan hari ini diambil dari, “Tuanku sendiri telah bersumpah demi TUHAN, Allahmu, kepada hambamu ini: Anakmu Salomo akan menjadi raja sesudah aku, dan ia akan duduk di atas takhtaku. Tetapi sekarang, lihatlah, Adonia telah menjadi raja, sedang tuanku raja sendiri tidak mengetahuinya.” 1 Raja 1:17-18
Saudaraku, betapa indahnya jika kita diberi panjang umur oleh Tuhan. Dan keindahan itu menjadi lengkap bilamana dijalani dengan tenang. Dikelilingi anak-menantu-cucu atau kerabat keluarga yang akur satu sama lain. Di saat seperti itulah, manusia mensyukuri perjalanan panjang yang telah ditempuhnya. Rasa bangga dan senyum puas akan mengisi masa senja kehidupannya. Tidak heran orang suka memimpikan dan berdoa agar Tuhan memberi panjang umur.
Kita beranggapan suasana demikian hanya milik eksklusif orang yang punya jabatan dan dilimpahi kekayaan. Dengan asumsi jabatan dan kekayaan, seseorang tidak akan kekurangan untuk memenuhi berbagai keinginan di masa tuanya. Tidak perlu kerja keras, sebab bukankah segala sesuatu serba mudah terpenuhi. Ingin wisata tinggal pesan ke biro wisata. Ingin makanan favorit tinggal order online atau mengunjungi restoran yang menawarkan jenis kuliner macam-macam. Sayangnya anggapan demikian, tidak sepenuhnya benar.
Tentu, materi yang cukup dan ditopang punya kedudukan tinggi bisa membantu masa tua dihabiskan dengan tenang dan bahagia. Tapi, bukan itu yang paling menentukan. Sikap dan karakter anak-menantu dan cucu yang terpuji harus disadari berpengaruh besar atas masa tenang kehidupan seseorang.
Apa maksudnya? Alkitab mengajak kita mendapat pencerahan. Kita belajar dari masa tua raja Daud. Bisa dikatakan di masa tuanya, ia tidak kekurangan apapun. Hartanya untuk ukuran jaman itu dan jaman sekarang pun lebih dari cukup. Terlebih lagi, meski sudah uzur raja Daud masih memegang tampuk kekuasaan. Namun, jangan katakan masa tuanya sepi dari masalah. Justru gonjang-ganjing keluarga harus ia hadapi di masa tuanya.
Antar anaknya saling berebut naik tahta. Satu sama lain saling menyalip agar bisa mewarisi posisi pengganti raja Daud. Dalam hal ini, Adonia dan Salomo. Keduanya mengklaim paling pantas untuk menggantikan Daud.
Kutipan firman di atas, adalah upaya seorang ibu, Betsyeba, yang tengah memperjuangkan tahta bagi anaknya, Salomo. Pertama, ia menagih janji kepada Daud bahwa Salomo yang telah dijanjikan Daud menggantikannya. Kedua, Betsyeba menginformasikan bahwa tanpa sepengetahuan Daud, Adonia telah bertindak lancang dan melangkahi. Yakni telah mengangkat dirinya sebagai raja, tanpa sepengetahuan Daud.
Bisa dibayangkan, di istana ada dualisme kepemimpinan. Ada dua raja dalam satu istana. Suhu politik pasti panas. Pasti terbentuk kelompok pro dan kontra.
Ada yang memihak dan mendukung Adonia, karena dijanjikan sesuatu yang menggoda. Dan pasti ada juga yang loyal kepada Daud sebagai raja yang sah. Situasi demikian, jelas merenggut ketenangan masa tua raja Daud. Ia terbelit konflik keluarga, antara mendukung Adonia yang sudah mengklaim menjadi raja. Atau, memenuhi janjinya menjadikan Salomo sebagai penggantinya.
Saudaraku, Adonia adalah produk salah asuh. Selama ini ia sangat dimanja Daud. Segala keinginannya dikabulkan. Akhirnya, walaupun ayahnya masih hidup dan masih sebagai raja yang sah, Adonia dengan tanpa sepengetahuan dan ijin Daud, ayahnya, mengangkat diri menjadi raja.
Di sinilah, Daud harus menuai kekeliruan dalam hal pembentukan watak yang ditanamkan pada anak. Sehingga anak tersebut justru merusak suasana masa tua Daud. Keluarganya terbelah oleh konflik perebutan kekuasaan.
Saudaraku, karena itu jangan remehkan pembentukan watak atau karakter yang tepat atas anak-anak kita. Sebab, watak itulah yang akan menuntun masa depannya. Sekaligus juga memberi efek pada masa tua ayah dan ibunya. Sejak dini Daud tidak menanamkan disiplin dan etika yang benar pada Adonia.
Lihat, akhirnya, dia berani melangkahi wewenang orang tuanya, Daud, sang raja. Saudaraku, banyak orang yang hidup masa tuanya kacau. Balangsak, kata orang Sunda. Bukan karena faktor ketiadaan materi. Bukan. Tapi, karena salah didik orang tua atas anaknya. Pembinaan watak yang kurang pas.
Memasuki hari jumat ini, kita patut mengevaluasi. Apakah hari-hari lalu kita sudah menunaikan pendidikan watak atau karakter yang tepat untuk anak kita? Mereka butuh tidak hanya makanan dan minuman yang menyehatkan fisik mereka. Anak-anak tidak hanya perlu busana dan alat teknologi.
Mereka pun butuh, makanan dan minuman yang menyehatkan jiwa dan mental mereka. Sikap penuh kehangatan dan perhatian. Agar dalam kehidupan tubuh, jiwa dan iman, mereka pun sehat. Dan di masa tua kita tidak menuai sesal dan kecewa.
Kita berdoa, “Tuhan, terima kasih kami sudah menjalani hari2 dengan banyak tinggal di rumah. Mampukan kami orang tua menunaikan tanggung jawab mendidik anak2, dengan pembentukan karakter yang berkenan di mata-Mu dan sesama kami.
Doa pagi ini, kami naikkan dalam nama Tuhan Yesus. Amin.