Mengelola Harta

Oleh Pdt. Supriatno

Selamat pagi, bapak-ibu, opa-oma, mas-mbak dan seluruh Saudaraku yang baik. Mentari telah terbit di Timur. Cuitan burung mulai ramai di pohon. Suara raungan kendaraan mulai terdengar. Itu sebagian tanda pagi baru telah tiba. Kita bersyukur dalam doa kita, atas kebaikan Allah yang mengantar kita melewati malam dengan aman.

Firman Tuhan berkata, “Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus. (15) Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: “Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.” Ia mendesak sampai kami menerimanya.” Kis 16:14-15

Saudaraku, kekayaan bisa berwajah ganda. Kekayaan bisa menjerumuskan jika tanpa dikelola dengan mental yang benar. Lihat saja, orang yang dengan kekayaannya jatuh dalam hidup keberdosaan. Kecanduan narkoba, mengkhianati nilai suci perkawinan, dugem, dll.

Pada sisi lain, kekayaan yang dikelola secara tepat mampu membiayai kegiatan-kegiatan yang membahagiakan diri sendiri dan orang lain. Uluran bantuan kepada yang mereka yang membutuhkan pertolongan, partisipasi kegiatan keagamaan, menjadi orang tua asuh buat murid yang kesulitan biaya, dsb. Kegiatan demikian membawa suka cita dan kepuasan batin. Sekaligus menciptakan orang lain tersenyum lega.

Demikianlah, kekayaan. Bisa menjadi alat yang membuat orang bahagia dan makin dekat Tuhan. Sebaliknya, tidak sedikit hidup seseorang tidak dibahagiakan oleh kekayaannya karena salah urus.

Lidia namanya. Seorang penjual kain ungu. Berarti dia seorang pengusaha tekstil dan pasti orang kaya. Dan pasti pada jaman itu ia tergolong perempuan terpandang di masyarakatnya. Ia punya hati terbuka atas pemberitaan rasul Paulus. Secara pribadi, dia belum kenal betul siapakah gerangan rasul Paulus, tetapi dia sangat menghargai pemberitaan yang benar tentang Kristus.

Orang kaya dan terpandang bisa godaan untuk bersombong diri. Karena, ia punya kelebihan dan bukan orang sembarangan. Berbeda dengan Lidia. Ia seorang kaya, terpandang, rendah hati dan peka atas kebutuhan orang lain. Tampak dari kesediaannya menerima untuk dibaptis. Sekaligus mengundang rasul Paulus menumpang di rumahnya.

Saudara, dua hal baik yang dilakukan Lidia. Ia menerima dan menyambut Yesus sebagai Juru Selamatnya. Yang kedua, dia memperlakukan rasul Paulus dengan sebaik-baiknya. Menumpang pada jaman itu sebuah kemewahan. Diperlakukan sangat baik dan dipenuhi kebutuhan hidupnya secara pantas.

Mengajak menumpang bukan hendak mempertontonkan derajat dan kekayaannya. Bukan. Ia mau menjamu tamunya sebaik mungkin. Rasul Paulus bisa beristirahat dengan nyaman setelah letih berjalan. Dan rasul Paulus bisa mengkonsumsi makanan yang mengembalikan kebugaran tubuhnya lagi.

Dua hal terpuji. Dan dua hal itu mencerminkan kepribadian orang kaya yang tahu memperlakukan kekayaannya dengan benar. Kekayaan membantu kita melakukan hal yang menyenangkan Tuhan. Seiring dengan itu, kekayaan membantu kita membuat orang lain bersuka cita.

Saudaraku, potret diri Lidia mengajarkan kita agar harta benda itu harus membahagiakan bukan menyengsarakan. Baik itu buat diri sendiri maupun orang lain. Di antara kita ada yang hidupnya berlimpah kekayaan, ada pula yang hidup dengan kekayaan terbatas. Ada yang bisa membiayai hidup yang mewah jika mau. Ada pula yang hidupnya sederhana dari hari ke hari.

Semuanya, patut agar kita bertindak dengan hikmat dengan kekayaan yang kita miliki. Entah banyak atau sedikit. Sehingga contoh baik dari perempuan pengusaha bernama Lidia dapat menggugah kita. Kita mau hidup dekat bersama Tuhan kita.

Berbarengan dengan itu, pelajaran bagaimana memberikan bentuk sambutan hangat atas orang yang dihormati. Bagi Lidia seorang hamba Tuhan pantas mendapatkan ungkapan hormat seperti itu darinya. Lidia peduli dengan kehidupan hamba Allah. Sebab, hamba Allah itulah yang mengantarnya masuk dan mengenal Kristus. Dan hamba itulah yang membaptis dia dan keluarganya. Jadi, bukti hormat dan bahwa dia sungguh orang percaya, terlihat dari bagaimana ia memperlakukan hamba Tuhan.

Kita berdoa, “Tuhan, biarlah seluruh isi rumah kami percaya kepada-Mu. Dan kami bisa mengelola kekayaan kami, seberapun yang kami punya. Kami mengaturnya buat kemuliaan-Mu, membahagiakan diri sendiri, keluarga kami, teman-teman kami dan sesama kami. Tanamkan rasa hormat serta perduli kami kepada hamba yang Engkau percayai untuk memberitakan kebenaran-Mu.

Tuhan, Kami ingin mengerjakan hari ini hal yang terhormat dan terpuji, buat-Mu dan sesama kami. Kuatkan dan mampukan kami. Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.