Oleh Pdt. Supriatno
Firman Tuhan yang kita renungkan diambil dari “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”, Ibrani 10:25
Saudaraku, pohon yang baik atau tanaman berbuah subur tidak hanya karena bibitnya yang baik. Tetapi juga, ikut ditentukan lokasi penanamannya. Padi Cianjur terkenal dengan rasa khasnya yang enak, atau buah mangga gedong gincu dari Cirebon yang ranum warnanya, wangi dan tentu lezat rasanya, ditanam di luar daerahnya rasanya akan berbeda. Tanah asal mereka seakan memberi nutrisi tepat. Sedangkan di tanah yang punya karakter lain, tidak bisa memaksimalkan keunggulan mereka.
Tempat itu ikut berpengaruh terhadap sebuah pertumbuhan ideal. Bagaimana dengan manusia dan kehidupan keagamaannya? Tentu, tumbuhan dan manusia keduanya berbeda. Berbeda segalanya. Taruhlah keduanya sama-sama ciptaan Allah. Jelas, manusia mempunyai hal mendasar yang tidak ada pada tanaman. Manusia punya emosi, kepribadian, jiwa, roh, dsb.
Saudaraku, meskipun demikian. Pertumbuhan seseorang dan hidupnya ‘bisa berbuah’ juga dipengaruhi di mana ia hidup sehari-hari. Habitatnya memberi andil pada pembentukan cara hidup, sifat, karakter dan gaya hidupnya. Seorang anak kecil yang lahir di Afrika dan satunya lahir di Bandung. Kelak, kita lihat sosok manusia yang satu sama lain berbeda.
Sadar akan hal itu, agar kita dan keluarga kita bisa tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang diidamkan. Betapa penting memperhatikan lingkungan hidup sehari-hari kita. Dan dalam kehidupan iman, lingkungan yang memberi nutrisi sehat bagi jiwa, emosi dan pembentukan karakter adalah pertemuan-pertemuan ibadah.
Saudaraku, tepat sekali pesan, ajakan dan nasihat firman Tuhan. Ya, pertemuan-pertemuan ibadah sungguh merupakan lingkungan yang menyehatkan cara hidup, pembentukan karakter dan sikap iman kita. Sebab, di sanalah, kita mendapat topangan dan kekuatan. Saat kita lesu, kita dikuatkan. Bila kita sedih, kita dihiburkan. Manakala jalan hidup yang kita tempuh keluar jalur, diluruskan ulang. Kehadiran Tuhan dan sesama menjadi penopang yang menyangga kesetiaan dan komitmen tetap ada.
Dengan demikian, pertemuan-pertemuan ibadah menjadi tempat yang bernutrisi baik, yang memaksimalkan potensi terbaik kita. Sebaik apapun potensi kita, jika tidak ditanam di tempat yang tepat dan disirami dengan baik. Potensi itu tidak menghadirkan ‘buah-buah’ kehidupan. Saudaraku, semangat kita memasuki hari baru, Senin ini, kiranya menjadi momen kita berbuah. Ya, bukankah kemarin, Minggu, kita menjadi bagian dalam pertemuan ibadah? Hari ini, menjadi momen untuk mempertautkannya dengan pekerjaan, studi, berbagai urusan bisnis, dsb. Kiranya hari ini, nutrisi bergizi yang kita peroleh dari pertemuan ibadah kita menjadi terasa efeknya. (SPN)