Oleh Pdt. Supriatno
Bahan: Wahyu 2:10b
Selamat pagi, ibu-bapak, oma-opa dan Saudara yang baik. Semoga pagi ini, kita, keluarga dan seluruh insan menghirup udara hari baru seraya mengucap syukur kepada Allah. Sebab, karena Dia-lah, segenap kita masih diberi perlindungan dan nafas kehidupan.
Firman Tuhan yang hendak kita renungkan adalah “Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”
Wahyu 2:10b
Saudaraku, dari sebuah peristiwa penderitaan kita bisa menilai watak, mental dan iman seseorang. Saya pernah melakukan perjalanan pulang dari luar kota menuju Jakarta. Saya menumpang kendaraan travel. Sepanjang jalan situasi lalu lintas padat dan macet. Beberapa kali supir mengemudikan mobilnya membahayakan kendaraan lainnya. Serta supir itu mengeluarkan umpatan dan teriakan dengan nada tak sopan ke pengemudi lainnya.
Jelas, dari situasi lalu lintas yang tidak nyaman itu, kita bisa menebak seseorang sabar atau tidak. Pasti supir ini temperamental. Sedangkan pengendara lain, yang sama-sama harus menghadapi kondisi jalan yang tidak menyenangkan. Mengemudikan mobilnya tetap menghargai yang lain.
Sama. Kita bisa tahu seseorang teman sejati atau bukan, ya juga pada saat situasi kesulitan. Bila ada orang yang sakit, dan bertahun-tahun tidak kunjung sembuh. Sedangkan temannya tiada jemu mengunjungi atau memberi perhatian. Itu sudah cukup bagi kita mengetahui, bahwa dia memang teman sejati yang tulen.
Jika ada suami atau istri jatuh miskin, dari sana juga kita bisa tahu apakah pasangannya betul-betul mencintai atau tidak. Ternyata, pasangannya lebih banyak mengeluh dan kerap pergi entah kemana. Itu sudah cukup bercerita, sejauh mana kadar cinta yang sesungguhnya.
Taruhlah sebagai contoh, ada seorang perempuan dengan pasangan hidupnya sudah pensiun, tua, tidak gagah lagi dan sakit-sakitan. Dan ternyata sikapnya tetap konsisten tidak berubah. Ia dampingi dengan kasih. Dia rawat dengan telaten. Tak diragukan lagi, perempuan itu betapa mulia sikap yang dimilikinya.
Kita ingin tahu jiwa dan karakter seseorang, bisa melalui bagaimana orang itu bersikap di masa sulit. Demikian juga, kita bisa tahu seseorang menghayati iman sejati atau tidak, terlihat pada saat penderitaan dan kesulitan datang.
Orang-orang percaya di Jemaat Smirna contohnya. Mereka mengalami pergumulan pahit. Mengaku terang-terangan amat beresiko. Tidak heran ada yang menyembunyikan identitas keimanannya sebagai orang Kristen. Perlakuan buruk dan jahat mereka alami. Masyarakat dan pemerintah Romawi, khususnya, waktu itu menindas mereka. Bahkan ada yang kehilangan nyawa.
Konon, bila Saudara mengenal kata “Qua Vadis”, itu lahir dari suatu kisah kehidupan kekristenan yang berat dan sulit. Suatu hari rasul Petrus hendak pergi dari kota Roma. Ia mau meninggalkan kota itu sekaligus Orang-orang Kristen waktu itu. Sebab, ia tak tahan. Deraan sebagai orang Kristen sudah melampaui batas. Dicerca. Dihina. Dipersekusi. Ketika tiba di perbatasan kota Roma, sebuah suara terdengar tertuju ke rasul Petrus, “Qua Vadis dominee. Mau kemana Tuan?”. Pertanyaan itu menggugah kesadarannya, mengapa harus meninggalkan domba-domba Allah. Maka, segera rasul Petrus mengurungkan niatnya dan kembali ke kota Roma. Jadi, penderitaan hampir membuat rasul Petrus meninggalkan domba-domba yang dipercayakan kepadanya.
Demikian juga di Smirna. Smirna salah satu kota penting di bawah kekuasaan Romawi. Sekarang letaknya di wilayah negara Turki. Di sana, umat Tuhan dibom-bardir. Penderitaan tak kunjung henti. Akibatnya, ada yang tak tahan. Ada yang keluar dari persekutuan. Ada yang meninggalkan Yesus karena terlalu berat harga yang harus dibayar. Meski demikian, terdapat mereka yang tetap setia.
Saudaraku. Penderitaan menyaring mana orang beriman yang tulen dan mana yang kw atau palsu. Bagi yang tulen, keadaan dan situasi bagaimanapun sulitnya, tetap beriman. Kesetiaannya tidak goyah. Sehingga firman Tuhan menyatakan bahwa mereka yang setia sampai akhir akan mendapat mahkota kehidupan. Yaitu suatu hadiah yang tidak fana yang diberikan khusus bagi yang menang dari pertandingan iman dan ujian.
Saudaraku, kiranya kita memasuki hari Kamis ini, kita tetap orang-orang yang setia dan teguh dalam iman kepada Tuhan. Yesus. Konsisten, dulu, kini dan esok tetap percaya kepada Kristus. Tidak banting setir di jalan berbalik dari Kristus.
Mari kita berdoa, “ Tuhan, situasi pandemi belum berakhir. Masih banyak orang yang dalam kesulitan, berilah mereka kekuatan dan kesabaran.
Berkati aktivitas kami, kesehatan kami dan lindungilah kami agar hari ini kami berada dalam naungan sayap kasih-Mu.
Dalam nama Yesus, kami berdoa. Amin.